42.11 0.07 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Tabel 5. Analisis Wilayah Rawan Bahaya Longsor Kecamatan Sangat Rendahha Rendah Ha Menengah ha Tinggi ha Sangat Tinggi ha Banjarwangi 32 6951 4460 Banyuresmi 2989 1072 476 Bayongbong 604 1536 1770 710 Blubur Limbangan 1343 4806 2383 Bungbulang 91 7667 9346 2 Caringin 463 5139 6181 Cibalong 1747 6237 8483 4220 Cibatu 1148 1806 951 Cibiuk 670 1439 95 Cigedug 983 1224 1139 Cihurip 1102 4241 Cikajang 1367 4890 4436 4 Cikelet 650 794 6755 9445 Cilawu 1 2437 4404 437 Cisewu 45 6652 9914 Cisompet 76 4820 12566 Cisurupan 2246 5095 2013 Garut Kota 161 1849 908 25 Kadungora 205 1939 1811 12 Karangpawitan 1623 2117 1402 17 Karangtengah 686 2171 Kersamanah 127 1337 1010 Leles 102 1781 5656 133 Leuwigoong 941 1291 99 Malangbong 262 5395 4920 Mekarmukti 10 2984 1356 Pakenjeng 5156 13780 191 Pameungpeuk 847 1301 840 1703 Pamulihan 634 7060 4870 25 Pangatikan 520 587 970 15 Pasirwangi 718 2965 1968 Peundeuy 149 1500 3152 Samarang 1813 3811 124 Selaawi 463 2415 731 Singajaya 429 1986 1900 Sucinaraja 337 528 2175 145 Sukaresmi 191 656 1176 1178 Sukawening 756 1719 1348 Talegong 661 6845 3662 Tarogong Kaler 13 2674 2713 40 Tarogong Kidul 13 1643 24 Wanaraja 654 897 684 7 Total Luas ha 16369 58660 129800 103196 222 Total Luas 5.31

19.03 42.11

33.48 0.07

Tabel 6. Analisis Wilayah Beresiko Tanah Longsor Kabupaten Garut Kecamatan Sangat rendah rendah Sedang Tinggi Banjarwangi 1915.19 9383.66 144.89 Banyuresmi 133.49 3686.29 716.72 0.07 Bayongbong 1662.19 2939.35 18.76 Blubur limbangan 305.23 5857.76 2348.77 22.37 Bungbulang 2580.00 14064.62 460.82 Caringin 2511.66 9062.75 209.08 Cibalong 320.06 7853.50 12307.51 204.75 Cibatu 186.21 2886.66 828.91 1.07 Cibiuk 170.24 1800.87 233.06 Cigedug 923.30 2421.53 0.86 Cihurip 29.47 4842.67 470.13 Cikajang 1715.36 8759.66 222.29 Cikelet 221.58 2639.93 14368.59 451.71 Cilawu 3103.02 4109.83 66.80 Cisewu 2549.84 13761.66 300.07 Cisompet 249.95 16489.51 723.38 Cisurupan 2790.59 6485.02 79.13 Garut kota 1514.98 1419.01 9.26 Kadungora 1921.01 1988.17 57.89 Karangpawitan 3372.83 1784.01 2.39 Karangtengah 1848.49 1006.14 Kersamanah 0.72 1560.88 890.60 21.53 Leles 4153.31 3482.03 37.64 Leuwigoong 1977.49 341.67 0.08 Malangbong 147.29 5620.22 4736.00 74.38 Mekarmukti 2406.09 1888.16 55.07 Pakenjeng 740.17 17504.57 881.73 Pameungpeuk 33.52 2073.96 2532.90 50.64 Pamulihan 3665.12 8636.79 286.82 Pangatikan 1172.51 911.68 8.75 Pasirwangi 829.08 4759.35 62.83 Peundeuy 149.16 4479.34 172.49 Samarang 3201.07 2541.45 5.46 Selaawi 9.03 2525.63 1071.70 Singajaya 376.47 3765.05 173.20 Sucinaraja 1056.30 2125.29 3.67 Sukaresmi 916.27 2279.08 6.56 Sukawening 2294.90 1504.63 0.40 Talegong 2497.11 8555.27 114.36 Tarogong kaler 3599.35 1839.32 1.87 Tarogong kidul 818.49 860.77 1.76 Wanaraja 1275.56 962.80 3.53 Total ha 1527.37 96322.03 204989.58 5408.48 Total 0.5 31.2 66.5 1.8 Sebuah perjalanan Dan itu pasti terlalui.. Keindahan abadi dan tak lekang adalah keindahan yang dari dalam hati Dr.Komarsa G Bacalah isi ayat-ayat alam karena alam itu menuju keseimbangan dan dimana posisi kita pada alam itu sehingga sejatinya kamu tahu TUHAN itu ada Dr. Boedi Tjahjono Seorang yang besar dan pemimpin itu adalah seorang dimana disaat susah dan terjepit mampu memberikan solusi Dr. Khursatul Sesungguhnya makhluk itu menuju entropi maksimum Dr. Gunawan Keluarga yang paling UTAMA Ir. Anang Yogaswara Seorang bisa saja salah tapi tidak boleh Berbohong Prof.Dr. Iswandi Anas Teknologi yang paling modern adalah teknologi yang berasal dari HATI Prof.Dr. Supiandi Sabiham Memperbaiki Tanah disuatu tempat dan kapan saja artinya sudah memperbaiki kehidupan dimana saja, kapan saja Prof.Dr. Naik Sinukaban Be special with spasial PJJ’ers angkatan 44 Sungguh rapuh sesuatu itu tanpa ada yang mendukung untuk menjadi kuat, tegar, kokoh agar lebih STABIL dan sesungguhnya lebih susah menjaga dan memelihara sesuatu apapun itu dari pada memperoleh dan menghasilkan sesuatu itu Aulia dalam sebuah perjalanan, Garut 2012

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo- Australia, dan lempeng Pasifik. Dari bagian Utara hingga ke Selatan memanjang dari Pulau Sumatera ke Jawa sampai ke bagian timur Indonesia yaitu Nusa Tenggara, terdapat sabuk vulkanik volcanic arc dan juga dataran rendah. Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam membuat wilayah Indonesia berpotensi terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan Anonim, 2006. Bencana longsor merupakan fenomena alam yang dapat terjadi setiap saat yang menyebabkan kerugian material maupun non-material. Longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran yang bergerak ke bawah Subowo,2003. Peristiwa ini dapat menyebabkan kerugian harta benda, kerugian jiwa bahkan kerusakan sarana dan prasarana yang berdampak negatif pada keadaan ekonomi dan sosial masyarakat. Upaya pencegahan bahaya longsor dan meminimalkan dampak negatif bahaya longsor merupakan pekerjaan yang tidak ringan dan tentunya memerlukan data dan informasi berdimensi spasial maupun temporal. Menurut Alhasanah 2006, faktor penyebab tanah longsor secara alamiah meliputi morfologi permukaan bumi, penggunaan lahan, litologi, struktur geologi, curah hujan, dan kegempaan. Selain faktor alamiah, dapat juga disebabkan oleh faktor manusia yang mempengaruhi bentang alam seperti kegiatan pertanian, pemotongan lereng sebagai kegiatan untuk merubah kondisi kemiringan permukaan suatu tempat, maupun penambangan. Teknologi Penginderaan Jauh remote sensing dan Sistem Informasi Geografis SIG merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengolah informasi data geospasial pada setiap objek di permukaan bumi secara cepat. Pemanfaatan data penginderaan jauh memiliki banyak kelebihan, di antaranya dapat membantu pelajaran pemetaan daerah yang luas dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Barus dan Wiradisastra 1996, SIG sangat bermanfaat karena dapat digunakan untuk memanipulasi data spasial dan mengkaitkan dengan informasi atribut serta mengintegrasikan dengan berbagai tipe data dalam suatu analisis. Integrasi penginderaan jauh dengan SIG dapat menghasilkan atau menurunkan informasi baru berdasarkan sekumpulan informasi tematik. Aplikasi SIG telah banyak dilakukan pada berbagai bidang ilmu termasuk untuk penelitian longsor yang banyak terjadi di Indonesia seperti yang telah dilakukan Wuryanta 2003 dengan memanfaatkan Citra Landsat ETM+, Jaya 2005 menggunakan citra SPOT multiwaktu, serta Sulistiarto dan Cahyono 2007 menggunakan citra Landsat dan Aster. Sejak dekade 1990 hingga kini lebih dari separuh kejadian longsor di Indonesia terjadi di Provinsi Jawa Barat Surono, 2005, terutama di bagian selatan, dan salah satunya adalah di Kabupaten Garut. Sebagai ilustrasi sejak tahun 1990 hingga tahun 2000, di Provinsi Jawa Barat telah terjadi 483 kali longsor yang telah menelan korban jiwa sebanyak 249 orang dan 108 orang luka- luka, 529 buah rumah hancur, 3753 buah rumah rusak, dan 2300 buah rumah terancam. Secara statistika rata-rata setiap tahunnya bencana longsor yang terjadi di Jawa Barat berlangsung di 31 hingga 64 lokasi, dengan korban jiwa berkisar 2 sampai 35 orang dan 78 buah rumah rusak Alhasanah, 2006. Akhir-akhir ini di Kabupaten Garut sering dilanda bencana longsor seperti yang terjadi pada tanggal 6 desember 2010 sekitar pukul 09.00 WIB, dimana sebuah tebing telah longsor sepanjang 2.500 meter dan lebar 300 meter Tempo, 2010. Material longsoran ini menimbun 3 ekor kerbau, 3 hektar sawah dan 2 hektar kebun milik warga. Selain itu, sebanyak 8 rumah milik warga yang dihuni oleh 28 jiwa juga terancam, meliputi Desa Sukajaya dan Kecamatan Cisewu. Kejadian longsor yang lain menelan 6 korban jiwa pada hari sabtu 30 april 2011 sekitar pukul 11.30 WIB di Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut Kompas, 2011. Pada hari senin 9 April 2012 sebuah longsoran tanah juga menimbun dua rumah warga di Kampung Cimuncang RT 02 RW 07, Desa Cintanegara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, sekitar pukul 13.00 WIB. Dalam kejadian yang terakhir ini tidak ada korban jiwa, namun menyebabkan sembilan jiwa kehilangan tempat tinggal Pikiran Rakyat , 2012. Melihat banyaknya kejadian longsor yang berlangsung di Kabupaten Garut tersebut, maka pemerintah daerah setempat perlu segera melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan agar tidak terjadi lagi korban jiwa dan kerugian masyarakat yang semakin meningkat. Penelitian-penelitian yang terkait dengan bahaya dan risiko longsor serta mitigasi bencana longsor perlu mendapat prioritas untuk dilakukan di Kabupaten ini.

1.2 Tujuan Penelitian

Terkait dengan permasalahan tersebut di atas, penelitian ini bermaksud melakukan pemetaan bahaya dan resiko longsor di Kabupaten Garut dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dan teknologi sistem informasi geografis, dimana tahapan yang akan dicapai dalam penelitian ini meliputi beberapa butir seperti tersebut di bawah ini: a. Memetakan titik longsor di Kabupaten Garut b. Menganalisis penyebab longsor di Kabupaten Garut c. Memetakan daerah bahaya longsor di Kabupaten Garut d. Memetakan daerah resiko longsor di Kabupaten Garut

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dan pemangku kepentingan lain stakeholders yang memerlukan informasi kebencanaan alam, terutama bencana longsor, sehingga dapat membantu tugas-tugas atau kegiatan yang terkait dengan pencegahan dan penanggulangan bencana alam. Diharapkan Kabupaten Garut dapat menurunkan angka kerugian jiwa maupun properti akibat bencana alam sehingga dapat lebih mensejahterakan masyarakatnya di waktu yang akan datang.

Dokumen yang terkait

Extension of Farmers in Marginal Land The Innovation Adoption Case Study on Integrated Dry Land Farming in Cianjur and Garut Regencies, West Java Province

1 20 286

The Method of Economic Valuation of Environmental Damage Caused by Land and Forest Fires (A Case Study in Sintang Regency, West Kalimantan)

3 56 279

Examination of Land Degradation based on Erosion Potential using Revised Universal Soil Loss Equation (A Study Case of Bandung Regency, West Java, Indonesia)

0 9 200

Land Use Classification with Back Propagation Neural Network and The Maximum Likelihood Method: A Case Study in Ciliwung Watershed, West Java, Indonesia.

0 13 228

The Method of Economic Valuation of Environmental Damage Caused by Land and Forest Fires (A Case Study in Sintang Regency, West Kalimantan)

1 34 272

Extension of Farmers in Marginal Land: The Innovation Adoption Case Study on Integrated Dry-Land Farming in Cianjur and Garut Regencies, West Java Province

0 14 556

Local Institution: A Form of Socio-Ecological Adaptation in Landslide-Prone Areas (A Case of Landslide-Prone Community in Sukaraksa Village, Bogor Regency, West Java Province).

0 7 313

An Analysis of Potential Hazard and Risk for Flood and Landslide (Case Study in West Java Province)

2 19 308

Spatial Landuse Planning of Soybean Plantation as Analyzed by Land Evaluation and Dynamic System: a Case Study of Karawang Regency, West Java, Indonesia

0 7 5

Access to land in Sundanese Community : Case Study of Upland Peasant Hausehold in Kemang Village, West Java Indonesia

0 3 6