Tabel 5. Analisis Wilayah Rawan Bahaya Longsor
Kecamatan Sangat
Rendahha Rendah
Ha Menengah
ha Tinggi
ha Sangat
Tinggi ha Banjarwangi
32 6951
4460 Banyuresmi
2989 1072
476 Bayongbong
604 1536
1770 710
Blubur Limbangan
1343 4806
2383 Bungbulang
91 7667
9346 2
Caringin 463
5139 6181
Cibalong 1747
6237 8483
4220 Cibatu
1148 1806
951 Cibiuk
670 1439
95 Cigedug
983 1224
1139 Cihurip
1102 4241
Cikajang 1367
4890 4436
4 Cikelet
650 794
6755 9445
Cilawu 1
2437 4404
437 Cisewu
45 6652
9914 Cisompet
76 4820
12566 Cisurupan
2246 5095
2013 Garut Kota
161 1849
908 25
Kadungora 205
1939 1811
12 Karangpawitan
1623 2117
1402 17
Karangtengah 686
2171 Kersamanah
127 1337
1010 Leles
102 1781
5656 133
Leuwigoong 941
1291 99
Malangbong 262
5395 4920
Mekarmukti 10
2984 1356
Pakenjeng 5156
13780 191
Pameungpeuk 847
1301 840
1703 Pamulihan
634 7060
4870 25
Pangatikan 520
587 970
15 Pasirwangi
718 2965
1968 Peundeuy
149 1500
3152 Samarang
1813 3811
124 Selaawi
463 2415
731 Singajaya
429 1986
1900 Sucinaraja
337 528
2175 145
Sukaresmi 191
656 1176
1178 Sukawening
756 1719
1348 Talegong
661 6845
3662 Tarogong Kaler
13 2674
2713 40
Tarogong Kidul 13
1643 24
Wanaraja 654
897 684
7
Total Luas ha 16369
58660 129800
103196 222
Total Luas 5.31
19.03 42.11
33.48 0.07
Tabel 6. Analisis Wilayah Beresiko Tanah Longsor Kabupaten Garut Kecamatan
Sangat rendah
rendah Sedang
Tinggi
Banjarwangi 1915.19
9383.66 144.89
Banyuresmi 133.49
3686.29 716.72
0.07 Bayongbong
1662.19 2939.35
18.76 Blubur limbangan
305.23 5857.76
2348.77 22.37
Bungbulang 2580.00
14064.62 460.82
Caringin 2511.66
9062.75 209.08
Cibalong 320.06
7853.50 12307.51
204.75 Cibatu
186.21 2886.66
828.91 1.07
Cibiuk 170.24
1800.87 233.06
Cigedug 923.30
2421.53 0.86
Cihurip 29.47
4842.67 470.13
Cikajang 1715.36
8759.66 222.29
Cikelet 221.58
2639.93 14368.59
451.71 Cilawu
3103.02 4109.83
66.80 Cisewu
2549.84 13761.66
300.07 Cisompet
249.95 16489.51
723.38 Cisurupan
2790.59 6485.02
79.13 Garut kota
1514.98 1419.01
9.26 Kadungora
1921.01 1988.17
57.89 Karangpawitan
3372.83 1784.01
2.39 Karangtengah
1848.49 1006.14
Kersamanah 0.72
1560.88 890.60
21.53 Leles
4153.31 3482.03
37.64 Leuwigoong
1977.49 341.67
0.08 Malangbong
147.29 5620.22
4736.00 74.38
Mekarmukti 2406.09
1888.16 55.07
Pakenjeng 740.17
17504.57 881.73
Pameungpeuk 33.52
2073.96 2532.90
50.64 Pamulihan
3665.12 8636.79
286.82 Pangatikan
1172.51 911.68
8.75 Pasirwangi
829.08 4759.35
62.83 Peundeuy
149.16 4479.34
172.49 Samarang
3201.07 2541.45
5.46 Selaawi
9.03 2525.63
1071.70 Singajaya
376.47 3765.05
173.20 Sucinaraja
1056.30 2125.29
3.67 Sukaresmi
916.27 2279.08
6.56 Sukawening
2294.90 1504.63
0.40 Talegong
2497.11 8555.27
114.36 Tarogong kaler
3599.35 1839.32
1.87 Tarogong kidul
818.49 860.77
1.76 Wanaraja
1275.56 962.80
3.53 Total ha
1527.37 96322.03
204989.58 5408.48
Total 0.5
31.2 66.5
1.8
Sebuah perjalanan Dan itu pasti terlalui..
Keindahan abadi dan tak lekang adalah keindahan yang dari dalam hati Dr.Komarsa G
Bacalah isi ayat-ayat alam karena alam itu menuju keseimbangan dan dimana posisi kita pada alam itu sehingga sejatinya kamu tahu TUHAN itu ada Dr.
Boedi Tjahjono Seorang yang besar dan pemimpin itu adalah seorang dimana disaat susah dan
terjepit mampu memberikan solusi Dr. Khursatul Sesungguhnya makhluk itu menuju entropi maksimum Dr. Gunawan
Keluarga yang paling UTAMA Ir. Anang Yogaswara Seorang bisa saja salah tapi tidak boleh Berbohong Prof.Dr. Iswandi Anas
Teknologi yang paling modern adalah teknologi yang berasal dari HATI Prof.Dr. Supiandi Sabiham
Memperbaiki Tanah disuatu tempat dan kapan saja artinya sudah memperbaiki kehidupan dimana saja, kapan saja Prof.Dr. Naik Sinukaban
Be special with spasial PJJ’ers angkatan 44
Sungguh rapuh sesuatu itu tanpa ada yang mendukung untuk menjadi kuat, tegar, kokoh agar lebih STABIL dan
sesungguhnya lebih susah menjaga dan memelihara sesuatu apapun itu dari pada memperoleh dan
menghasilkan sesuatu itu Aulia dalam sebuah perjalanan, Garut 2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-
Australia, dan lempeng Pasifik. Dari bagian Utara hingga ke Selatan memanjang dari Pulau Sumatera ke Jawa sampai ke bagian timur Indonesia yaitu Nusa
Tenggara, terdapat sabuk vulkanik volcanic arc dan juga dataran rendah. Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan
hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan
yang relatif beragam membuat wilayah Indonesia berpotensi terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan
Anonim, 2006. Bencana longsor merupakan fenomena alam yang dapat terjadi setiap saat
yang menyebabkan kerugian material maupun non-material. Longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah,
atau material campuran yang bergerak ke bawah Subowo,2003. Peristiwa ini dapat menyebabkan kerugian harta benda, kerugian jiwa bahkan kerusakan sarana
dan prasarana yang berdampak negatif pada keadaan ekonomi dan sosial masyarakat.
Upaya pencegahan bahaya longsor dan meminimalkan dampak negatif bahaya longsor merupakan pekerjaan yang tidak ringan dan tentunya memerlukan
data dan informasi berdimensi spasial maupun temporal. Menurut Alhasanah 2006, faktor penyebab tanah longsor secara alamiah meliputi morfologi
permukaan bumi, penggunaan lahan, litologi, struktur geologi, curah hujan, dan kegempaan. Selain faktor alamiah, dapat juga disebabkan oleh faktor manusia
yang mempengaruhi bentang alam seperti kegiatan pertanian, pemotongan lereng sebagai kegiatan untuk merubah kondisi kemiringan permukaan suatu tempat,
maupun penambangan. Teknologi Penginderaan Jauh remote sensing dan Sistem Informasi
Geografis SIG merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengolah
informasi data geospasial pada setiap objek di permukaan bumi secara cepat. Pemanfaatan data penginderaan jauh memiliki banyak kelebihan, di antaranya
dapat membantu pelajaran pemetaan daerah yang luas dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Barus dan Wiradisastra 1996, SIG sangat bermanfaat karena
dapat digunakan untuk memanipulasi data spasial dan mengkaitkan dengan informasi atribut serta mengintegrasikan dengan berbagai tipe data dalam suatu
analisis. Integrasi penginderaan jauh dengan SIG dapat menghasilkan atau menurunkan informasi baru berdasarkan sekumpulan informasi tematik. Aplikasi
SIG telah banyak dilakukan pada berbagai bidang ilmu termasuk untuk penelitian longsor yang banyak terjadi di Indonesia seperti yang telah dilakukan Wuryanta
2003 dengan memanfaatkan Citra Landsat ETM+, Jaya 2005 menggunakan citra SPOT multiwaktu, serta Sulistiarto dan Cahyono 2007 menggunakan citra
Landsat dan Aster. Sejak dekade 1990 hingga kini lebih dari separuh kejadian longsor di
Indonesia terjadi di Provinsi Jawa Barat Surono, 2005, terutama di bagian selatan, dan salah satunya adalah di Kabupaten Garut. Sebagai ilustrasi sejak
tahun 1990 hingga tahun 2000, di Provinsi Jawa Barat telah terjadi 483 kali longsor yang telah menelan korban jiwa sebanyak 249 orang dan 108 orang luka-
luka, 529 buah rumah hancur, 3753 buah rumah rusak, dan 2300 buah rumah terancam. Secara statistika rata-rata setiap tahunnya bencana longsor yang terjadi
di Jawa Barat berlangsung di 31 hingga 64 lokasi, dengan korban jiwa berkisar 2 sampai 35 orang dan 78 buah rumah rusak Alhasanah, 2006.
Akhir-akhir ini di Kabupaten Garut sering dilanda bencana longsor seperti yang terjadi pada tanggal 6 desember 2010 sekitar pukul 09.00 WIB, dimana
sebuah tebing telah longsor sepanjang 2.500 meter dan lebar 300 meter Tempo, 2010. Material longsoran ini menimbun 3 ekor kerbau, 3 hektar sawah dan 2
hektar kebun milik warga. Selain itu, sebanyak 8 rumah milik warga yang dihuni oleh 28 jiwa juga terancam, meliputi Desa Sukajaya dan Kecamatan Cisewu.
Kejadian longsor yang lain menelan 6 korban jiwa pada hari sabtu 30 april 2011 sekitar pukul 11.30 WIB di Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota,
Kabupaten Garut Kompas, 2011. Pada hari senin 9 April 2012 sebuah longsoran tanah juga menimbun dua rumah warga di Kampung Cimuncang RT 02 RW 07,
Desa Cintanegara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, sekitar pukul 13.00 WIB. Dalam kejadian yang terakhir ini tidak ada korban jiwa, namun
menyebabkan sembilan jiwa kehilangan tempat tinggal Pikiran Rakyat , 2012. Melihat banyaknya kejadian longsor yang berlangsung di Kabupaten Garut
tersebut, maka pemerintah daerah setempat perlu segera melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan agar tidak terjadi lagi korban jiwa dan kerugian
masyarakat yang semakin meningkat. Penelitian-penelitian yang terkait dengan bahaya dan risiko longsor serta mitigasi bencana longsor perlu mendapat prioritas
untuk dilakukan di Kabupaten ini.
1.2 Tujuan Penelitian
Terkait dengan permasalahan tersebut di atas, penelitian ini bermaksud melakukan pemetaan bahaya dan resiko longsor di Kabupaten Garut dengan
memanfaatkan data penginderaan jauh dan teknologi sistem informasi geografis, dimana tahapan yang akan dicapai dalam penelitian ini meliputi beberapa butir
seperti tersebut di bawah ini: a. Memetakan titik longsor di Kabupaten Garut
b. Menganalisis penyebab longsor di Kabupaten Garut c. Memetakan daerah bahaya longsor di Kabupaten Garut
d. Memetakan daerah resiko longsor di Kabupaten Garut
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dan pemangku kepentingan lain
stakeholders yang memerlukan informasi kebencanaan alam, terutama bencana longsor, sehingga dapat membantu tugas-tugas atau kegiatan yang terkait dengan
pencegahan dan penanggulangan bencana alam. Diharapkan Kabupaten Garut dapat menurunkan angka kerugian jiwa maupun properti akibat bencana alam
sehingga dapat lebih mensejahterakan masyarakatnya di waktu yang akan datang.