Hutan Alam Kondisi Umum Wilayah Penelitian .1 Letak Geografis dan Administratif

Gambar 10. Kerapatan tegakan hutan pinus di Hulu DAS Kali Bekasi Kondisi tumbuhan bawah tegakan Pinus di TWA Gunung Pancar lebat dengan jenis tumbuhan bawah yang mendominasi adalah jenis tepus Hornstedtia megalochelius Ridley, honje Etlingera elatoir Jack R.M. Smith, kirinyuh Eupatorium inulifolium Kunth, saliara Lantana camara L., paku rane Selaginella doederleinii Hieron, babandotan Ageratum conizoides L., jukut pait Axonopus compressus Sw. Beauv., kakawatan Cynodon dactylon L. Pers., paku rasam Gleichenia linearis Burm. f. C. B, harendong Melastoma malabathricum L., mikania Mikania micrantha Kunth, putri malu Mimosa pudica Duchass. Walp.

4.2.2 Hutan Alam

Hutan Alam merupakan salah satu penyusun kawasan TWA Gunung Pancar dengan luasan yang tidak terlalu luas dibandingkan hutan pinus mengingat kawasan ini sebelumnya berfungsi sebagai hutan produksi Gambar 11. Gambar 11. Tegakan di hutan alam TWA Gn. Pancar 100 200 300 400 500 10-19.9 20-29.9 30-39.9 40 K er a pa ta n ind ha Kelas Diameter cm Berdasarkan hasil survei menunjukkan sangat sedikit dijumpai tegakan pohon tetapi masih terdapat beberapa pohon penting yang pada umumnya dijumpai di hutan pegunungan jawa barat seperti Nangsi Villebrunea rubescens Blume, Jirak Symplocos fasciculata Zoll., Ki Haji Dysoxylum macrocarpum Blume, Ki Leho Saurauaia bracteosa DC, Mareme Glochidion borneense Mull. Arg. Boerl.. Studi yang dilakukan oleh Arrijani, et al. 2006 juga menginformasikan ditemukannya jenis-jenis tersebut di hulu DAS Cianjur. Pada lokasi pengamatan ditemukan 22 jenis spesies yang tergolong ke dalam 18 famili Tabel 6. Tabel 6. Jenis vegetasi yang ditemukan di hutan alam TWA Gn. Pancar No Nama Daerah Nama Ilmiah Family 1 Ki dage Bruinsmia styracoides Boerl. et Kds Styracaceae 2 Jirak Symplocos fasciculata Zoll. Symplocaceae 3 Ki haji Dysoxylum macrocarpum Blume Meliaceae 4 Ki wates Eurya acuminata DC. Ternstroemiaceae 5 Ki leho Saurauaia bracteosa DC. Actinidiaceae 6 Manggu leuweung Garcinia celebica L. Clusiaceae 7 Ki seurem petang Decaspermum fruticosum Forst Myrtaceae 8 Kokopian Morinda tomentosa Heyne Rubiaceae 9 Kapinango Dysoxylum densiflorum Miq. Meliaceae 10 Lame Alstonia scholaris L. R. Br. Apocynaceae 11 Nangsi Villebrunea rubescens Blume Urticaceae 12 Harendong badak Astronia macrophylla Blume Melastomataceae 13 Pulus Laportea stimulans Miq. Urticaceae 14 Randu leuwueng Bombax valetonii Hochr Bombaceae 15 Seuseureuhan Piper aduncum L. Piperaceae 16 Pasang batu Lithocarpus pseudomoluccus Blume Rehder Fagaceae 17 Ki ara Ficus calophylla Blume Moraceae 18 Rasamala Altingia excelsa Noronha Hamamelidaceae 19 Huru Actinodaphne procera Nees Lauraceae 20 Cangcaratan Neonauclea lanceolata Blume Merr. Rubiaceae 21 Mareme Glochidion borneense Mull. Arg. Boerl. Euphorbiaceae 22 Ki Walen Ficus ribes Reinw. Moraceae Beberapa jenis vegetasi yang dijumpai selain kayunya bermanfaat untuk kontruksi juga bermanfaat sebagai bahan obat tradisional. Selain daun mudanya buat lalap, cairan yang berasal dari batang pohon Nangsi dapat diminum untuk mengobati susah buang air kecil dan mata bengkak. Getah batang Seuseureuhan berkhasiat sebagai obat bisul dan obat luka baru serta beberapa jenis vegetasi lain juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional, beberapa jenis tersebut yaitu Jirak S. fasciculata, Ki Wates E. acuminata, Ki Leho S. bracteosa, Lame A. scholaris, Harendong badak A. macrophylla, Ki Walen F. ribes dan Rasamala A. excelsa. Bentuk struktur tegakan horizontal untuk tegakan hutan sekunder menyerupai huruf J-terbalik eksponensial negatif Gambar 12, bentuk struktur tegakan seperti ini lazim ditemukan pada tegakan hutan tidak seumur atau hutan alam Davis Johnson, 1987. Gambar 12. Kerapatan tegakan pada berbagai tingkat pertumbuhan Hutan Alam di TWA Gn. Pancar Secara umum Gambar 12 menunjukkan bahwa vegetasi pada tingkat semai dan pancang diameter 10 cm yang menyusun tegakan tersebut lebih rapat dibandingkan vegetasi pada tingkat pertumbuhan tiang dan pohon diameter 10 cm. Tabel 7 berikut dapat membantu memperjelas struktur horisontal tegakan hutan alam yang ada di TWA Gunung Pancar. Tabel 7. Kerapatan, diameter rata-rata dan luas bidang dasar tegakan Hutan Alam TWA Gunung Pancar pada tiap tingkat pertumbuhan Tingkat pertumbuhan Kerapatan indha Diameter rata-rata cm Luas Bidang Dasar m 2 ha Pancang 1.360 5,21 3,27 Tiang 60 15,50 1,14 Pohon 80 37,59 10,36 Total 1.500 19,43 14,77 Tegakan dengan diameter rata-rata 5,21 cm jumlahnya lebih banyak dibandingkan pohon yang berdiameter besar, menutupi 3,27 m 2 areal tiap ha. 2000 4000 6000 8000 10000 semai pancang tiang pohon K er a pa ta n ind ha Struktur Tegakan Pohon dengan rata-rata diameter 37,59 cm mempunyai luas bidang dasar yang besar dibandingkan pohon-pohon berdiameter kecil, 10,36 m 2 . Indeks nilai penting Tabel 8 merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter kerapatan, frekwensi dan dominasi yang telah diukur sebelumnya. Nilai INP tertinggi pada tingkat semai ditemukan pada jenis Morinda tomentosa INP=59,03, tingkat pancang pada jenis Laportea stimulans INP=155,76, tingkat tiang pada jenis Decaspermum fruticosum INP=97,63 dan pada tingkat pohon adalah jenis Decaspermum fruticosum INP=56,55. Tabel 8. Jenis Vegetasi dengan INP Tertinggi pada tiap Tingkat Pertumbuhan di Lokasi Pengamatan Hutan Alam TWA Gn. Pancar Tingkat Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP Semai Morinda tomentosa Astronia macrophylla Laportea stimulans Piper aduncum 59,03 42,58 42,58 36,13 Pancang Laportea stimulans Astronia macrophylla Piper aduncum Bruinsmia styracoides Decaspermum fruticosum 155,76 43,36 35,70 25,98 23,24 Tiang Decaspermum fruticosum Laportea stimulan Saurauaia bracteosa Lithocarpus pseudomoluccus 97,63 94,03 54,17 54,17 Pohon Decaspermum fruticosum Dysoxylum densiflorum Garcinia celebica Symplocos fasciculata Dysoxylum macrocarpum Bombax valetonii 56,55 37,34 31,57 31,50 29,11 24,54 Menurut Sundarapandian Swamy 2000, indeks nilai penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Decaspermum fruticosum Ki seurem petang secara konsisten mempunyai nilai INP tinggi pada tingkat pancang, tiang dan pohon, begitu juga dengan Laportea stimulans pulus yaitu pada tingkat semai, pancang dan tiang. Sehingga kedua jenis tersebut selanjutnya disebut sebagai jenis yang dominan dalam kawasan hutan alam TWA Gunung Pancar. Kemampuan keduanya dalam menempati sebagian besar lokasi penelitian menunjukkan bahwa keduanya memiliki kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan pada wilayah penelitian. Berdasarkan INP seluruh jenis selanjutnya dihitung indeks kekayaan jenis R, Shannon indeks H ’ dan indeks dominansi C. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 9. Vegetasi tingkat pohon mempunyai nilai indeksi kekayaan jenis dan indeks diversitas yang paling tinggi dibanding tingkat vegetasi lainnya, hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis vegetasi pada tingkat pohon lebih tinggi dibanding tingkat vegetasi lainnya. Meskipun demikian nilai indeks diversitas 2,48 adalah rendah jika dibandingkan nilai indeks diversitas hulu DAS Cianjur hasil study Arrijani, et al. 2006 yang mencapai 3,38. Nilai indeks dominansi di lokasi penelitian yang kecil menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak didominasi oleh satu spesies. Tabel 9. Indeks kekayaan j enis R, indeks diversitas H’ Shannon dan indeks dominansi C pada berbagai tingkat pertumbuhan di lokasi pengamatan Hutan Alam TWA Gn. Pancar Tingkat Pertumbuhan R H’ C Semai 1,16 1,56 0,22 Pancang 1,42 1,44 0,32 Tiang 1,67 1,35 0,27 Pohon 4,04 2,48 0,10 4.2.3 Agroforestri Kopi Agroforestri kopi di hulu DAS Kali Bekasi dapat dijumpai juga pada kawasan TWA Gunung Pancar, khususnya pada Gunung Pancar bagian lereng bawah yang berdekatan dengan kampung Cimandala. Pada tipe ini dijumpai beberapa jenis vegetasi yang menyusun tegakan tersebut selain kopi Coffea sp. yaitu : pisang Musa sp., picung Pangium edule Reinw., durian Durio zibethinus Murr., kemiri Aleurites moluccana Willd., dan nangka Artocarpus heterophyllus Lamk.. Secara vertikal, tipe agroforestri ini hanya terdiri dari dua strata yaitu strata bawah berupa tanaman kopi Coffea sp. dan pisang Musa sp. serta strata atas berupa pohon picung P. edule, nangka A. heterophyllus, durian D. zibethinus dan kemiri A. moluccana Gambar 13. Gambar 13. Ilustrasi struktur vertikal agroforestri kopi di Hulu DAS Kali Bekasi Gambaran komposisi jenis dapat dilihat pada Gambar 14. Kopi Coffea sp. merupakan tanaman pokok karena 68 vegetasi yang ada berupa kopi dan berikutnya pisang Musa sp. 16, sisanya berupa tanaman keras yang dapat dimanfaatkan buah serta kayunya yaitu picung P. edule, nangka A. heterophyllus, durian D. zibethinus dan kemiri A. moluccana. Picung P. edule meskipun jumlahnya sedikit dibanding kopi Coffea sp. namun menutupi hampir 5,12 m 2 ha areal yang ada, hal ini disebabkan picung P. edule berupa pohon-pohon yang berdiameter besar. Picung, Nangka, Durian, Kemiri Kopi, Pisang 690 mdpl 8 17 133 258 417 1800 500 1000 1500 2000 Nangka Kemiri Duren Picung Pisang Kopi Kerapatan indha Gambar 14. Kerapatan indha jenis penyusun tegakan agroforestri kopi di Hulu DAS Kali Bekasi

4.2.4 Kebun Bambu