7
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih.
2. Megidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih.
3. Menentukan alternatif strategi pengembangan usaha dan prioritas yang dilakukan pada usaha beras “SAE” Gapoktan Silih Asih.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Bagi Gapoktan, sebagai salah satu bahan pertimbangan Gapoktan dalam
membuat kebijakan tentang strategi pengembangan usaha. 2. Bagi masyarakat akademik, diharapkan menambah pengalaman dan wawasan
tentang strategi pengembangan usaha dan sebagai bahan penelitian selanjutnya. 3. Pemerintah, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam program
pengembangan agribisnis pertanian organik di Indonesia.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini mencakup pengkajian formulasi strategi pengembangan unit usaha Beras “SAE” Gapoktan Silih Asih yang meliputi gambaran umum
Gapoktan yaitu analisis eksternal dan internal sedangkan tahap implikasi strategi diserahkan sepenuhnya kepada pengambil keputusan dari manajemen Gapoktan.
Objek Kajian skripsi ini hanya mencakup beras SAE pada Gapoktan Silih Asih.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Komoditas Beras
Tumbuhan padi memiliki karakteristik tanaman-tanamannya anak-beranak sehingga disebut juga merumpun. Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan
dalam waktu singkat telah membentuk 20-30 atau lebih anakan atau tunas baru. Kecepatan anak-beranak yang begitu cepat dapat menimbulkan kesulitan untuk
mengetahui batang utamanya dan batang dari tunas baru. Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara
digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta penyosoh. Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luarnya disebut beras pecah kulit.
Sedangkan beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling. Tujuan penggilingan
dan penyosohan beras adalah untuk: memisahkan sekam, kulit ari, katul dan lembaga dari endosperm beras, meningkatkan derajat putih dan kilap beras,
menghilangkan kotoran dan benda asing, serta sedapat mungkin meminimalkan terjadinya beras patah pada produk akhir.
Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dibagi menjadi empat golongan yaitu beras ketan yang sangat pulen dengan kandungan amilosa sekitar 1-2 persen,
beras pulen dengan kandungan amilosa sekitar 7-20 persen, beras sedang dengan kandungan amilosa 20-25 persen, dan beras pera dengan kandungan amilosa lebih
dari 25 persen. Beras yang mengeluarkan aroma wangi bila ditanak misalnya beras cianjur, pandan wangi atau rojolele.
Secara biologi, beras adalah bagian biji padu yang terdiri dari aleuron, endospermae, dan embrio. Aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang
dalam proses pemisahan kulit. Endospermae, tempat sebagian besar pati dan protein beras. Embrio, calon tanaman baru dalam beras tidak dapat tumbuh lagi,
kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan. Warna beras yang berbeda-beda menurut genetik, akibat perbedaan yang
mengatur warna aleuron, endospermia dan komposisi padi. Beras putih
9 merupakan beras yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki
sedikit aleuron. Beras merah mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu. Beras hitam disebabkan aleuron dan
endospermae memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi. Ketan berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hamper seluruh patinya merupakan
amilopektin. Ketan hitam merupakan versi ketan dari beras hitam. Kandungan yang terdapat dalam beras yaitu protein, vitamin, mineral dan
air. Pati beras tersusun dari amilosa dan amilopektin. Beras dimanfaatkan untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok. Beras memiliki rasa yang enak sesuai
dengan selera masyarakat Indonesia. Beras merupakan komoditas strategis karena ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada produksi beras yang mempunyai
kandungan gizi.
2.2 Varietas Unggul