4 mengakibatkan lahan menjadi tidak subur dan terjadi polusi. Oleh karena itu, para
petani mulai menerapkan cara budidaya yang alami dan menggunakan bahan- bahan alami melalui pertanian sehat yang bebas dari bahan kimia dan tidak
merugikan kesehatan. Keunggulan beras hasil pertanian sehat dibandingkan beras pertanian
konvensional lebih tinggi sehingga keuntungan yang didapat petani lebih besar juga. Dengan pemakain pupuk dan pestisida organik dapat memperbaiki
kesuburan tanah sehingga petani tidak ketergantungan dengan pupuk dan pestisida kimia yang semakin mahal. Penggunaan bahan kimia yang berlebihan
mempengaruhi kesehatan sedangkan dengan mengkonsumsi beras dari pertanian sehat akan meningkatkan kesehatan konsumen.
Salah satu produsen beras di Kabupaten Bogor yang memilliki potensi adalah Gapoktan Silih Asih. Gapoktan Silih Asih terletak di Desa Ciburuy,
Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Gapoktan Silih asih menerapkan sistem produksi dan pasca panen sesuai dengan SOP dibawah bimbingan Dirjen
Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Gapoktan tersebut memproduksi beras organik yang dikenal masyarakat adalah beras SAE yang artinya beras yang
Sehat, Aman dan Enak. Beras SAE adalah produk beras yang tidak mengandung residu pestisida berbahaya dibawah ambang batas kandungan pestisida yang
boleh dikonsumsi manusia, Aman karena bebas residu dari pestisida yang berbahaya, Enak karena rasa nasinya yang pulen dan mempunyai aroma pandan.
Kebutuhan masyarakat akan beras sehat merupakan harapan yang besar terhadap perkembangan beras sehat di kalangan masyarakat. Oleh karena itu
dipelukan strategi pengembangan usaha beras “SAE” pada Gapoktan Silih Asih agar dapat mengetahui faktor internal dan eksternal guna mengevaluasi
perkembangan usahanya dan prioritas pengembangan usaha beras “SAE”.
1.2 Perumusan masalah
Gapoktan Silih Asih adalah gabungan kelompok tani yang ada di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Gapoktan ini berdiri sejak
tahun 2002, terdiri dari 6 kelompok tani yaitu kelompok tani Silih Asih I, Silih
5 Asih II, Manunggal Jaya, Saung Kuring, Tunas Inti dan Lisung Kiwari. Komoditi
unggulan gabungan kelompok tani ini adalah beras.
Tabel 3. Deskripsi Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy
Nama Jumlah
Anggota Luas Lahan ha
Rata – rata produksi
tontahun GKP Silih Asih I
23 11,7
204,3 Silih Asih II
21 15,9
262,3 Manunggal Jaya
15 14
168 Saung Kuring
10 13,5
230,8 Tunas Inti
16 7,1
106,5 Lisung Kiwari
39 16,8
282,2
Sumber : Gapoktan Silih Asih 2009
Berdasarkan tabel diatas Gapoktan Silih Asih yang terdiri dari enam Kelompok Tani memiliki lahan sebesar 79 ha dengan anggota sebanyak 124 orang
menghasilkan rata- rata hasil padi dari Gapoktan pengelola tanaman pangan mencapai 4 sampai 7 ton per hektar. Komoditi unggulan gabungan kelompok tani
ini adalah beras. Hampir 51,56 persen lahan subur di daerah Ciburuy berupa sawah, dengan 90 persen ditanami padi.
Perkembangan lingkungan industri yang dinamis menjadi pendorong bagi perusahaan-perusahaan
untuk menggali
potensi yang
dimiliki dan
mengidentifikasi lingkungan eksternal dan internal sebagai faktor keberhasilan agar memenangkan persaingan yang semakin kompetitif. Usaha-usaha yang
dilakukan pada akhirnya diarahkan untuk memberikan produk yang terbaik kepada konsumen. Untuk menawarkan produk menarik dengan harga yang
bersaing, setiap perusahaan menekan biaya tanpa menurunkan kualitas, sehingga konsumen memperoleh manfaat yang lebih tinggi.
Kendala yang dihadapi produsen beras “SAE” terdapat pada faktor internal dan eksternal. Gapoktan Silih Asih menerapkan perubahan pola pikir
kepada petani yang tadinya hanya mengandalkan kondisi alam dan teknologi rendah menjadi petani yang modern. Sehingga petani tidak hanya mengandalkan
6 budidaya melainkan kegiatan agribisnisnya pun baik. Dalam proses budidaya pun,
petani belum disiplin mengolah produknya. Lahan yang kurang produktif pun menjadi alasan karena lahan-lahan di sekitar daerah Ciburuy sudah banyak
dijadikan lahan perumahan dan kawasan industry. Kurangnya ketersediaan air juga masih kendala karena pengembangan beras ini masih tergantung cuaca. jadi
ketika musim kemarau, air yang didapat sangatlah terbatas sehingga dapat mengganggu pola tanam padi.
Dalam pengembangan usaha beras “SAE”, Gapoktan Silih Asih masih rendah dalam administrasi terbukti dari visi dan misi yang belum tertulis.
Pencatatan tentang keuangan masih belum rapi sehingga administrasinya pun masih rendah. Administrasi yang dilakukan Gapoktan masih belum terlalu modern
sehingga masih butuh penataan administrasi yang lebih baik lagi. Tingkat pendidikan petani pada Gapoktan Silih Asih termasuk golongan yang rendah yaitu
lulusan SD, SMP. Kompetensi petani pun kurang kompeten yang dimiliki petani masih terbatas.
Berdasarkan permasalahan dan tantangan yang ada, beras “SAE” membutuhkan strategi pengembangan usaha yang tepat agar mampu bertahan dan
terus dikembangkan. Untuk mengetahui strategi yang paling tepat adalah mengetahui dengan jelas faktor- faktor internal dan eksternal yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut, sehingga dapat memanfaatkan peluang dan kekuatan serta meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Adapun rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah : 1. Faktor-faktor lingkungan internal apa saja yang menjadi kekuatan dan
kelemahan dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih ? 2. Faktor-faktor lingkungan eksternal apa saja yang menjadi peluang dan
ancaman dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih ? 3. Alternatif strategi pengembangan usaha apa saja dan bagaimana prioritas
yang dilakukan pada usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih ?
7
1.3 Tujuan Penelitian