Strategi Pengembangan Unit Usaha Beras SAE (Sehat, Aman, dan Enak) Gapoktan Silih Asih, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor

(1)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencarian sebagai petani. Sektor pertanian memiliki empat subsektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Di Indonesia, komoditas pangan utama masyarakat adalah beras. Beras merupakan bahan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia sehingga menjadi peluang bagi petani beras untuk mengembangkan usahanya. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional berpengaruh terhadap pembentukan PDB nasional. PDB merupakan salah satu indikator ekonomi makro untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh suatu produk terhadap pendapatan nasional. Peran tersebut tertuang dalam kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cenderung terus mengalami peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1).

Tabel 1. PDB Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rp) Tahun 2005-2009

Sumber : Badan Pusat Statistik (2010) Ket : *) Angka Ramalan

Sektor 2005 2006 2007 2008* 2009*

Pertanian 364.169,3 433.223,4 541.931,5 716,065.3 858,252.0

Pertambangan dan Penggalian 309.014,1 366.520,8 440.609,6 540,605.3 591,531.7 Industri Pengolahan 760.361,3 919539,3 1.068.653,9 1,380,713.1 1,480,905.4 Listrik,Gas dan Air Bersih 26.693,8 30.354,8 34.723,8 40.846,1 46.823,1

Konstruksi 195.110,6 251.132,3 304.996,8 419.642,4 554.982,2

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 431.620,2 501.542,4 592.304,1 691.494,7 750.605

Pengangkutan dan

Komunikasi 180.584,9 231.523,5 264.263,3 312.190,2 352.407,2

Keuangan, Real Estate dan

Jasa Perusahaan 230.522,7 269.121,4 305.213,5 368.129,7 404.116,4

Jasa-jasa 276.204,2 336.258,9 398.196,7 481.669,9 573.818,7

PDB 2.774.281,1 3.339.216,8 3.950.893,2 4.951.356,7 5.613.441,7


(2)

Untuk memenuhi kebutuhan akan beras, pemerintah selalu memantau perkembangan produksi, luas lahan dan produktivitas akan padi nasional tetap seimbang.

Tabel 2. Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi Nasional Tahun 2003-2010

Tahun Luas lahan (Ha) Produktivitas (Ku/Ha)

Produksi (ton)

2003 11.488.034 45,38 52.137.604 2004 11.922.974 45,36 54.088.468

2005 11.839.060 45,74 54.151.097

2006 11.786.430 46,20 54.454.937 2007 12.147.637 47,05 57.157.435 2008 12.327.425 48,94 60.325.925 2009 12.883.576 49,99 64.398.890 2010* 13.118.120 50,30 65.980.670

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Keterangan : *) Angka Ramalan II

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa proyeksi produksi padi pada tahun 2010 terus meningkat sampai dengan 65.980.670 ton dengan luas panen 13.118.120 Ha, dilihat dari data- data sebelumnya dari tahun 2003 sampai 2010 yang mengalami peningkatan produksi. Pada tahun 2003-2010 rata-rata tingkat produktivitas padi di Indonesia adalah sebesar 47,37 Ton/Ha. Begitu juga dengan produksi padi secara nasional di Indonesia dari tahun 2003-2010 mengalami peningkatan produksi dengan rata-rata sebesar 51.319.677 Ton.

Jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan pangan terutama beras juga akan meningkat. Jumlah penduduk disini adalah jumlah penduduk yang peduli akan pentingnya kesehatan yaitu penduduk kalangan menengah ke atas. Trend peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan berdampak pada sektor pertanian. Gaya hidup sehat menunjukkan bahwa mengkonsumsi beras bukan hanya sekedar dikonsumsi melainkan melihat manfaat yang dihasilkan dari mengkonsumsi beras tersebut. Gaya hidup ini menjadi pedoman baru agar mencegah timbulnya penyakit, pencemaran dan kesadaran terhadap lingkungan. Oleh karena itu masayarakat


(3)

Memasuki era globalisasi, masyarakat mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin bijaksana dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Slogan back to nature telah menjadi tren baru meninggalkan pola hidup lama yaitu menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan.

Perkembangan pertanian ramah lingkungan menunjukkan kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan keberlanjutan lingkungan. Revolusi hijau dengan input bahan kimia memberi bukti bahwa lingkungan pertanian menjadi hancur dan tidak lestari. Pertanian sehat merupakan suatu sistem karena memiliki satu kesatuan dan ketergantungan antar subsistem lainnya dalam mencapai tujuannya yaitu menghasilkan produk sehat yang meningkatkan pendapatan petani secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam prosesnya sistem pertanian sehat membangun aspek ekonomi, social dan ekologi. Dengan adanya pertanian sehat merupakan sebuah pengembangan masyarakat untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat setempat.

Beras “SAE” memiliki urgensi ditinjau dari masyarakat dan pemerintah. Bagi masyarakat urgensi beras “SAE” merupakan beras sehat kandungan gizi dan vitamin yang tinggi karena tidak menghilangkan seluruh lapisan kulit arinya dan aman karena bebas dari kandungan bahan berbahaya beracun yang dihasilkan dari padi yang ditanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Bagi pemerintah, urgensi beras “SAE” termasuk dalam sektor pertanian sebagai penggerak ekonomi nasional dalam menciptakan ketahanan pangan, menyumbang hasil devisa negara dan mempunyai kontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi.

Sistem pertanian sehat memiliki nilai yang lebih baik secara kualitas dan bernilai tinggi di pasar. Tujuan dari pengembangan masyarakat berbasiskan pertanian sehat adalah untuk mensejahterakan petani dengan adanya peningkatan pendapatan petani. Pemberian pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan


(4)

mengakibatkan lahan menjadi tidak subur dan terjadi polusi. Oleh karena itu, para petani mulai menerapkan cara budidaya yang alami dan menggunakan bahan-bahan alami melalui pertanian sehat yang bebas dari bahan-bahan kimia dan tidak merugikan kesehatan.

Keunggulan beras hasil pertanian sehat dibandingkan beras pertanian konvensional lebih tinggi sehingga keuntungan yang didapat petani lebih besar juga. Dengan pemakain pupuk dan pestisida organik dapat memperbaiki kesuburan tanah sehingga petani tidak ketergantungan dengan pupuk dan pestisida kimia yang semakin mahal. Penggunaan bahan kimia yang berlebihan mempengaruhi kesehatan sedangkan dengan mengkonsumsi beras dari pertanian sehat akan meningkatkan kesehatan konsumen.

Salah satu produsen beras di Kabupaten Bogor yang memilliki potensi adalah Gapoktan Silih Asih. Gapoktan Silih Asih terletak di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Gapoktan Silih asih menerapkan sistem produksi dan pasca panen sesuai dengan SOP dibawah bimbingan Dirjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Gapoktan tersebut memproduksi beras organik yang dikenal masyarakat adalah beras SAE yang artinya beras yang Sehat, Aman dan Enak. Beras SAE adalah produk beras yang tidak mengandung residu pestisida berbahaya (dibawah ambang batas kandungan pestisida yang boleh dikonsumsi manusia), Aman karena bebas residu dari pestisida yang berbahaya, Enak karena rasa nasinya yang pulen dan mempunyai aroma pandan.

Kebutuhan masyarakat akan beras sehat merupakan harapan yang besar terhadap perkembangan beras sehat di kalangan masyarakat. Oleh karena itu dipelukan strategi pengembangan usaha beras “SAE” pada Gapoktan Silih Asih agar dapat mengetahui faktor internal dan eksternal guna mengevaluasi perkembangan usahanya dan prioritas pengembangan usaha beras “SAE”.

1.2 Perumusan masalah

Gapoktan Silih Asih adalah gabungan kelompok tani yang ada di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Gapoktan ini berdiri sejak tahun 2002, terdiri dari 6 kelompok tani yaitu kelompok tani Silih Asih I, Silih


(5)

Asih II, Manunggal Jaya, Saung Kuring, Tunas Inti dan Lisung Kiwari. Komoditi unggulan gabungan kelompok tani ini adalah beras.

Tabel 3.Deskripsi Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy

Nama Jumlah

Anggota

Luas Lahan ( ha ) Rata – rata produksi ( ton/tahun GKP )

Silih Asih I 23 11,7 204,3

Silih Asih II 21 15,9 262,3

Manunggal Jaya 15 14 168

Saung Kuring 10 13,5 230,8

Tunas Inti 16 7,1 106,5

Lisung Kiwari 39 16,8 282,2

Sumber : Gapoktan Silih Asih 2009

Berdasarkan tabel diatas Gapoktan Silih Asih yang terdiri dari enam Kelompok Tani memiliki lahan sebesar 79 ha dengan anggota sebanyak 124 orang menghasilkan rata- rata hasil padi dari Gapoktan pengelola tanaman pangan mencapai 4 sampai 7 ton per hektar. Komoditi unggulan gabungan kelompok tani ini adalah beras. Hampir 51,56 persen lahan subur di daerah Ciburuy berupa sawah, dengan 90 persen ditanami padi.

Perkembangan lingkungan industri yang dinamis menjadi pendorong bagi perusahaan-perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki dan mengidentifikasi lingkungan eksternal dan internal sebagai faktor keberhasilan agar memenangkan persaingan yang semakin kompetitif. Usaha-usaha yang dilakukan pada akhirnya diarahkan untuk memberikan produk yang terbaik kepada konsumen. Untuk menawarkan produk menarik dengan harga yang bersaing, setiap perusahaan menekan biaya tanpa menurunkan kualitas, sehingga konsumen memperoleh manfaat yang lebih tinggi.

Kendala yang dihadapi produsen beras “SAE” terdapat pada faktor internal dan eksternal. Gapoktan Silih Asih menerapkan perubahan pola pikir kepada petani yang tadinya hanya mengandalkan kondisi alam dan teknologi rendah menjadi petani yang modern. Sehingga petani tidak hanya mengandalkan


(6)

budidaya melainkan kegiatan agribisnisnya pun baik. Dalam proses budidaya pun, petani belum disiplin mengolah produknya. Lahan yang kurang produktif pun menjadi alasan karena lahan-lahan di sekitar daerah Ciburuy sudah banyak dijadikan lahan perumahan dan kawasan industry. Kurangnya ketersediaan air juga masih kendala karena pengembangan beras ini masih tergantung cuaca. jadi ketika musim kemarau, air yang didapat sangatlah terbatas sehingga dapat mengganggu pola tanam padi.

Dalam pengembangan usaha beras “SAE”, Gapoktan Silih Asih masih rendah dalam administrasi terbukti dari visi dan misi yang belum tertulis. Pencatatan tentang keuangan masih belum rapi sehingga administrasinya pun masih rendah. Administrasi yang dilakukan Gapoktan masih belum terlalu modern sehingga masih butuh penataan administrasi yang lebih baik lagi. Tingkat pendidikan petani pada Gapoktan Silih Asih termasuk golongan yang rendah yaitu lulusan SD, SMP. Kompetensi petani pun kurang kompeten yang dimiliki petani masih terbatas.

Berdasarkan permasalahan dan tantangan yang ada, beras “SAE” membutuhkan strategi pengembangan usaha yang tepat agar mampu bertahan dan terus dikembangkan. Untuk mengetahui strategi yang paling tepat adalah mengetahui dengan jelas faktor- faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut, sehingga dapat memanfaatkan peluang dan kekuatan serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Adapun rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor lingkungan internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih ? 2. Faktor-faktor lingkungan eksternal apa saja yang menjadi peluang dan

ancaman dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih ? 3. Alternatif strategi pengembangan usaha apa saja dan bagaimana prioritas


(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih. 2. Megidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan

ancaman dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih.

3. Menentukan alternatif strategi pengembangan usaha dan prioritas yang dilakukan pada usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagi Gapoktan, sebagai salah satu bahan pertimbangan Gapoktan dalam membuat kebijakan tentang strategi pengembangan usaha.

2. Bagi masyarakat akademik, diharapkan menambah pengalaman dan wawasan tentang strategi pengembangan usaha dan sebagai bahan penelitian selanjutnya. 3. Pemerintah, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam program

pengembangan agribisnis pertanian organik di Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini mencakup pengkajian formulasi strategi pengembangan unit usaha Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih yang meliputi gambaran umum Gapoktan yaitu analisis eksternal dan internal sedangkan tahap implikasi strategi diserahkan sepenuhnya kepada pengambil keputusan dari manajemen Gapoktan. Objek Kajian skripsi ini hanya mencakup beras SAE pada Gapoktan Silih Asih.


(8)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Komoditas Beras

Tumbuhan padi memiliki karakteristik tanaman-tanamannya anak-beranak sehingga disebut juga merumpun. Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu singkat telah membentuk 20-30 atau lebih anakan atau tunas baru. Kecepatan anak-beranak yang begitu cepat dapat menimbulkan kesulitan untuk mengetahui batang utamanya dan batang dari tunas baru.

Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta penyosoh. Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luarnya disebut beras pecah kulit. Sedangkan beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling. Tujuan penggilingan dan penyosohan beras adalah untuk: memisahkan sekam, kulit ari, katul dan lembaga dari endosperm beras, meningkatkan derajat putih dan kilap beras, menghilangkan kotoran dan benda asing, serta sedapat mungkin meminimalkan terjadinya beras patah pada produk akhir.

Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dibagi menjadi empat golongan yaitu beras ketan yang sangat pulen dengan kandungan amilosa sekitar 1-2 persen, beras pulen dengan kandungan amilosa sekitar 7-20 persen, beras sedang dengan kandungan amilosa 20-25 persen, dan beras pera dengan kandungan amilosa lebih dari 25 persen. Beras yang mengeluarkan aroma wangi bila ditanak misalnya beras cianjur, pandan wangi atau rojolele.

Secara biologi, beras adalah bagian biji padu yang terdiri dari aleuron, endospermae, dan embrio. Aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit. Endospermae, tempat sebagian besar pati dan protein beras. Embrio, calon tanaman baru dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan.


(9)

merupakan beras yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron. Beras merah mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu. Beras hitam disebabkan aleuron dan endospermae memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi. Ketan berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hamper seluruh patinya merupakan amilopektin. Ketan hitam merupakan versi ketan dari beras hitam.

Kandungan yang terdapat dalam beras yaitu protein, vitamin, mineral dan air. Pati beras tersusun dari amilosa dan amilopektin. Beras dimanfaatkan untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok. Beras memiliki rasa yang enak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia. Beras merupakan komoditas strategis karena ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada produksi beras yang mempunyai kandungan gizi.

2.2 Varietas Unggul

Varietas unggul merupakan salah satu komponen yang terpenting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus, yaitu potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan dan mutu produk tinggi.

Menurut Balai Besar penelitian Tanaman Padi (2008)1 varietas unggul terdiri dari :

1) Inpari 1

Varietas ini dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 952/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008. Ciri-ciri varietas ini bentuk tanaman tegak, dengan tinggi tanaman 93 cm, jumlah anakan produktif mencapai 16 anakan, dan tekstur nasi pulen.

Keunggulan varietas ini adalah ketahanan terhadap wereng batang coklat biotipe 2, serta agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3, selain itu varietas Inpari 1 mempunyai ketahanan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri, serta

1


(10)

tahan rebah. Umur tanaman yang relatif pendek (108 hari) adalah keunggulan lain dari varietas ini. Yang paling penting dari suatu varietas unggul adalah potensi produksi yang cukup tinggi, rata-rata produksi varietas Inpari 17,32 ton/ha Gabah Kering Giling (GKG) serta mempunyai potensi produksi 10 ton/ha GKG.

2) Inpari 2

Varietas Inpari 2 termasuk golongan cere, dengan umur tanaman 115 hari, bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman 85-95 cm, dengan jumlah anakan 15 anakan. Potensi hasil Varietas ini adalah 7,30 ton/ha dengan rata-rata hasil 5,83 ton/ha. Varietas ini cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl. Varietas Inpari 2 agak tahan terhadap hama wereng batang coklat, penyakit hawar daun bakteri, penyakit virus tungro. Varietas ini dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.951/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008.

3) Inpari 3

Varietas Inpari 3 cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai 600 m dpl. Varietas ini termasuk dalam golongan cere, dengan umur tanaman 110 hari. Potensi hasil varietas yang dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 953/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008 ini mencapai 7,52 ton/ha dengan rata-rata hasil 6,05 ton/ha. Varietas ini tahan terhadap hama wereng batang coklat dan agak tahan terhadap penyakit Hawar daun bakteri,dan penyakit virus tungro inokulum variasi 073, 013 dan 031. 4) Inpari 4

Inpari 4 juga memiliki ketahanan terhadap hama wereng batang coklat, dan agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri, serta agak tahan penyakit virus tungro inokulum varian 073 dan 031. Potensi hasil 8,80 ton/ha dengan rata-rata hasil 6,04 ton/ha. Varietas ini termasuk dalam golongan cere dengan umur tanaman 115 hari, tinggi tanaman 95-105 cm, dan 16 jumlah anakan.


(11)

Varietas Inpari 5 dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 955/Kpts/SR.120/7/2008 tanggal 17 Juli 2008. Varietas ini termasuk golongan cere, dengan umur tanaman 115 hari, tinggi tanaman 100-105 cm, dan jumlah anakan 15 anakan. Varietas Inpari 5 agak rentan terhadap hama wereng batang coklat Biotipe I, 2, dan 3, tetapi varietas ini agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri, dan penyakit virus tungro inokulum varian 073 dan 031. Pada umumnya varietas inpari 5 cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai dengan 600 m dpl.

6) Inpari 6 Jete

Termasuk golongan cere indica dengan umur tanaman 118 hari, tinggi tanaman 100 cm, jumlah anakan 15 batang. Inpari 6 memiliki tekstur nasi sangat pulen dengan kadar amilosa 18 persen. Potensi produksi varietas Inpari 6 produktivitas 8,60 ton/ha GKG; 12 ton/ ha GKG. Varietas ini tahan rebah, serta tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, IV dan strain VIII. Varietas INPARI 6 JETE diiepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 956/ Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008. Inbrida Padi Rawa (IN PARA) Inbrida Padi Rawa adalah varietas-varietas unggul padi yang baik dibudidayakan pada kondisi lahan rawa, tahan terhadap rendaman, serta daya adaptasi pada kondisi lahan masam.

2.2 Pertanian Sehat

Pertanian sehat merupakan proses budidaya tanaman yang mengutamakan pada penggunaan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan, mudah dan murah untuk mendapatkannya dengan tetap menjaga produktifitas dan hasil pertanian. Tujuan dari pengembangan pola pertanian sehat ini kepada petani yaitu menghilangkan ketergantungan petani terhadap penggunaan sarana pertanian kimia sintetik dengan tetap menjaga tingkat produktifitas pertanian, mengembalikan kesuburan dan kesehatan lahan pertanian, melestarikan


(12)

keanekaragaman hayati pada ekosistem pertanian, dan mengembangkan kreatifitas dan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. 2

Teknologi pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan adalah teknologi yang mudah, sederhana, dan murah. Pemanfaatan pestisida botani dan hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman sehingga pertanian ramah lingkungan menjadi layak diterapkan dibandingkan pertanian konvensional.

Secara umum ada dua aspek dalam pertanian sehat yaitu teknologi dan pembangunan sistem komunitas. Pertanian sehat merupakan pertanian yang menanamkan karakter sehat dalam setiap bagian input, proses, output maupun petani sebagai pelakunya. Input yang sehat yaitu pupuk, benih, dan pestisida yang memiliki aspek kesehatan dan kelestarian lingkungan. Proses yang sehat adalah budidaya, pengorganisasian, pembiayaan yang bersifat sehat. Output yang sehat adalah produk pertanian yang dihasilkan sehat untuk dikonsumsi, tidak mengandung residu kimia dan berkelanjutan dalam menyediakan produk-produk yang dibutuhkan pasar. Petani sebagai pengelola harus sehat baik secara jasmani dan rohani.

2.3 Beras “SAE”

Beras sebagai bahan pangan utama yang kita konsumsi setiap hari sangat berpotensi mengandung residu pestisida berbahaya. Sebab menurut hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa sebagian besar beras yang dihasilkan dari jalur Pantura - Jawa Barat telah tercemar 5 jenis residu insektisida berbahaya, yaitu Klorporifos, Lindan, Endosulfan, BPMC, dan Karbofuran dengan residu yang telah melebihi batas aman. Residu pestisida kimia yang terdapat dalam bahan pangan yang dikonsumsi akan terakumulasi dalam tubuh kita dan dapat membahayakan kesehatan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan aktif yang bersifat racun dari pestisida kimia tidak terbuang ke luar tubuh, tetapi akan terakumulasi di dalam jaringan dan dapat memicu timbulnya kangker, penurunan kesuburan, gangguan fungsi syaraf, kerusakan hati, ginjal, dan paru-paru.


(13)

Beras “SAE” merupakan beras yang diproduksi dengan teknologi ramah lingkungan. BERAS SAE (Sehat Aman Enak) dinyatakan bebas pestisida berdasarkan uji laboratorium BB BIOGEN BOGOR No. 080/LB/VII/2006. Merek Terdaftar No. DOO 2007005776 Dinas Kesehatan Bogor P-IRT No. 215320119. Beras SAE diproduksi dengan menggunakan teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Beras SAE bebas residu pestisida golongan Organoklorin, Organophospate, Karbanet, danPiretoid. Beras SAE memiliki karakteristik yang khas yaitu memiliki warna nasi yang putih, pulen, dan wangi.


(14)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Strategi

Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli. Menurut Stephanie K. Marrus, strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana mencapai misi dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan mamaksimalkan keterbatasan (Wheelen dan Hunger, 2003).

Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional serta perlu mempertimbangkan, baik faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan. Strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadi kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (David, 2009).

3.1.2 Hirarki Strategi

Suatu perusahaan bisnis mempunyai tiga tingkatan level strategi yaitu korporasi, divisiona,l dan fungsional (Hunger dan Wheelen, 2003). Pertama, strategi korporasi merupakan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis dan lini produk untuk mencapai keseimbangan portofolio produk dan jasa. Strategi korporasi juga meliputi pola keputusan yang berkenaan dengan tipe-tipe bisnis perusahaan, arus keuangan, dan hubungan antara perusahaan dengan kelompok utama dalam lingkungan perusahaan.

Kedua, strategi fungsional merupakan strategi yang memaksimalkan pada sumber daya produktivitas. Strategi fungsional mengembangkan strategi untuk mengumpulkan berbagai kompetensi guna memperbaiki kinerja. Ketiga, strategi


(15)

menunjukkan pada perbaikan posisi persaingan produk barang atau jasa perusahaan dalam industry atau segmen pasar yang dilayani oleh divisi tersebut. Strategi divisional mengarah pada peningkatan laba dalam produksi dan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan. Strategi ini pun mengintegrasikan berbagai kegiatan fungsional untuk mencapai tujuan divisi.

Tiga level strategi tersebut membentuk hirarki strategi dalam suatu perusahaan. Pelaksanaan khusus hirarki strategi sangat bervariasi dalam suatu perusahaan. Menurut hirarki strategi, Gapoktan Silih Asih berada pada tingkatan level strategi divisional karena memiliki divisi-divisi tertentu meliputi beras “SAE”, pupuk offer, peternakan, dan perikanan. Penelitian ini hanya terbatas pada divisi beras “SAE”.

3.1.3. Model Manajemen Strategis Komprehensif

Manajemen strategis merupakan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi (David,2009).


(16)

Gambar 1 . Model Manajemen Strategis Komprehensif Sumber : David (2009)

3.1.4 Formulasi Strategi

Model manajemen strategis komprehensif menurut David tahun 2009 terdiri dari tiga unsur utama yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Penelitian ini hanya dibatasi pada tahap formulasi strategi. Formulasi strategi merupakan suatu proses untuk merancang, menyeleksi, dan memilih strategi yang lebih tepat untuk diterapkan dan serangkaian strategi yang disusun untuk mencapai tujuan organisasi. Gapoktan Silih Asih dipandang sebagai perusahaan, oleh karena itu untuk memformulasikan strategi dapat dilakukan dengan mengaudit faktor internal dan eksternal, mengembangkan visi dan misi, menetapkan tujuan jangka panjang dan dijadikan dasar dalam membuat dan mengevaluasi strategi. Evaluasi Strategi Implementasi Strategi Formulasi Strategi Menjalankan Audit Eksternal Merumuskan Mengevaluasi dan Memilih Strategi Implementasi Strategi-isu Manajemen Implementasi strategi isu-isu pemasaran, keuangan, akutansi, penelitian dan pengembangan, sistem informasi Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja Menjalankan Audit Internal Menetap-kan Tujuan Jangka Panjang Mengem-bangkan Pernyataan Visi dan Misi


(17)

3.1.5 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

Visi merupakan pernyataan tentang cita-cita yang ingin dicapai di masa depan dan misi merupakan pernyataan tentang alasan keberadaan organisasi. Sebuah pernyataan visi yang jelas menjadi dasar bagi pengembangan pernyataan visi yang komprehensif. Pernyataan visi haruslah singkat, diharapkan satu kalimat, dan sebanyak mungkin manajer diminta masukannya dalam proses pengembangannya. Pernyataan misi menjelaskan ingin menjadi apa suatu organisasi dan siapa sajakah yang coba dilayaninya. Pernyataan visi dan misi yang disiapkan secara cermat diakui secara luas baik oleh praktisi maupun akademisi sebagai langkah pertama dalam manajemen strategis.

Menurut David (2006), enam alasan pentingnya menetapkan pernyataan visi dan misi yaitu :

1. Memastikan adanya kesatuan tujuan dalam organisasi

2. Menjadi landasan dalam mengalokasikan sumberdaya organisasi 3. Menciptakan iklim organisasi yang sama

4. Sebagai acuan bagi setiap individu dalam memahami tujuan dan arah organisasi

5. Memfasilitasi penerjemahan tujuan organisasi ke struktur kerja

6. Menjelaskan tujuan organisasi dalam menerjemahkan tujuan menjadi beberapa sasaran kegiatan

Tujuan mendasar yang membedakan suatu perusahaan dari perusahaan lain yang sejenis dan yang menjelaskan cakupan operasinya dalam bentuk produk dan pasar didefinisikan sebagai misi perusahaan. Misi ini mengandung filosofi bisnis dari para pengambil keputusan strategik perusahaan, menyiratkan citra yang ingin dipancarkan perusahaan, mencerminkan konsep diri perusahaan, dan mengidentifikasikan bidang produk atau jasa utama perusahaan serta kebutuhan utama pelanggan yang akan dipenuhi perusahaan ( Pierce dan Robinson, 1997)

3.1.6 Audit Eksternal

Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Pada umumnya lingkungan eksternal berada di luar kontrol perusahaan. Interaksi lingkungan


(18)

eksternal akan berpengaruh terhadap realisasi misi perusahaan karena pada hakikatnya kondisi lingkungan ekternal berada di luar kendali perusahaan. Lingkungan eksternal dibagi ke dalam dua kategori, yaitu :

1) Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor-faktor utama yang diperhatikan adalah faktor Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi (PEST). a) Faktor Politik

Faktor penting bagi para pengusaha untuk terus berusaha diantaranya adalah arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah. Situasi politik yang tidak kondusif dapat menimbulkan dampak bagi perkembangan usaha, begitu pula sebaliknya. Hal yang harus diperhatikan adalah undang-undang tentang lingkungan dan perburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, sistem perpajakan, dan sebagainya.

b) Faktor Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim bisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya mempertahankan dan meningkatkan kondisi ekonomi daerahnya. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah atau negara adalah siklus bisnis, ketersediaan energi, suku bunga, inflasi, investasi, harga produk dan jasa, produktivitas, dan tenaga kerja.

c) Faktor Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan

Berubahnya kondisi sosial masyarakat yang terjadi harus dapat diatasi oleh perusahaan karena hal tersebut akan memengaruhi keberlangsungan perusahaan.

d) Faktor Teknologi

Kemajuan teknologi yang semakin baik akan mendorong dalam perkembangan suatu bisnis ataupun bidang yang mendukung kegiatan


(19)

juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Setiap kegiatan usaha yang akan dijalankan selalu mengikuti perkembangan teknologi yang diterapkan pada produk dan jasa.

2) Lingkungan Industri

Analisis lingkungan industri dilakukan dengan menggunakan konsep

competitive strategy yang dikemukakan oleh Michael E. Porter. Competitive strategy menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing, yaitu :

1. Ancaman masuknya pendatang baru

Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Jika rintangan atau hambatan ini besar atau pendatang baru memperkirakan akan ada perlawanan yang keras dari pelaku usaha lama, maka ancaman masuknya pendatang baru akan menjadi rendah. Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat.

2. Ancaman produk pengganti

Perusahaan dalam suatu industri akan bersaing dengan produk pengganti. Meskipun karakteristiknya berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produksi kuat apabila konsumen dihadapkan pada

switching cost yang lebih rendah dan jika produksi substitusi harganya lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk industri.

3. Kekuatan tawar-menawar pembeli

Pembeli menjadi pesaing suatu industri dengan cara tawar-menawar untuk harga yang lebih rendah, mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, semuanya dengan mengorbankan kemampulabaan industri. Kekuatan dari tiap-tiap kelompok pembeli yang penting dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembeliannya dari industri yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan dari bisnis pembeli tersebut.


(20)

4. Kekuatan tawar-menawar pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau jasa. Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap para peserta industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampulabaan industri yang tidak mampu mengimbangi kenaikan harganya. Kondisi yang membuat pemasok kuat cenderung serupa dengan kondisi yang membuat pembeli kuat.

5. Tingkat persaingan di antara pesaing yang ada (perusahaan sejenis)

Rivalitas di kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik-taktik seperti perang iklan, persaingan harga, introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada pelanggan. Persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Pada sebagian besar industri, gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pesaingnya dan dengan demikian dapat mendorong perlawanan atau usaha untuk menandingi gerakan tersebut, artinya perusahaan-perusahaan saling tergantung satu sama lain.

3.1.7 Audit Internal

Analisis lingkungan internal merupakan analisis yang dilakukan terhadap situasi dalam perusahaan, dan tahap pengkajian faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Lingkungan internal terbagi menjadi enam bagian yakni manajemen; pemasaran; keuangan atau akuntansi; produksi atau operasi; penelitian dan pengembangan; dan sistem informasi komputer. Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk harus mempunyai orientasi litbang yang kuat (David 2009).

Landasan penting dari anlisis lingkungan internal adalah pengertian mengenai pemikiran pencocokan kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan .


(21)

1. Manajamen

Fungsi Manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengendalian, dan pengolahan staf. Manajemen dilakukan pada struktur organisasi perusahaan secara keseluruhan. Manusia merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan.

2. Pemasaran

Proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan atas barang dan jasa. Adapun tujuh fungsi pemasaran yaitu analisis pelanggan, penjualan produk dan jasa, penetapan harga, perencanaan produk dan jasa, distribusi, riset pemasaran, dan analisa peluang.

3. Keuangan

Indikator terbaik posisi kompetitif dan daya tarik perusahaan. Likuiditas, solvabilitas, modal kerja, keuntungan, pemanfaatan harta, arus kas, dan modal saham dapat mengurangi sejumlah hal yang dianggap feasible atau dapat dilaksanakan. Fungsi keuangan terdiri dari tiga keputusan yaitu investasi, finansial dan deviden. Keputusan keuangan berkaitan dengan struktur modal terbaik untuk perusahaan dan meneliti berbagai metode yang meningkatkan modal

4. Produksi atau operasi

Kegiatan produksi operasi perusahaan dapat dilihat dari keteguhan dalam prinsip efisiensi, produktivitas, dan efektivitas. Fungsi produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukan barang dan jasa. 5. Penelitian dan Pengembangan

Perusahaan membutuhkan penelitian dan pengembangan yang kuat agar dapat bertahan dan berkembang. Anggaran Litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya dan memperbaiki proses manufaktur untuk mengurangi biaya.

6. Sistem Informasi Manajemen

Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial. Tujuan dari sistem


(22)

manajemen informasi adalah meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara meningkatkan kualitas keputusan kerja.

3.1.8 Menetapkan Tujuan Jangka Panjang

Strategi merepresentasikan tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Hal ini berarti tujuan jangka panjang merupakan hasil yang diharapkan dari penerapan strategi saat ini. Sifat dari tujuan jangka panjang ialah kuantitatif, terukur, realistis, dapat dimengerti, menantang, hierarkis, dapat dicapai, dan selaras antar unit organisasi. Tujuan biasanya dinyatakan dalam bentuk pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, pangsa pasar, tingkat dan sifat diversivikasi, tingkat dan sifat integrasi vertikal, laba bersih per saham, dan tanggung jawab sosial.

3.1. 9 Merumuskan, Menetapkan dan Memilih Strategi

Analisis dan pilihan strategi berguna untuk menentukan alternatif tindakan untuk mencapai misi dan tujuan dengan cara yang terbaik. Strategi, tujuan, dan misi perusahaan digabungkan dengan informasi audit internal dan eksternal sehingga memberikan dasar untuk menghasilkan dan mengevaluasi strategi yang layak. Alternatif strategi diturunkan dari visi, misi, tujuan, audit eksternal, audit internal perusahaan dan konsisten dengan strategi masa lalu yang telah berhasil dijalankan. Beberapa alat analisis yang dapat digunakan dalam perumusan, penetapan dan pemilihan strategi antara lain:

3.1.9.1 Matriks EFE dan IFE

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal yang menyangkut ekonomi, sosial, budaya, demografi, politik, lingkungan, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada dan data eksternal lainnya yang relevan. Sedangkan Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi dapat dilakukan dari beberapa fungsional perusahaan yaitu aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi.


(23)

3.1.9.2 Matriks IE (Internal-Eksternal)

Matriks Internal-Eksternal (IE) merupakan matriks yang digunakan pada tahap pencocokan (The Matching Stage) pada proses manajemen strategi. Matriks IE merupakan matriks yang memadukan atau mencocokan hasil pembobotan IFE dan EFE. Pada Matriks IE, terdapat dua dimensi dengan total skor dari matriks IFE pada sumbu X dan total skor dari Matriks EFE pada sumbu Y. Hasil dari pencocokan tersebut akan terangkum dalam matriks IE yang mempunyai sembilan sel yang akan menunjukkan posisi perusahaan di dalam industri.

3.1.9.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah sebuah pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi yaitu Strategi S-O memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Strategi S-T menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal. Strategi W-T adalah taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal (David, 2009).

3.1.9.4 Matriks QSP (QSPM)

QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternative secara objektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasi. Jadi, secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. (Umar, 2008)

3.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha sudah cukup banyak dilakukan tetapi Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor belum ada. Pada umumnya


(24)

tujuan dalam penelitian strategi pengembangan usaha adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi perusahaan, merumuskan alternatif strategi yang paling sesuai, dan penting bagi pengembangan usaha.

Rohmiatin (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat di Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu :

1) Manajemen

Fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan dibuat berdasarkan musyawarah, program keja, penilaian hasil kerja yang dilakukan oleh manajemen DD-Republika secara langsung maupun tidak langsung.

2) Pemasaran

Pemasaran yang dikoordinir oleh manajer umum ke agen-agen penjual beras sehat/organik sekaligus memasarkan produk saprotan ke outlet pertanian yang tersebar di Jakarta dan Bogor, ketetapan harga jual disepakati oleh petani maupun LPS.

3) Keuangan

Sumber dana berasal dari bantuan/subsidi yang berasal dari Dompet Dhuafa Republika, laporan keuangan LPS masih belum terkomputerisasi secara lengkap.

4) Produksi

Produk input pertanian yaitu berupa pupuk organic dengan nama VIR-X dan pupuk OFER.

5) Penelitian dan pengembangan

Teknologi sarana produksi pertanian yang ramah lingkungan yaitu produk saprotan pupuk dan pestisida alami, transfer teknologi pembuatan pupuk LPS dilakukan melalui pembinaan petani kader yang dapat memanfaatkan sumber daya local, LPS membantu uji laboratorium bahan baku yang dihasilkan.


(25)

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu : 1) Faktor ekonomi

Permintaan beras organik dipengaruhi oleh peningkatan kesadaran akan bahaya pestisida, inflasi harga-harga kebutuhan pokok menjadi naik namun penjualan beras LPS tidak merugikan petani.

2) Faktor lingkungan

Usaha beras organik rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Faktor kebijakan pemerintah meliputi Adanya program Go Organik 2010 yang dicanangkan Pemerintah,acuan mengenai pertanian organic diatur oleh SBI No. 01-6729-2002.

3) Faktor teknologi

Teknologi yang digunakan LPS belum cukup modern artinya teknologi yang dipakai masih manual dan saprotan yang dibuat LPS masih terbatas karena bahan bakunya terbatas

4) Faktor pesaing

Pesaing yang dihadapi LPS adalah dari hasil pertanian non organik, pesaing yang sudah dikenal di masyarakat adalah beras organic UFO, beras organic raos dan pulen, beras organic pelopor dari sragen.

Identifikasi terhadap faktor-faktor internal menghasilkan rumusan kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan yaitu memiliki prospek usaha yang baik dan ramah lingkungan, produk memiliki nilai ekonomis dan berdaya saing tinggi, memiliki jejaring DDR di berbagai daerah, dan memiliki dukungan produksi saprotan yang cukup lengkap. Sedangkan yang menjadi kelemahan yaitu sarana dan prasarana yang terbatas, harga jual lebih mahal disbanding beras non organik, jumlah sumber daya manusia yang terbatas, promosi yang belum intensif, modal kerja terbatas.

Identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal menghasilkan rumusan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Peluang-peluang yang ada pada perusahaan yaitu terbatasnya suplai pangan yang ramah lingkungan di pasar, tren pertanian organik, kemanan produk pangan, kerjasama dengan pihak pemerintah daerah, dan permintaan pasar terhadap beras organik masih terbuka luas. Sedangkan yang menjadi ancaman yaitu adopsi teknologi ramah lingkungan


(26)

belum berkesinambungan, adanya kompetior pangan organik, dan daya beli masyarakat rendah. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, SWOT dan QSPM.

Dudiagunoviani (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu :

1) SDM

Kelompok tani Cibeureum Jempol terdiri dari seorang ketua sekaligus pendiri yaitu Bapak Amin, Kelompok tani ini memiliki 40 anggota, sistem kerja di kelompok tani Mulyaharja ini adalah sistem padat karya, sehingga keharmonisan didalamnya sangat diperlukan dalam proses kerjanya.

2) Keuangan

Modal awal kelompok tani Cibeureum Jempol berasal dari milik Bapak Amin selaku pendiri dan modal pinjaman. Pada sistem keuangannya, kelompok tani ini masih digunakan sistem keuangan yang sederhana.

3) Produksi dan operasi

Kelompok tani Cibeureum Jempol memiliki kelompok tani yang terdiri dari petani penggarap dan petani pemilik sekaligus penggarap. Bibit yang dikembangkan adalah bibit yang berasal dari saran pemerintah (Dinas Agribisnis Bogor).

4) Penelitian dan pengembangan

Kelompok tani Cibeureum Jempol melakukan uji coba terlebih dahulu untuk jenis produk yang akan dikembangkan. Uji coba dilakukan diatas lahan milik ketua kelompok seluas 2.500 m2.

5) Pemasaran

Produk yang dihasilkan kelompok tani ini yaitu beras organik dengan harga Rp 6.500-12.000 per kg, sistem penetapan harga didasarkan pada harga pasar sehingga produk yang dihasilkan kelompok tani ini dapat bersaing dengan sehat dengan produk yang ada di pasar, saluran distribusi kelompok tani ini pendek karena dari kelompok tani langsung ke swalayan kemudian ke konsumen akhir atau dari kelompok tani langsung ke konsumen akhir, dan kelompok tani ini


(27)

juga melakukan promosi dengan membagikan brosur serta dari mulut ke mulut melalui para konsumennya.

Sedangkan yang mempengaruhi factor eksternal yaitu : 1) Faktor ekonomi

Kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat PDB masih cukup besar. Pada triwulan III tahun 2008 terhadap triwulan III tahun 2007 tingkat PDB pertanian tumbuh sehingga memberi kontribusi sebesar 2,4 persen terhadap PDB nasional.

2) Faktor teknologi

Kelompok tani Cibeureum Jempol terus dikembangkan teknik budidaya beras organik secara tepat.

3) Kebijakan pemerintah

Adanya program Go organic yang dicanangkan pemerintah melalui Departemen Pertanian secara tidak langsung dapat membangun gairah para petani kelompok tani Cibeureum Jempol untuk tetap mengembangkan usahanya dalam memproduksi beras organik.

4) Faktor Sosial dan budaya

Usaha beras merupakan usaha agribsinis yang sangat rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Komoditas pertanian termasuk beras yang memiliki sifat yang mudah rusak.

5) Demografi

Semakin bertumbuhnya peningkatan penduduk maka permintaan akan bahan pangan utama ini yaitu beras semakin meningkat juga.

Identifikasi terhadap faktor-faktor internal menghasilkan rumusan kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki yaitu memiliki pimpinan yang berjiwa sosial dan bertanggung jawab, memiliki produk yang ekonomis dan bersertifikasi organik dengan nomor 215A/RSS/MK/DN/VIII/07, memiliki dukungan penggilingan yang cukup baik dan lengkap, sudah mampu dilakukannya uji coba dan pengembangan terhadap komoditas padi organik unggulan pada lahan milik sendiri. Sedangkan yang menjadi kelemahan yaitu terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit, kurangnya pendidikan SDM yang


(28)

dimiliki, sarana dan prasarana yang masih terbatas, sistem keuangan yang masih sederhana, modal kerja yang terbatas.

Identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal menghasilkan rumusan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Peluang-peluang yang dimiliki adalah adanya program pemerintah Go Organik, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat, adanya dukungan pemerintah, tersedianya pasar beras organik yang masih luas dan ketersediaan air yang cukup banyak sedangkan yang menjadi ancaman adalah tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah, banyaknya beredar produk organik palsu, perubahan cuaca, lahan produksi yang menyempit. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, SWOT dan QSPM.

Mustika (2009) melakukan penelitian dengan judul Formulasi Strategi Pengembangan Bisnis Kentang pada PT Dafa Teknoagro Mandiri Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu :

1) Pemasaran

Daerah pemasaran perusahaan lebih terkonsentrasi disekitar wilayah Bogor sebab daya beli konsumen di wilayah ini masih besar. Selain itu jarak transportasi yang relatif dekat menyebabkan biaya transportasi lebih murah sehingga penerimaan perusahaan lebih maksimal.

2) Keuangan

Setiap transaksi keluar dan masuknya uang hanya dicatat dalam buku keuangan dan terkadang ada transaksi-transaksi yang tidak tercatat dan untuk mendapatkan modal jangka pendek berupa pinjaman dari Bank, karena bentuk badan usaha yang dimiliki oleh perusahaan telah berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

3) Produksi

Dalam proses produksi, semua proses dilakukan secara manual sebab tidak ada kebutuhan mesin tertentu untuk membantu proses produksi. Produktivitas perusahaan ini rata-rata tiap harinya dapat menyediakan 900-1.200 kg kentang per hari.


(29)

4) Penelitian dan pengembangan

Saat ini perusahaan masih fokus pada kegiatan utamanya yaitu penyediaan dan pemasaran bibit kultur jaringan.

5) SDM

Saat ini jumlah tenaga kerja tetap perusahaan berjumlah 29 orang, dengan alokasi jumlah yang berbeda-beda pada setiap bagian. Tingkat pendidikannya pun sudah tinggi sehingga karyawan telah memiliki keterampilan yang baik

6) Struktur prusahaan

Sejak tahun 2001, perusahaan telah berbadan hukum yang kuat karena telah berbentuk Peseroan Terbatas (PT) sehingga pembagian kerja telah tersusun rapi dan tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan Hal ini merupakan kekuatan bagi perusahaan.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi : 1) Kebijakan pemerintah

Sektor pertanian dapat dijadikan tumpuan harapan karena upaya kembali pada kegiatan yang mengandalkan sumberdaya domestik. Bagi PT. DaFa Teknoagro Mandiri kebijakan pemerintah tersebut akan berdampak pada adanya jaminan bagi prospek pengembangan bisnis kentang.

2) Ekonomi

Kondisi ekonomi yang semakin membaik yang diiringi dengan peningkatan daya beli masyarakat memungkinkan adanya peningkatan pasar kentang. Selain itu, Pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik memicu tumbuhnya iklim investasi khususnya dalam usaha retail berupa munculnya pasar, swalayan dan rumah makan baru yang memasarkan atau menggunakan kentang sebagai bahan bakunya.

3) Demografi

Di Indonesia pertambahan jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga menjadi peluang untuk pengembangan produk kentang dalam penjualannya.


(30)

4) Sosial

Adanya slogan “back to nature” mengindikasikan adanya peluang bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini ditandai dengan munculnya kafe-kafe atau rumah makan vegetarian yang khusus menyediakan masakan sayur-sayuran.

5) Tekonolgi

Teknologi dalam kegiatan produksi yang telah diterapkan oleh perusahaan adalah teknologi kultur jaringan yaitu suatu teknik pembiakan tanaman yang lahir seiring dengan revolusi dalam bidang bioteknologi. Pada awalnya teknik kultur jaringan hanya digunakan pada proses pemuliaan tanaman untuk memperoleh jenis-jenis tanaman yang unggul. Tetapi teknik ini kemudian dimanfaatkan pula pada proses produksi bibit secara massal dan komersial.

Identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal menghasilkan rumusan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Peluang-peluang yang ada pada lingkungan eksternal diantaranya kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan usaha agribisnis, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik, bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, munculnya kafe-kafe atau rumah makan vegetarian yang khusus menyediakan masakan sayur-sayuran, meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya nilai gizi, kemajuan teknologi yang semakin pesat serta kekuatan tawar menawar petani kentang yang lemah. Ancaman yang dihadapi perusahaan diantaranya adalah perdagangan bebas antar negara, banyaknya perusahaan sejenis di Jawa Barat, adanya produk substitusi dengan fungsi yang sama, bargaining power perusahaan terhadap pembeli lemah serta kekuatan tawar menawar pemasok saprotan tinggi.

Identifikasi terhadap faktor-faktor internal menghasilkan rumusan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan yaitu kualitas kentang yang akan dipasarkan sangat baik dan kontinuitas barang sangat terjamin, perusahaan telah memiliki pelanggan tetap, memiliki relasi luas serta baik dengan pihak pemasok, jalur pemasaran yang pendek, adanya sistem pembayaran langsung dan tepat waktu, memiliki tenaga


(31)

kekeluargaan dan sifat gotong royong mulai dari karyawan hingga pimpinan. Sedangkan kelemahan yang dimiliki perusahaan antara lain penggunaan lahan dan kapasitas produksi belum optimal, pengimputan data keuangan belum menggunakan sistem akuntansi yang baik, kondisi alam yang kurang sesuai dengan syarat tumbuh kentang, kegiatan penelitian dan pengembangan masih belum dilakukan oleh pihak perusahaan, kurang agresifnya dalam mempromosikan produk, dan belum teratur dalam pemberian pelatihan kepada karyawan baru. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, IE dan QSPM.

Siahaan (2009) melakukan penelitian dengan judul Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi Desa Babuara Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu :

1) Manajemen

Proses perencanaan dalam kelompok tani lebih didominasi oleh ketua, pengorganisasian di Kelompok Tani Sisandi masih sangat terpusat pada ketua. motivasi anggota kelompok tani berdasarkan hasil pengamatan masih rendah, fungsi pengendalian dilakukan oleh ketua, terutama dalam hal kegiatan produksi.

2) Pemasaran

Berdasarkan pengamatan harga penjualan padi di daerah Kabupaten Tobasa saat ini (Mei 2009) adalah Rp 3.300 per kg. Saluran pemasaran kelompok ini belum efisien. Para petani masih memasarkan padinya secara individu kepada para pengumpul kemudian pengumpul akan memasarkan lagi kepada pedagang besar dan selanjutnya pedagang besar akan memasarkan kepada konsumen

3) Keuangan

Sumber keuangan kelompok tani ada dua yaitu: dari luar kelompok tani berupa bantuan pemerintah atau pinjaman dan dari dalam kelompok tani berupa iuran anggota. Kelompok Tani Sisandi telah mendapat bantuan modal KUT sejak tahun1992-2000. Bantuan modal yang diperoleh berkisar dua juta rupiah hingga 20 juta rupiah.


(32)

4) Produksi

Petani anggota Kelompok Tani Sisandi mengusahakan tanaman padi di lahan sendiri dan lahan sewa dan Proses produksi padi terdiri dari kegiatan pengolahan lahan hingga pemanenan.

5) Penelitian dan pengembangan

Kegiatan yang telah dilakukan dalam kelompok tani masih berupa uji multilokasi atau demplot

Sedangkan factor eksternal yang mempengaruhi adalah 1) Politik

Program operasional pengembangan pertanian organik yang lebih dikenal dengan slogan Go Organic 2010 telah dimulai sejak tahun 2001. Program ini memberikan pedoman dan persyaratan kepada petani tentang cara bertani secara organik yang telah disepakati secara internasional

2) Ekonomi

Tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,30 persen dengan nilai PDB sebesar 1.964,0 triliun. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan mendukung kelancaran usaha termasuk pengembangan padi organik.

3) Sosial dan budaya

Proses produksi beras sangat rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Beras memiliki sifat yang mudah rusak. Proses produksi ini terdiri dari pengolahan lahan hingga pemanenan. Proses ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, curah hujan, dan ketersediaan air.

4) Teknologi

Pemerintah daerah juga sudah pernah mengikutsertakan ketua Kelompok Tani Sisandi pelatihan pertanian ramah lingkungan yang dilakukan di daerah lain seperti Brastagi dan Sukabumi. Untuk mendukung pengembangan padi organik di Kelompok Tani Sisandi di Kabupaten Tobasa telah tersedia sarana pertanian organik seperti bibit, pupuk, dan pestisida organik dalam jumlah yang cukup dan sudah bersertifikat.

Adapun faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan adalah memiliki peralatan pertanian yang mendukung, memiliki ketua kelompok tani yang aktif dan


(33)

lingkungan, telah mengikuti pelatihan budidaya padi yang baik, dan lokasi usaha yang strategis. Sedangkan yang menjadi kelemahan yaitu modal kerja yang terbatas, mayoritas lahan petani merupakan lahan sewa, petani kurang mampu mengimplementasikan budidaya padi organik, pemasaran yang kurang efisien, dan kurang konsistensinya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya .

Faktor eksternal yang menjadi peluang yaitu hubungan baik dengan Dinas Pertanian setempat, adanya konsultan pertanian yang memahami pertanian organik dan mau membina petani, tersedianya sarana produksi pertanian organik seperti pupuk, bibit, dan pestisida organik yang sudah bersertifikat, meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat , peluang pasar yang masih luas baik domestik maupun mancanegara, adanya program pemerintah Go Organic 2010 sedangkan yang menjadi ancaman yaitu perubahan cuaca yang tidak menentu,banyaknya peredaran produk padi organik palsu, maraknya konversi lahan pertanian. Alat analisis yang digunakan adalah matriks SWOT, QSPM, dan rancangan arsitektur

Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini. Diperkirakan faktor internal yang ada meliputi manajemen, produksi, pemasaran, keuangan, penelitian dan pengembangan. Manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian, program kerja dan penilaian hasil kerja. Pemasaran meliputi product, price, place, promotion, saluran distribusi. Keuangan meliputi buku keuangan, system keuangan, modal awal, modal pinjaman. Produksi meliputi produk input pertanian, bibit yang dikembangkan, lahan produksi. Penelitian dan pengembangan meliputi riset dan teknologi

Pada faktor eksternal meliputi lingkungan industri yaitu analisis lima kekuatan Porter dan lingkungan jauh yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi, politik, hukum dan pesaing. Faktor ekonomi meliputi keadaan ekonomi secara umum, permintaan beras dan inflasi. Teknologi meliputi teknologi yang digunakan dan teknik budidaya. Kebijakan pemerintah meliputi Trenback to nature.Sosial dan budaya meliputi iklim dan cuaca, sifat komoditas. Demografi meliputi laju pertumbuhan penduduk.


(34)

3.3 Kerangka Pemikiran Operasional

Potensi untuk mengembangkan beras SAE belum direspon secara maksimal oleh gapoktan Silih Asih karena adanya beberapa masalah dalam perkembangannya. Permasalahan yang dihadapi oleh Gapoktan adalah lahan produktif yang semakin menyempit, kurangnya ketersediaan air, manajemen SDM yang rendah terlihat dari visi dan misi yang masih tersirat, sistem administrasi yang rendah pula. Dengan adanya masalah tersebut, dan utnuk menghadapi persaingan maka perlu dirumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk Gapoktan.

Untuk memformulasikan strategi dalam pengembangan usaha beras SAE, maka terlebih dahulu dilakukan identifikasi visi dan misi. Hal ini perlu dilakukan karena penerapan strategi membutuhkan kecocokan visi misi dengan serangkaian tindakan yang akan dijalankan untuk mencapai tujuanyang ditentukan. Analisis lingkungan internal dan eksternal perlu dilakukan sebagai input untuk merumuskan alternatif strategi. Dalam analisis lingkungan internal mencakupmanajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan dan sistem informasi komputer. Analisis lingkungan eksternal mencakup ekonomi, sosial budaya, demografi, hukum dan politik, sedangkan lingkungan industri terdiri dari pendatang baru, pembeli, pemasok, pesaing dan produk pengganti.

Alternatif-altrenatif strategi unit usaha beras SAE Gapoktan Silih Asih dapat diperoleh melalui matriks evaluasi faktor internal (IFE) dan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE). Selanjutnya menggunakan matriks Internal-Eksternal (IE) dan matriks strength, weakness, opportunities, threats (SWOT) untuk merumuskan alternative strategi. Hasil dari matriks IE kemudian diintegrasikan dengan matriks SWOT. Untuk menentukan prioritas strategi pengembangan usaha, dapat dilakukan melalui analisis QSP (quantitative strategic planning). Berdasarkan uraian tersebut, alur operasional dalam gambar dapat dilihat pada gambar 2.


(35)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Lahan produktif menyempit

SDM yang rendah Administrasi yang

rendah

Formulasi Strategi

Audit Internal

1. Majanemen

2. Produksi dan Operasi 3. Pemasaran

4. Keuangan

5. Penelitian dan Pengembangan 6. Sistem informasi manajemen

Audit Eksternal

1. Politik, kebijakan pemerintah dan hukum

2. Ekonomi

3. Sosial budaya, demografi dan lingkungan

4. Teknologi 5. Kompetitif

 Ancaman pendatang baru

 Persaingan sesama perusahaan dalam industri

 Ancaman produk substitusi  Daya tawar menawar pembeli  Daya tawar menawar pemasok

Matriks IFE (input stage)

Matriks EFE (input stage)

Matriks IE (matching stage)

Matriks SWOT (matching stage)

Matriks QSPM (decision stage)


(36)

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Silih Asih yang berlokasi di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang sedang melakukan pengembangan pada beras “SAE” dalam rangka meningkatkan kinerja. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama dua bulan dari bulan Maret sampai September 2011.

4.2 Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung, diskusi dan observasi di lokasi. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait yaitu pihak manajemen Gapoktan Silih Asih dan Dinas Pertanian. Data primer yang diperoleh berupa factor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi Gapoktan. Data sekunder diperoleh dari sumber informasi berupa laporan tertulis yang ada pada Gapoktan Silih Asih dan melalui studi literatur buku-buku yang relevan, jurnal ilmiah, skripsi, Badan Pusat Statisika (BPS), Dinas Pertanian Kabupaten Bogor dan world wide web.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian yaitu pada Gapoktan Silih Asih yang berada di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Data yang dibutuhkan didapatkan dari wawancara langsung dengan pihak terkait, observasi ke instansi yang terkait dengan subjek dan objek penelitian. Responden yang diwawancarai untuk strategi ada tiga responden yaitu ketua, manajer keuangan dan pemasaran, pelaksana bagian beras pada Dinas Pertanian Kabupaten Bogor.

Jenis data yang dikumpulkam dalam analisis lingkungan eksternal dapat dilihat pada Tabel 4.


(37)

Tabel 4.Jenis dan Sumber Data

Rincian Data Jenis Data Sumber Data

Audit Internal 1) Manajemen a) Perencanaan b) Pengorganisasian c) Pelaksanaan d) Pengendalian e) Program kerja f) SDM Primer dan sekunder Ketua 2) Pemasaran a) Product b) Price c) Place d) Promotion

e) Saluran distribusi

Primer dan sekunder

Manajer pemasaran

3) Keuangan

a) Sistem keuangan b) Sumber modal c) Modal pinjaman d) Modal awal e) Buku keuangan

Primer dan sekunder

Manajer keuangan

4) Operasi dan Produksi

a) Produk input pertanian

b) Bibit yang digunakan c) Lahan produksi d) Proses produksi

Primer dan sekunder

Manajer produksi

5) Penelitian dan Pengembangan a) Riset b) Teknologi Primer dan sekunder Ketua Audit Eksternal 1) Ekonomi

a) Keadaan umum ekonomi

b) Permintaan beras c) Inflasi

Primer dan sekunder

Dinas Pertanian Kab Bogor

2) Teknologi

a) Teknologi yang digunakan

b) Teknik budidaya

Primer dan sekunder

Literatur

3) Sosial dan Budaya a) Iklim dan cuaca b) Sifat komoditas

Primer dan sekunder


(38)

4) Demografi

a) Jumlah pertumbuhan penduduk

Primer dan sekunder

Dinas Pertanian kab Bogor

5) Kebijakan Pemerintah a) Trend Back to nature b) Regulasi pemerintah

Primer dan sekunder

Dinas Pertanian Kab Bogor

6) Kompetitif

 Ancaman pendatang baru

 Persaingan sesama perusahaan dalam industri

 Ancaman produk substitusi

 Daya tawar menawar pembeli

 Dya tawar menawar pemasok

Primer dan sekunder

Dinas Pertanian Kab Bogor

Perumusan Alternatif strategi Primer Ketua

Pemilihan strategi Primer Ketua

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi tahap pengolahan data dan interpretasi data secara objektif. Data kualitatif diperoleh melalui analisis lebih lanjut dari data-data yang diperoleh selama pengumpulan data yang bertujuan untuk memberikan gambaran dan penjelasan mengenai permasalahan yang terjadi.

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan dalam mendefinisikan visi, misi, dan tujuan perusahaan, karakteristik produk yang dihasilkan, tingkat pencapaian target, kegiatan pemasaran, Sumber Daya Manusia (SDM) produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi yang digunakan perusahaan.


(39)

4.4.2 Analisis Perumusan Strategi

Teknik perumusan strategi didasarkan kepada keputusan tiga tahap formulasi strategi yang terdiri dari tahap input (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap keputusan (decision stage). Ketiga tahap analisis formulasi strategi tersebut terdiri atas analisis lingkungan eksternal dan internal (EFE dan IFE), analisis IE, analisis SWOT, dan analisis QSPM.

4.4.2.1 Tahap Input

Tahap input merupakan tahap mengumpulkan data dan informasi yang relevan dengan permasalahan yang terjadi. Tahap input meliputi identifikasi dari faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan, pemberian bobot, dan penentuan rating. 1) Pemberian bobot

Dalam Kinnear dan Taylor (1992), penentuan bobot pada analisis internal dan eksternal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pihak manajemen dan ahli strategi dengan menggunakan paired comparison. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu eksternal dan eksternal.

Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan

Faktor Strategis Eksternal A B ….. Total Bobot A

B ….. Total

Sumber : David (2009)

Tabel 6 . Penilaian Bobot Faktor Startegis Internal Perusahaan

Faktor Strategis Internal A B ….. Total Bobot A

B ….. Total


(40)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan rumus :

αi =

=1

Keterangan :αi = Bobot variabel ke-i

xi = Nilai variabel ke-i i = 1,2,3, … n

n = Jumlah variabel Penentuan nilai bobot adalah sebagai berikut :

a) bobot = 1, jika indikator horizontal kurang penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal.

b) bobot = 2, jika indikator horizontal sama penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal.

c) bobot = 3, jika indikator horizontal lebih penting pengaruhnya (terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri) daripada indikator vertikal.

2) Penentuan rating

Penentuan peringkat atau rating oleh manajemen atau pakar dari perusahaan dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis perusahaan. Pengukuran rating menggunakan nilai peringkat dengan menggunakan skala 1,2,3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis perusahaan pada saat ini.

Tabel 7 . Penilaian Rating dari Faktor-faktor Eksternal

Faktor-faktor Eksternal Utama Bobot Rating Skor (Bobot x Rating) Peluang :

1. ….

Ancaman : 1.

…. Total


(41)

Tabel 8. Penilaian Rating dari Faktor-faktor Internal

Faktor-faktor Internal Utama Bobot Rating Skor (Bobot x Rating) Kekuatan :

1. ….

Kelemahan 1.

…. Total

Sumber : David (2009)

Skala nilai peringkat yang digunakan untuk matriks EFE dan IFE, yaitu : a) Nilai 1, jika faktor tersebut dinilai sangat lemah

b) Nilai 2, jika faktor tersebut dinilai lemah c) Nilai 3, jika faktor tersebut dinilai kuat

d) Nilai 4, jika faktor tersebut dinilai sangat kuat

Untuk faktor kelemahan sama dengan faktor kekuatan, dimana skala 1 berarti lemah dan skala 4 berarti sangat kuat. Kemudian nilai dari pembobotan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan.

Total skor pembobotan pada matriks EFE dan IFE berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Klasifikasi total skor untuk matriks EFE dan IFE adalah :

Skor 3,0 – 4,0= Kondisi eksternal/internal perusahaan tinggi atau kuat Skor 2,0 – 2,99= Kondisi eksternal/internal perusahaan rata-rata atau sedang Skor 1,0 – 1,99= Kondisi eksternal/internal perusahaan rendah atau lemah

4..4.2.2 Tahap Pencocokan

Tahap pencocokan bersandar pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak secara efektif (David, 2006).


(42)

Matriks SWOT merupakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan yang dapat menggambarkan peluang dan ancaman ekternal yng dihadapi perusahaan sehingga dapat dilakukan penyesuaian terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu :

1. Strategi SO (Strength – Opportunity).

Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan dalam meraih peluang yang ada di luar perusahaan. Jika perusahaan memiliki banyak kelemahan, maka perusahaan harus mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat. Sedangkan, jika perusahaan menghadapi banyak ancaman, perusahaan harus berusaha menghindarinya dan berkonsentrasi pada peluang yang ada.

2. Strategi WO (Weakness –Opportunity).

Strategi ini bertujuan memperkecil kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Perusahaan menghadapi kesulitan untuk memanfaatkan peluang karena adanya kelemahan internal. Alternatif untuk mengatasi masalah kesenjangan teknologi ini adalah mengadakan suatu kerja sama dengan perusahaan lain yang lebih kompeten.

3. Strategi ST (Strength – Threat).

Strategi ini bertujuan untuk menghindari dampak ancaman eksternal. 4. Strategi WT (Weakness – Threat).

Strategi ini bertujuan untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Perusahaan yang dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal berada dalam posisi yang berbahaya.

David (2009), menjelaskan delapan langkah dalam membuat matriks SWOT, yaitu :

1. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan 2. Membuat daftar ancaman eksternal perusahaan 3. Membuat daftar kekuatan kunci internal perusahaan 4. Membuat daftar kelemahan kunci internal perusahaan


(43)

6. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi WO

7. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi ST

8. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi WT

Kegunaan dari setiap alat pada Matching stage untuk membangkitkan strategi alternative yang fisibel untuk dilaksanakan, bukan untuk memilih atau menentukan strategi mana yang terbaik.

Tabel 9. Matriks SWOT

Sumber : David (2009)

Selain matriks SWOT, ada matriks lain yang digunakan pada tahap pencocokan (matching stage) adalah matriks IE. Pada tahap ini merupakan tahap pemaduan atau pencocokan dengan memasukkan hasil pembobotan EFE dan IFE ke dalam matriks IE yang mempunyai sembilan sel strategi dapat dikelompokan menjadi tiga sel strategi utama, yaitu:

1) Growth and Build (Tumbuh dan Membangun), untuk sel I, II, atau IV. Strategi yang paling sesuai adalah strategi integratif atau intensif.

Strategi intensif meliputi strategi integrasi ke depan, integrasi ke belakang dan integrasi horizontal. Strategi Integrasi ke Depan (Fordward Integration Strategy) merupakan strategi yang menghendaki agar perusahaan mempunyai

Kekuatan (Strengths – S)

1. …. 2. …. 3. Dsb

Kelemahan (Weakness – W) 1. ….

2. …. 3. Dsb Peluang

(Opportunities– O) 1. …. 2. …. 3. Dsb Strategi SO Memanfaatkan kekuatan untuk menarik keuntungan dari peluang

Strategi WO Memperbaiki kelemahan

dengan mengambil keuntungan dari peluang Ancaman (Threats– T)

1. …. 2. …. 3. Dsb Strategi ST Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Strategi WT

Mengurangi kelemahan serta menghindari ancaman


(44)

kemampuan yang besar terhadap pengendalian para distributor atau pengecer mereka, bila perlu dengan memilikinya. Strategi Integrasi ke Belakang (Backward Integration Strategy) merupakan strategi perusahaan untuk memperoleh pengawasan terhadap para pemasok bahan baku agar produk-produk yang dapat didaur ulang tersebut aman untuk dipasok. Strategi Integrasi Horizontal (Horizontal Integration Strategi) merupakan strategi yang dimaksudkan agar perusahaan meningkatkan pengawasan terhadap para pesaing perusahaan walaupun harus dengan memilikinya.

Sedangkan pada strategi intensif meliputi strategi penetrasi pasar, pengembangan produk dan pengembangan pasar. Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy) merupakan strategi yang berusaha untuk meningkatkan market share suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih besar. Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy) merupakan strategi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada sekarang ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru.Strategi Pengembangan Pasar (Market Development Strategy) merupakan strategi yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasi produk-produk atau jasa-jasa yang ada sekarang.

2) Hold and Maintain (Jaga dan Pertahankan), untuk sel III, V, atau VII. Strategi umum yang digunakan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3) Harvest or Divest(Tuai atau Divestasi), untuk sel VI, VIII, atau IX. Strategi yang cocok untuk diterapkan adalah strategi penciutan dan divestasi.

Strategi Penciutan (Retrenchment Strategy) merupakan strategi yang dapat dilaksanakan melalui reduksi biaya dan aset perusahaan Strategi Divestasi (Divestiture Strategy) merupakan strategi yang dapat dilaksanakan dengan cara menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan.

Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada sumbu xdan skor bobot EFE pada sumbu y. Pada sumbu xpada matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah; skor 2,0


(1)

(2)

Matriks QSPM

Faktor-faktor Bobot

Strategi

S1 S2 S3 S4 S5 S6

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Internal

1 A 0.107 2.333 0.25 3.3333 0.357 1.333 0.143 3 0.321 2 0.214 1.667 0.178

2 B 0.078 4 0.312 3 0.234 1.333 0.104 3 0.234 1.333 0.104 2 0.156

3 C 0.089 4 0.356 4 0.356 2 0.178 3.3333 0.297 2 0.178 1 0.089

4 D 0.094 2.333 0.219 3.3333 0.313 1 0.094 4 0.376 2 0.188 1.667 0.157

5 E 0.104 3 0.312 3.6667 0.381 1.667 0.173 3.3333 0.347 2.667 0.277 1.667 0.173

6 F 0.098 3 0.294 4 0.392 3 0.294 3 0.294 2 0.196 2 0.196

7 G 0.113 4 0.452 2 0.226 2 0.226 3 0.339 1 0.113 2 0.226

8 H 0.105 1.667 0.175 2 0.21 2 0.21 2.6667 0.28 4 0.42 1.333 0.14

9 I 0.081 3 0.243 3.3333 0.27 3 0.243 4 0.324 1.667 0.135 2 0.162

10 J 0.13 2 0.26 3 0.39 2 0.26 2.3333 0.303 2.333 0.303 1 0.13

Eksternal

1 A 0.085 3.33 0.28 4 0.34 3 0.26 2.667 0.23 3 0.26 3.667 0.31


(3)

4 D 0.128 3 0.38 4 0.51 2.67 0.34 2.333 0.3 1.667 0.21 1.667 0.21

5 E 0.085 3.33 0.28 3.333 0.28 3 0.26 2.667 0.23 1 0.09 1 0.09

6 F 0.113 3 0.34 4 0.45 3 0.34 3 0.34 2 0.23 3 0.34

7 G 0.089 3 0.27 3 0.27 3 0.27 2.333 0.21 4 0.36 3.333 0.3

8 H 0.117 2.33 0.27 1.667 0.2 4 0.47 3.333 0.39 2.333 0.27 4 0.47

9 I 0.102 3 0.31 3 0.31 2 0.2 4 0.41 4 0.41 1.667 0.17

10 J 0.081 1.33 0.11 3 0.24 4 0.32 2.667 0.22 2.333 0.19 3 0.24


(4)

(5)

RINGKASAN

JIHAN KARTIKA DEWI. Strategi Pengembangan Unit Usaha Beras SAE (Sehat, Aman, dan Enak) Gapoktan Silih Asih, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor”. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO).

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencarian sebagai petani. Sektor pertanian memiliki empat subsektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Di Indonesia, komoditas pangan utama masyarakat adalah beras. Beras merupakan bahan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia sehingga menjadi peluang bagi petani beras untuk mengembangkan usahanya.

Salah satu produsen beras di Kabupaten Bogor yang memilliki potensi adalah Gapoktan Silih Asih. Gapoktan Silih Asih terletak di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Gapoktan Silih asih menerapkan sistem produksi dan pasca panen sesuai dengan SOP dibawah bimbingan Dirjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Gapoktan tersebut memproduksi beras sehat yang dikenal masyarakat adalah beras SAE yang artinya beras yang Sehat, Aman, dan Enak. Beras SAE adalah produk beras yang tidak mengandung residu pestisida berbahaya (dibawah ambang batas kandungan pestisida yang boleh dikonsumsi manusia), Aman karena bebas residu dari pestisida yang berbahaya, Enak karena rasa nasinya yang pulen dan mempunyai aroma pandan.

Kendala yang dihadapi Gapoktan Silih Asih masih rendah dalam administrasi terbukti dari visi dan misi yang belum tertulis. Pencatatan tentang keuangan masih belum rapi sehingga administrasinya pun masih rendah. Administrasi yang dilakukan Gapoktan masih belum terlalu modern sehingga masih butuh penataan administrasi yang lebih baik lagi. Tingkat pendidikan petani pada Gapoktan Silih Asih termasuk golongan yang rendah yaitu lulusan SD, SMP. Kompetensi petani pun kurang kompeten yang dimiliki petani masih terbatas. Kurangnya ketersediaan air juga masih kendala karena pengembangan beras ini masih tergantung cuaca. jadi ketika musim kemarau, air yang didapat sangatlah terbatas sehingga dapat mengganggu pola tanam padi.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih, mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih serta menentukan alternatif strategi pengembangan usaha dan prioritas yang dilakukan pada usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih.

Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Silih Asih yang berlokasi di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian Pengumpulan data dan penelitian dilakukan pada Maret sampai September 2011. Penentuan responden dilakukan dengan purposive sampling.

Metode pengolahan dan analisis data terdiri atas analisis deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor eksternal dan internal


(6)

Peluang utama yang dihadapi oleh Gapoktan Silih Asih adalah ketersediaan bahan baku sedangkan ancaman utama adalah perubahan cuaca tak menentu. Kekuatan utama yang dimiliki adalah yang berjiwa wirausaha tinggi, disiplin dan bertanggung jawab sedangkan kelemahan yang utama adalah kurangnya ketersediaan air. Berdasarkan hasil matriks IE, unit usaha Gapoktan Silih Asih berada pada sel ke V yaitu dalam menjaga dan mempertahankan (penetrasi pasar dan pengembangan produk). Total skor bobot pada matriks IFE adalah 2,935 sedangkan pada matriks EFE adalah 2,903.

Berdasarkan matriks SWOT terdapat enam strategi yang dapat diterapkan meliputi meningkatkan promosi beras SAE, meningkatkan pengembangan produk beras SAE, meningkatkan keterampilan SDM petani Gapoktan Silih Asih, meningkatkan kualitas dan kuantitas beras SAE, mengefisiensi fasilitas Gapoktan untuk perbaikan ketersediaan air serta memperbaiki sistem administrasi. Berdasarkan matriks QSPM yang menjadi prioritas utama adalah meningkatkan pengembangan produk beras SAE. Dalam pengembangan produk yaitu mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi jasa atau produk saat ini.


Dokumen yang terkait

Optimalisasi produksi usaha pendederan ikan pada kelompok pembudidaya ikan silih asih fish farm di desa Ciburuy, kecamatan Cogombong, kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 9 75

Analisis Gender Dalam Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) (Kajian Program Beras Seha! di Desa Ciburuy, Kecall1atall Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 7 237

Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 11 194

Evaluasi kemitraan petani padi dengan lembaga pertanian sehat dompet dhuafa republika desa Ciburuy, kecamatan Cigombong kabupaten Bogor

0 4 216

Penataan kelembagaan pertanian dalam penerapan sistem pertanian padi sehat (studi di kampung Ciburuy, desa Ciburuy, kecamatan Cigombong, kabupaten Bogor)

1 22 173

Penerapan Teknologi Pertanian Padi Organik Di Kampung Ciburuy, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor

0 6 107

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sehat di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

3 9 218

Penerapan LEISA pada Usahatani Padi Sehat dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Usahatani di Gapoktan Harapan Maju dan Gapokan Silih Asih, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 10 98

Potensi Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Sawah Di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor

0 8 54

Peran Penyuluh dan Kontak Tani dalam Peningkatan Daya Adopsi Inovasi Pertanian Model SRI di Kelompok Tani Silih Asih I dan Silih Asih II, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor.

0 1 2