5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa hal yang dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut :
1. Upaya memperbaiki RTH di Hulu DAS Kali Bekasi perlu dilakukan dengan
melakukan pengayaan jenis dan penanaman pada areal yang terbuka khususnya pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung
seperti TWA Gn. Pancar. 2.
Lahan pribadi yang dikelola dengan sistem agroforestri, disusun oleh jenis tanaman buah-buahan berkayu dengan daya rosot CO
2
tinggi dan sangat tinggi potensial untuk dijadikan karbon sekuester guna mendukung fungsi
hutan disarankan tetap dipertahankan keberadaannya di masyarakat untuk memberikan kontribusi terhadap lingkungan.
3. Pada kawasan pemukiman modern ketersediaan RTH Publik area harus
menjadi syarat mutlak yang harus disediakan oleh pengembang guna meningkatkan cadangan karbon .
4. Beberapa jenis seperti lamepulai Alstonia scholaris, rasamala Altingia
excelsa, nangka Artocarpus heterophyllus, menteng Baccaurea motleyana, gandaria Bouea macrophylla, bintangur Calophyllum
inophyllum, randu Ceiba pentandra, beringin Ficus benjamina, limus Mangifera foetida, matoaPometia pinnata, kecapi Sandoricum koetjape,
ki acret Spathodea campanulata, ki hujan Samanea saman, kepel Stelechocarpus burahol, ketapang Terminalia cattapa dapat dijadikan
pilihan jenis guna mengoptimalkan fungsi lahan sebagai karbon sekuester. Dalam pemilihan jenis tersebut perlu diperhatikan kesesuaian fungsi
tanaman dengan fungsi lahan serta manfaat dari jenis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho WC. 2002. Model penaksiran biomassa pohon mahoni Swietenia macrophylla di kesatuan pemangkuan hutan Cianjur PT. Perhutani Unit III
Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Adinugroho WC, Sakamoto K. 2011. Biomass carbon sink in a bamboo
Phyllostachys nigra var. Henonis bambusoidea stands. Globalization of Education System of Bioscience based on Biodiversity Symposium, March 2nd,
2011, Okayama University 50th Anniversary Hall
Albrecht A, Kandji ST. 2003. Carbon sequestration in tropical agroforestry systems. Agriculture, Ecosystems and Environment 99 2003 15-27.
Aminudin S. 2008. Kajian potensi cadangan karbon pada pengusahaan hutan rakyat : studi kasus hutan rakyat Desa Dengok, Kecamatan Playen, Kabupaten
Gunung Kidul [tesis] Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Anderson JM, Spencer T. 1991. Carbon, nutrient and water balances of tropical
rain forest ecosystems subject to disturbance: management implications and research proposals. MAB Digest 7. Paris: UNESCO.
Ardiansyah. 2009. Daya rosot karbondioksida oleh beberapa jenis tanaman hutan kota di Kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor. Arifin HS, Munandar A, Mugnisjah WQ, Budiarti T, Arifin NHS, Pramukanto Q,
Mulyana R, Kaswanto. 2006. Homestead plot sample survey on Java. Training Modul. Bogor : Landscape Architecture Departement, Institut Pertanian Bogor
- Rural Development Institute, Seattle USA.
Arifin, HS, Munandar A, Arifin-Nurhayati HS, Kaswanto. 2009. Revitalisasi Praktek Agroforestri di Pedesaan. Buku Seri II. Bogor: Biro Perencanaan
Sekjen Deptan bekerjasama dengan Departemen ARL, Faperta IPB. Arrijani, Setiadi D, Guharja E, Qayim I. 2006. Analisis vegetasi Hulu DAS
Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Biodiversitas Vol.7 No.2 Hal 147-153.
Bakri. 2009. Analisis vegetasi dan pendugaan cadangan karbon tersimpan pada pohon di hutan Taman Wisata Alam Taman Eden Desa Sionggang Utara
Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir [tesis]. Medan: Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.
Bombelli A, Avitabile V, Baltzer H, Marchesini LB, Bernoux M, Brady M, Hall R, Hansen M, Henry M, Herold M, Janetos A, Law BE, Manlay R, Marklund
LG, Olsson H, Pandey D, Saket M, Schmullius C, Sessa R, Shimakuburo YE, Valentini R, Wulder M. 2009. Assesment of The Status of The Development of
The Standards for The Terrestrial Essential Climate Variable : Biomass. Rome: Global Terestrial Observing System.
[BPDAS Citarum-Ciliwung] Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai Citarum- Ciliwung. 2009. Penyusunan Rencana Detil Penanganan Banjir di Wilayah
JABODETABEKJUR. Bogor: BPDAS Citarum -Ciliwung. [BPS] Badan Pusat Statistika. 2009. Kecamatan Babakan Madang Dalam Angka
2009. Bogor: BPS Kabupaten Bogor. Brown S, Gillespie AJR, Lugo AE. 1989. Biomass estimation methods for
tropical forests with applications to forest inventory data. Forest Science 354:881-902.
Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: a Primer. Rome, Italy: FAO Forestry Paper 134.
Brown S. 1999. Guidelines for Inventorying and Monitoring Carbon Offsets in Forest-Based Projects. Arlington, VA: Winrock International.
Cesylia L. 2009. Cadangan karbon pada pertanaman karet Hevea brasiliensis di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VII Kabupaten Pandeglang,
Banten [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Chan YH. 1982. Storage and release of organic carbon in Peninsular Malaysia.
International Journal of Environmental Studies 18: 211-222. Chave J, Condit R, Aguilar S, Hernandez A, Lao S, Perez R.. 2004. Error
propagation and scaling for tropical forest biomass estimates. Philos Trans Royal Soc B 359:409
–420. Chave J, Andalo C, Brown S, Cairns MA, Chambers JQ, Eamus D, Fölster H,
Fromard F, Higuchi N, Kira T, Lescure JP, Puig H, Riéra B, Yamakura T. 2005. Tree allometry and improved estimation of carbon stocks and balance in
tropical forests. Oecologia 145:87-99.
Christanty L, Mailly D, Kimmins JP. 1996. Without bamboo, the land dies: biomass, litterfall, and soil organic matter dynamics of a Javanese bamboo
talun-kebun system. Forest Ecology and Management 87: 75-88. Dahlan E. 2007. Analisis kebutuhan luasan hutan kota sebagai sink gas CO
2
antropogenik dari bahan bakar minyak dan gas di Kota Bogor dengan pendekatan sistem dinamik [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Davis LS, Johnson KN. 1987. Forest Management. Third Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.
Desa Karang Tengah. 2010. Potensi desa Karang Tengah 2010. Karang Tengah. Dransfield S, Widjaja EA. 1995. Plant Resources of South-East Asia 7- Bambu.
Bogor: PROSEA Foundation. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2007. World Bamboo Resources : A
thematic Study Prepared in the Framework of the Global Forest Resources Assessment 2005. FAO INBAR.
Frick H, Suskiyatno BFx. 1998. Dasar-dasar Eko-Arsitektur, Konsep Arsitektur Berwawasan Lingkungan Serta Kualitas Konstruksi dan Bahan Bangunan
untuk Rumah Sehat dan Dampaknya atas Kesehatan Manusia. Yogyakarta : Kanisius Soegijapranata University Press.
Ginoga K, Wulan YC, Djaenudin D. 2002. Potential of Indonesian Smallholder Agroforestry in The CDM: A Case Study in The Upper Citanduy Watershed
Area. Working Paper CC12, 2004. ACIAR Project ASEM 2002066. Gratimah G. 2009. Analisis kebutuhan hutan kota sebagai penyerap gas CO2
antropogenik di pusat kota Medan [tesis]. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Hairiah K, van Noordwijk M, Palm CA. 1999. Methods for sampling above and below ground organic pools. Di dalam: Murdiyarso D, Noordwijk Mv,Suyamto
DA, editor. Modelling Global Change Impact on The Soil Environment. Bogor, Indonesia: ICRAF.
Hairiah K, Sitompul SM, van Noordwijk M. 2001. Methods for sampling carbon stocks above and below ground. ASB Lecture Note 4B. Bogor: International
Centre for Research in Agroforestry ICRAF. Hairiah K, Rahayu S. 2007. Petunjuk Praktis Pengukuran Karbon Tersimpan di
Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry ICRAF-University of Brawijaya.
Hairiah K, Dewi S, Agus F, van Noordwijk M, Rahayu S. 2009. Measuring Carbon Stocks Across Land Use Systems: A Manual. Bogor, Indonesia:
International Centre for Research in Agroforestry ICRAF-University of Brawijaya-ICALRRD Indonesian Center for Agricultural Land Resources
Research and Development.
Hariyadi FP. 2008. Kajian daya rosot karbondioksida pada beberapa jenis tanaman hutan kota di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Hendra S. 2002. Model pendugaan biomassa pohon pinus Pinus merkusii Jungh et de Vriese di Kesatuan Pemangkuan Hutan Cianjur, PT Perhutani Unit III
Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Heriansyah I, Heriyanto NM, Siregar CA, Kiyoshi M. 2003. Estimating carbon
fixation potential of plantation forests: case study on forest plantations. Buletin Penelitian Hutan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Imansyah,A. 2010. Daya rosot karbondioksida oleh beberapa jenis tanaman di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor. [INBAR] International Network for Bambu and Rattan. 2011. Enviromental
Sustainability. http:www.inbar.intshow.asp? NewsID=373. [4 Januari 2011]. [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2000. Intergovernmental
Panel on Climate Change Special Report on Land Use, Land Use Change and Forestry. Cambridge University Press. NY.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2005. Simplified baseline and monitoring methodologies for selected small-scale afforestation and
reforestation AR
CDM Project
Activity Categories.
http:cdm.unfccc.intmethodologiesSSCmethodologies. [12 Juni 2010]. [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. IPCC Guidelines for
National Greenhouse Gas Inventories. Japan: Institute for Global Environmental Strategies IGES.
Irawan, B. 2006. Keanekaragaman jenis bambu di Kabupaten Sumedang-Jawa Barat.
[terhubung berkala].
http:pustaka.unpad.ac.idwpcontent uploads201005keanekaragaman_jenis_bambu.pdf. [19 Oktober 2010].
Isdiyantoro. 2007. Pendugaan cadangan karbon pohon pada Ruang Terbuka Hijau RTH di Kodya Jakarta Timur Menggunakan Citra Landsat [tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. JAXA. 2008. Alos Data User Handbook. Japan: Earth Observation Research and
Application Center JAXA. Jaya, INS. 1997. Penginderaan Jauh Satelit untuk Kehutanan. Edisi I. Bogor:
Laboratorium Inventarisasi Hutan, Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Jaya, INS. 2006. Analisis Citra Digital: Perspektif Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Bogor: Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan.
[JIFPRO] Japan International Forestry Promotion and Cooperation Center. 2001. Manual of Biomass Measurements, in Plantation and Regenerate Vegetation.
Japan: Japan International Forestry Promotion and Cooperation Center Japan Overseas Plantation Center for Pulpwood.
Junaedi, A. 2007. Dampak pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur tebang pilih tnam jalur terhadap potensi kandungan karbon dalam vegetasi hutan : sudi
kasus di areal IUPHHK PT. SBK, Kalimantan Tengah [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kabupaten Bogor. 2008. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-
2025. Cibinong: Kabupaten Bogor. Karyadi H. 2005. Pengukuran daya serap karbondioksida lima jenis tanaman
hutan kota [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Kementerian Dalam Negeri. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun
1988 tentang Pedoman Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri.
Kementerian Dalam Negeri. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Jakarta:
Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Kehutanan
.
2009. Permenhut no P.33Menhut-II2009 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala IHMB pada Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi. Jakarta: Kementerian Kehutanan. Jakarta
Ketterings QM, Coe R, van Noordwijk M, Ambagau Y, Palm CA. 2001. Reducing uncertainty in the use of allometric biomass equations for predicting
above-ground tree biomass in mixed secondary forests. Forest Ecology and Management 146: 199-209.
Kusmana C, Sabiham S, Abe K, Watanabe H. 1992. An Estimation of above ground biomass of a mangrove forest in East Sumatra, Indonesia. Tropics 1 4
: 143-257 Lailati M. 2008. Kemampuan rosot karbondioksida 15 jenis tanaman hutan kota di
Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Langi YAR. 2007. Model penduga biomassa dan karbon pada tegakan hutan rakyat cempaka Elmerrillia ovalis dan wasian Elmerrillia celebica di
Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Limbong HDH. 2009. Potensi karbon tegakan Acacia crassicarpa pada lahan gambut bekas terbakar Studi Kasus IUPHHK-HT PT. SBA Wood Industries,
Sumatera Selatan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
MacDicken K. 1997. A Guide to Monitoring Carbon Storage in Forestry and Agroforestry Projects. Arlington, VA 22209, USA: Winrock International.
Mayalanda Y. 2007. Kajian daya rosot karbondioksida pada beberapa tanaman hutan kota di hutan penelitian Dramaga [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor. Nurisyah S. 1996. Strategi untuk meningkatkan dan melestarikan keanekaragaman
flora dan fauna di kawasan perkotaan Makalah Kelas PSL 702. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Onrizal. 2004. Model penduga Biomassa dan karbon tegakan erangas : Kasus di Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat [tesis]. Bogor:
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Purwaningsih S. 2007. Kemampuan serapan karbondioksida CO
2
pada tanaman hutan kota di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2007. Bencana Banjir
Jakarta, Salah Siapa?. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat
Rahayu S, Lusiana B, van Noordwijk M. 2004. Laporan Tim Proyek Pengelolaan sumberdaya alam untuk penyimpanan karbon formacs. Bogor, Indonesia:
International Centre for Research in Agroforestry ICRAF. Ravindranath NH, Ostwald M. 2008. Carbon Inventory Methods : Handbook for
Greenhouse Gas Inventory, Carbon Mitigation and Roundwood Production Project. Springer.
Roshetko JM, Delaney M, Hairiah K, Purnomosidhi P. 2001. Carbon stocks in Indonesian homegarden systems: Can smallholder systems be targeted for
increased carbon storage? American Journal of Alternative Agriculture 172:1-11.
Rusolono T. 2006. Model pendugaan persediaan karbon tegakan agroforestri untuk pengelolaan hutan milik melalui skema perdagangan karbon. [disertasi].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Salisbury FB, Cleon WR. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. Bandung: ITB
PRESS.
Sathaye J, Makundi W, Goldberg B, Jepma CJ, Pinard MA. 1997. International workshop on sustainable forestry management: monitoring and verification of
greenhouse gases. Summary statement. Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change 2: 91-99.
Segura M, Kanninen M. 2005. Allometric models for tree volume and total aboveground biomass in a tropical humid forest in Costa Rica. Biotropica
371: 2-8. Setiawan A. 2006. Nilai Konservasi Keanekaragaman dan Rosot Karbon Pohon
pada Ruang Terbuka Hijau Kota: Studi Kasus pada Ruang Terbuka Hijau Kota Bandar Lampung [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Sinambela TSP. 2006. Kemampuan serapan karbondiksida 5 lima jenis tanaman hutan kota [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Siregar CA. 2007. Potensi serapan karbon di Taman Nasional Gunung GedePangrango, Cibodas, Jawa Barat. Info Hutan Vol. IV No. 3 : 233-244
Snowdown P, Raison J, Keith H, Ritson P, Grierson P, Adams M, Montogu K, Burrows HBW, Eamus D. 2002. Protocol for Sampling Tree and Stand
Biomass. Canberra : Australian Greenhouse Office. Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Solicha N. 2007. Estimating aboveground tree biomass of forest cover using field
measurement and quickbird image in Lore Lindu National Park Central Sulawesi [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sundarapandian SM, Swamy PS. 2000. Forest ecosystem structure and composition along an altitudinal gradient in the Western Ghats, South India.
Journal of Tropical Forest Science 12 1:104-123. Tinambunan R. 2006. Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru
[tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tresnawan H, Rosalina U. 2002. Pendugaan biomassa di atas tanah di ekosistem
hutan primer dan hutan bekas tebangan Studi kasus hutan Dusun Aro, Jambi. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No.1 : 15-29
Van Noordwijk M, Rahayu S, Hairiah K, Wulan YC, Farida A, Verbist B. 2002. Carbon stock assessment for a forest-to-coffee conversion landsacape in
Sumber-Jaya Lampung, Indonesia: from allometric equations to land use change analysis. Science in China series C. 45: 75-86.
Wicaksono D. 2004. Penaksiran potensi biomassa pada hutan tanaman mangium Acacia mangium Willd. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor Widyasari NAE. 2010. Pendugaan biomassa dan potensi karbon terikat di atas
permukaan tanah pada hutan gambut Merang bekas terbakar di Sumatera Selatan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Whittaker RH. 1975. Communities and ecosystem. New York : Macmillan publishing.
Lampiran 1. Daftar jenis vegetasi Hutan alam TWA Gn. Pancar, Kebun bambu, Kebun campuran, Pekarangan dan RTH Publik Area Sentul City
pada Hulu DAS Kali Bekasi
No Nama Lokal
Nama Ilmiah Famili
Hutan Alam TWA Gn. Pancar
1 Cangcaratan
Neonauclea lanceolata Blume Merr. Rubiaceae
2 Harendong badak
Astronia macrophylla Blume Melastomataceae
3 Huru
Actinodaphne procera Nees Lauraceae
4 Jirak
Symplocos fasciculata Zoll. Symplocaceae
5 Kapinango
Dysoxylum densiflorum Miq. Meliaceae
6 Ki ara
Ficus calophylla Blume Moraceae
7 Ki dage
Bruinsmia styracoides Boerl. et Kds Styracaceae
8 Ki haji
Dysoxylum macrocarpum Blume Meliaceae
9 Ki leho
Saurauaia bracteosa DC. Actinidiaceae
10 Ki seurem petang
Decaspermum fruticosum Forst Myrtaceae
11 Ki Walen
Ficus ribes Reinw. Moraceae
12 Ki wates
Eurya acuminata DC. Ternstroemiaceae
13 Kokopian
Morinda tomentosa Heyne Rubiaceae
14 Lame
Alstonia scholaris L. R. Br. Apocynaceae
15 Manggu leuweung
Garcinia celebica L. Clusiaceae
16 Mareme
Glochidion borneense Mull. Arg. Boerl. Euphorbiaceae
17 Nangsi
Villebrunea rubescens Blume Urticaceae
18 Pasang batu
Lithocarpus pseudomoluccus Blume Rehder Fagaceae
19 Pulus
Laportea stimulans Miq. Urticaceae
20 Randu leuwueng
Bombax valetonii Hochr Bombaceae
21 Rasamala
Altingia excelsa Noronha Hamamelidaceae
22 Seuseureuhan
Piper aduncum L. Piperaceae
Kebun Bambu
1 Bambu andong
Gigantochloa pseudoarundiaceae Steudel Widjaja Gramineae
2 Bambu Betung
Dendrocalamus asper Schult. Backer ex Heyne Gramineae
3 Bambu Hijau
Bambusa vulgaris Schrad. Gramineae
4 Bambu hitam
Gigantochloa atroviolacea Widjaja Gramineae
5 Bambu krisik
Bambusa tuldoides Munro Gramineae
6 Bambu Tali
Gigantochloa apus Bl.Ex Schult. f.Kurz. Gramineae
7 Alpukat
Persea americana Mill Lauraceae
8 Durian
Durio zibethinus Murr. Malvaceae
9 Hanjuang
Cordyline fruticosa Goepp. Liliaceae
10 Jambu air
Syzigium aqueum Alston Myrtaceae
11 Jambu biji
Psidium guajava L. Myrtaceae
12 Jeruk
Citrus sp. L. Rutaceae
13 Kayu Afrika
Maesopsis eminii Engl. Rhamnaceae
14 Kecapi
Sandoricum koetjape Merrill Meliaceae
15 Kemang
Mangifera kemanga Blume Anacardiaceae
16 Ketapang
Terminalia cattapa L. Combretaceae
17 Kibangkong
Turpinia sphaerocarpa Hassk Staphylaceae
18 Kluih
Artocarpus incisa L. Moraceae
19 Kopi
Coffea robusta L. Linden. Rubiaceae
20 Limus
Mangifera foetida Lour. Anacardiaceae
21 Macaranga
Macaranga sp. Euphorbiaceae
22 Mahoni
Swietenia mahagony Jacq. Meliaceae
23 Mangga
Mangifera indica Blume Anacardiaceae
24 Mindi
Melia azedarach L. Meliaceae
25 Nangka
Artocarpus heterophyllus Lamk. Moraceae
26 Pete
Parkia speciosa Hassk. Leguminosae
27 Pisang
Musa spp. Musaceae
28 Rambutan
Nephelium lappaceum L. Sapindaceae
29 Randu
Ceiba pentandra Gaertn. Malvaceae
30 Salam
Syzygium polyanthum Miq. Myrtaceae
31 Sengon
Paraserianthes falcataria L. I. Nielsen Leguminosae
32 Sirsak
Annona muricata L. Annonaceae
33 Sukun
Artocarpur altilis Parkinson Fosberg Moraceae
34 Teh
Camellia sinensis L Ternstroemiaceae
35 Waru lengis
Hibiscus tiliaceus L. Sterculiaceae
Lampiran 1 Lanjutan
Kebun Campuran
1 Alkesah
Pouteria campechiana H.B. K Baehni Sapotaceae
2 Alpukat
Persea americana Mill Lauraceae
3 Aren
Arenga pinnata Merrill. Palmae
4 Bisoro
Ficus hispida Linn. Moraceae
5 Buah naga
Hylocereus polyrhizus Britton Rose Cactaceae
6 Cengkeh
Syzygium aromaticum L. Merrill Perry Myrtaceae
7 Cherykersen
Muntingia calabura L. Tiliaceae
8 Diefentachia Beras
tumpah Dieffentachia sp.
Araceae 9
Duku Lansium domesticum Jack
Meliaceae 10
Durian Durio zibethinus Murr.
Malvaceae 11
Ficus Ficus benjamina L.
Urticaceae 12
Hanjuang Cordyline fruticosa Goepp.
Liliaceae 13
Jambu air Syzigium aqueum Alston
Myrtaceae 14
Jambu biji Psidium guajava L.
Myrtaceae 15
Jati Tectona grandis Linn. f.
Verbenaceae 16
Jengkol Pithecellobium jiringa Jack Prain
Leguminosae 17
Kayu afrika Maesopsis eminii Engl.
Rhamnaceae 18
Kecapi Sandoricum koetjape Merrill
Meliaceae 19
Kelapa Cocos nucifera L.
Palmae 20
Kemang Mangifera kemanga Blume
Anacardiaceae 21
Kemiri Aleurites moluccana Willd.
Euphorbiaceae 22
Ki sampang Evodia aromatica Pers.
Lauraceae 23
Kokosan Lansium aquaeum Jack Kosterm.
Meliaceae 24
Kopi Coffea spp.
Rubiaceae 25
Kupa gowok Syzygium polycephalum Miq. Merr. Perry
Myrtaceae 26
Lamepulai Alstonia scholaris R. Br.
Apocynaceae 27
Lengkeng Dimocarpus longan Lour.
Sapindaceae 28
Leunca Solanum nigrum Linn.
Solanaceae 29
Mahoni Swietenia mahagony Jacq.
Meliaceae 30
Mangga Mangifera indica Blume
Anacardiaceae 31
Manggis Garcinia mangostana L.
Clusiaceae 32
Melinjo Gnetum gnemon L.
Gnetaceae 33
Mengkudu Morinda citrifolia L.
Rubiaceae 34
Menteng Baccaurea motleyana Muell. Arg.
Euphorbiaceae 35
Mindi Melia azedarach L.
Meliaceae 36
Nanas Ananas comosus Merrill.
Bromeliaceae 37
Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk.
Moraceae 38
Pepaya Carica papaya L.
Caricaceae 39
Petai cina Leucaena leucocephala Lam. de Wit.
Leguminosae 40
Pete Parkia speciosa Hassk.
Leguminosae 41
Picung kluwek Pangium edule Reinw.
Bixaceae 42
Pinang Areca catechu L.
Palmae 43
Pisang Musa spp.
Musaceae 44
Rambutan Nephelium lappaceum L.
Sapindaceae 45
Randu Ceiba pentandra Gaertn.
Malvaceae 46
Salam Syzygium polyanthum Miq.
Myrtaceae 47
Sawo Achras zapota L.
Sapotaceae 48
Sengon Paraserianthes falcataria L. I. Nielsen
Leguminosae 49
Singkong Manihot esculenta Crantz.
Euphorbiaceae 50
Sukun Artocarpur altilis Parkinson Fosberg
Moraceae 51
Waru Hibiscus tiliaceus Linn.
Malvaceae
Pekarangan
1 Akasia
Acacia mangium Willd Leguminosae
2 Alkesah
Pouteria campechiana H.B. K Baehni Sapotaceae
3 Alpukat
Persea americana Mill Lauraceae
4 Araucaria
Araucaria cunninghamii Sweet Coniferae
5 Asam
Tamarindus indica L. Leguminosae
6 Bauhenia
Bauhinia purpurea L. Leguminosae
7 Belimbing
Averrhoa carambola L. Geraniaceae
8 Belimbing wuluh
Averhoa bilimbi L. Geraniaceae
9 Beringin
Ficus benjamina L. Urticaceae
10 Bintangur
Calophyllum inophyllum L. Guttiferae
11 Bunga sepatu
Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae
12 Cemara
Casuarina equisetifolia L. Casuarinaceae
Lampiran 1 Lanjutan
13 Cengkeh
Syzygium aromaticum L. Merrill Perry Myrtaceae
14 Kersen
Muntingia calabura L. Tiliaceae
15 Delima
Punica granatum L. Lythraceae
16 Dracaena
Dracaena massangeana Hort. Ex E. Morr Liliaceae
17 Durian
Durio zibethinus Murr. Malvaceae
18 Gandaria
Bouea macrophylla Griff. Anacardiaceae
19 Gmelina
Gmelina arborea Roxb. Verbenaceae
20 Glodogan tiang
Polyalthia longifolia Benth. Hook. F. ex Hook. F. Annonaceae
21 Jambu air
Syzigium aqueum Alston Myrtaceae
22 Jambu biji
Psidium guajava L. Myrtaceae
23 Jambu bol
Syzygium malaccense L. Merrill Perry. Myrtaceae
24 Jarak
Jatropha sp. Euphorbiaceae
25 Jati
Tectona grandis Linn. f. Verbenaceae
26 Jengkol
Pithecellobium jiringa Jack Prain Leguminosae
27 Jeruk
Citrus spp. Rutaceae
28 Jeruk bali
Citrus maxima Merrill. Rutaceae
29 Jeruk limau
Citrus hystrix DC. Rutaceae
30 Jeruk Pacitan
Citrus sinensis Osbeck. Rutaceae
31 Jeruk pontianak
Citrus nobilis Lour. var. microcarpa Hassk. Rutaceae
32 Kakao
Theobroma cacao L. Sterculiaceae
33 Kamboja
Plumeria rubra L. Apocynaceae
34 Kanyere
Bridelia glauca Blume Euphorbiaceae
35 Karet kerbau
Ficus elastica Nois ex Blume Moraceae
36 Kayu afrika
Maesopsis eminii Engl. Rhamnaceae
37 Kecapi
Sandoricum koetjape Merrill Meliaceae
38 Kedondong
Spondias dulcis Forst. f Anacardiaceae
39 Kelapa
Cocos nucifera L. Palmae
40 Kelengkeng
Dimocarpus longan Lour. Sapindaceae
41 Kemang
Mangifera kemanga Blume Anacardiaceae
42 Kemiri
AleuritEs moluccana Willd. Euphorbiaceae
43 Kepel
Stelechocarpus burakol Hook. f. Thoms. Annonaceae
44 Kesumba
Bixa arborea Huber Bixaceae
45 Khaya
Khaya senegalensis A. Juss. Meliaceae
46 Ki Acret
Spathodea campanulata Beauv. Bignoniaceae
47 Kiara Munut
Ficus virens Dryand. Urticaceae
48 Kokosan
Lansium aquaeum Jack Kosterm. Meliaceae
49 Kopi
Coffea spp. Rubiaceae
50 Kupa
Syzygium polycephalum Miq. Merr. Perry Myrtaceae
51 Kweni
Mangifera odorata Griff. Anacardiaceae
52 Langsat
Lansium domesticum Jack Meliaceae
53 Limus
Mangifera foetida Lour. Anacardiaceae
54 Mahkota dewa
Phaleria macrocarpa Boerl. Thymelaeaceae
55 Mahoni
Swietenia mahagony Jacq. Meliaceae
56 Mangga
Mangifera indica Blume Anacardiaceae
57 Manggis
Garcinia mangostana L. Clusiaceae
58 Mareme
Glochidion arborescens Blume Euphorbiaceae
59 Matoa
Pometia pinnata Forst. Sapindaceae
60 Melati
Jasminum sambac Soland. Olecaceae
61 Melinjo
Gnetum gnemon L. Gnetaceae
62 Mengkudu
Morinda citrifolia L. Rubiaceae
63 Menteng
Baccaurea motleyana Muell. Arg. Euphorbiaceae
64 Mindi
Melia azedarach L. Meliaceae
65 Nangka
Artocarpus heterophyllus Lamk. Moraceae
66 Nusa indah
Mussaenda sp. Rubiaceae
67 Pakis
Cycas rumphii Miq. Cycadaceae
68 Pala
Myristica fragans Houtt . Myristicaceae
69 Palem botol
Mascarena lagenicaulis L.H. Baiey Palmae
70 Palem ekor tupai
Wodyetia bifurcata A. Irvine Palmae
71 Palem putri
Veitchia merrillii Becc. H.E. Moore Palmae
72 Palem raja
Roystonea regia O.F. Cook Palmae
73 Pepaya
Carica papaya L. Caricaceae
74 Petai
Parkia speciosa Hassk. Leguminosae
75 Petai china
Leucaena leucocephala Lam. de Wit. Leguminosae
76 Picung
Pangium edule Reinw. Bixaceae
77 Pinang
Areca catechu L. Palmae
78 Pinisilin
Jatropha multifida L. Euphorbiaceae
79 Pinus
Pinus merkusii Jungh. De Vriese Coniferae
80 Pisang
Musa x paradisiaca L, pro spec,; C. Jeffrey Musaceae
81 Pisang kipas
Ravenala madagascariensis J.F. Gmel. Scitamineae
82 Pisitan
Dysoxylum nutans Miq. Meliaceae
Lampiran 1 Lanjutan
83 Rambutan
Nephelium lappaceum L. Sapindaceae
84 Randu
Ceiba pentandra Gaertn. Malvaceae
85 Rendang
Carissa carandas L. Apocynaceae
86 Salam
Syzygium polyanthum Miq. Myrtaceae
87 Sapu tangan
Maniltoa grandiflora Scheff. Leguminosae
88 Sawo
Achras zapota L. Sapotaceae
89 Sengon
Paraserianthes falcataria L. I. Nielsen Leguminosae
90 Sikat botol
Callistemon citrinus Domin Myrtaceae
91 Sirsak
Annona muricata L. Annonaceae
92 Sukun
Artocarpur altilis Parkinson Fosberg Moraceae
RTH Publik Area Sentul City
1 Akasia
Acacia mangium Willd Leguminosae
2 Bauhenia
Bauhinia purpurea L. Leguminosae
3 Dadap merah
Erythrina crista-galli Linn. Leguminosae
4 Gmelina
Gmelina arborea Roxb. Verbenaceae
5 karet
Hevea brasiliensis Muell.Arg. Euphorbiaceae
6 Mahoni
Swietenia mahagony Jacq. Meliaceae
7 Pinus
Pinus merkusii Jungh. De Vriese Coniferae
8 Sengon
Paraserianthes falcataria L. I. Nielsen Leguminosae
9 Spatodea
Spathodea campanulata Beauv. Bignoniaceae
10 Trembesi
Samanea saman Merrill Leguminosae
11 Pinang
Areca catechu L. Palmae
12 Bambu Kuning
Bambusa vulgaris Nees. Gramineae
13 Manggis
Garcinia mangostana L. Clusiaceae
14 Kelapa
Cocos nucifera L. Palmae
15 Palem Raja
Roystonea regia O.F. Cook Palmae
Lampiran 2. Hasil analisis vegetasi pada hutan alam di kawasan hutan TWA Gunung Pancar
No Jenis
K indha
KR F
FR D
m
2
ha DR
INP
Semai 1
Morinda tomentosa 2250
29,03 0,3
30,00 59,03
2 Astronia macrophylla
1750 22,58
0,2 20,00
42,58 3
Laportea stimulans 1750
22,58 0,2
20,00 42,58
4 Piper aduncum
1250 16,13
0,2 20,00
36,13 5
Ficus ribes 750
9,68 0,1
10,00 19,68
Jumlah 7750
100 1
100 200
Pancang
1 Laportea stimulans
720 52,94
0,4 28,57
2,43 74,25
155,7 6
2 Astronia macrophylla
240 17,65
0,2 14,29
0,37 11,43
43,36 3
Piper aduncum 160
11,76 0,3
21,43 0,08
2,50 35,70
4 Bruinsmia styracoides
80 5,88
0,2 14,29
0,19 5,81
25,98 5
Decaspermum fruticosum 80
5,88 0,2
14,29 0,10
3,07 23,24
6 Ficus ribes
80 5,88
0,1 7,14
0,10 2,93
15,96 Jumlah
1360 100
1,4 100
3,27 100
300
Tiang 1
Decaspermum fruticosum 20
33,33 0,2
33,33 0,35
30,97 97,63
2 Laportea stimulans
20 33,33
0,2 33,33
0,31 27,36
94,03 3
Saurauaia bracteosa 10
16,67 0,1
16,67 0,24
20,83 54,17
4 Lithocarpus
pseudomoluccus 10
16,67 0,1
16,67 0,24
20,83 54,17
Jumlah 60
100 0,6
100 1,14
100 300
Pohon 1
Decaspermum fruticosum 13
15,63 0,4
13,79 2,81
27,13 56,55
2 Dysoxylum densiflorum
5 6,25
0,2 6,90
2,51 24,25
37,40 3
Garcinia celebica 10
12,50 0,2
6,90 1,26
12,17 31,57
4 Symplocos fasciculata
10 12,50
0,4 13,79
0,54 5,21
31,50 5
Dysoxylum macrocarpum 8
9,38 0,3
10,34 0,97
9,39 29,11
6 Bombax valetonii
8 9,38
0,3 10,34
0,50 4,82
24,54 7
Altingia excelsa 5
6,25 0,2
6,90 0,37
3,59 16,73
8 Ficus calophylla
5 6,25
0,2 6,90
0,26 2,54
15,69 9
Actinodaphne procera 3
3,13 0,1
3,45 0,30
2,87 9,44
10 Lithocarpus
pseudomoluccus 3
3,13 0,1
3,45 0,25
2,46 9,03
11 Neonauclea lanceolata
3 3,13
0,1 3,45
0,13 1,28
7,85 12
Laportea stimulans 3
3,13 0,1
3,45 0,13
1,28 7,85
13 Alstonia scholaris
3 3,13
0,1 3,45
0,11 1,09
7,66 14
Glochidion borneense 3
3,13 0,1
3,45 0,10
0,96 7,53
15 Villebrunea rubescens
3 3,13
0,1 3,45
0,10 0,96
7,53 Jumlah
80 100
2,9 100
10,36 100
300
Lampiran 3. Hasil analisis vegetasi pada kebun bambu di Hulu DAS Kali Bekasi
No Jenis
K indha
KR F
FR D
m
2
ha DR
INP
Atas
1 Gigantochloa apus
3560 76,39
0,73 21,57
9,90 49,59
147,55 2
Gigantochloa pseudoarundiaceae
540 11,59
0,20 5,88
3,61 18,09
35,56 3
Musa spp, 80
1,72 0,47
13,73 0,94
4,69 20,14
4 Swietenia mahagony
53 1,14
0,33 9,80
0,29 1,43
12,38 5
Turpinia sphaerocarpa 13
0,29 0,13
3,92 1,38
6,93 11,14
6 Maesopsis eminii
20 0,43
0,20 5,88
0,96 4,82
11,13 7
Coffea robusta 33
0,72 0,27
7,84 0,06
0,28 8,84
8 Dendrocalamus asper
107 2,29
0,07 1,96
0,69 3,46
7,71 9
Parkia speciosa 13
0,29 0,13
3,92 0,38
1,92 6,12
10 Artocarpus incisa
7 0,14
0,07 1,96
0,75 3,75
5,85 11
Bambusa vulgaris 107
2,29 0,07
1,96 0,21
1,03 5,28
12 Cordyline fruticosa
13 0,29
0,13 3,92
0,01 0,04
4,25 13
Gigantochloa atroviolacea
60 1,29
0,07 1,96
0,18 0,89
4,13 14
Mangifera kemanga 7
0,14 0,07
1,96 0,40
1,98 4,09
15 Sandoricum koetjape
7 0,14
0,07 1,96
0,05 0,26
2,37 16
Nephelium lappaceum 7
0,14 0,07
1,96 0,05
0,26 2,37
17 Syzygium polyanthum
7 0,14
0,07 1,96
0,05 0,24
2,35 18
Annona muricata 7
0,14 0,07
1,96 0,04
0,21 2,32
19 Terminalia cattapa
7 0,14
0,07 1,96
0,02 0,08
2,19 20
Persea americana 7
0,14 0,07
1,96 0,01
0,03 2,13
21 Camellia sinensis
7 0,14
0,07 1,96
0,00 0,02
2,13 Jumlah
4660 100,00
3,40 100,00
19,96 100,00
300,00
Tengah
1 Musa spp.
687 0,87
6,66 18,76
23,21 34,79
76,77 2
Gigantochloa apus 1293
0,40 2,09
35,34 10,71
10,93 56,98
3 Gigantochloa
pseudoarundiaceae 740
0,27 4,46
20,22 7,14
23,33 50,69
4 Bambusa tuldoides
587 0,27
0,29 16,03
7,14 1,52
24,69 5
Nephelium lappaceum 87
0,40 1,52
2,37 10,71
7,94 21,03
6 Paraserianthes falcataria
27 0,20
2,03 0,73
5,36 10,62
16,70 7
Swietenia mahagony 33
0,20 0,16
0,91 5,36
0,84 7,11
8 Mangifera indica
20 0,13
0,41 0,55
3,57 2,16
6,28 9
Ceiba pentandra 20
0,13 0,24
0,55 3,57
1,24 5,36
10 Persea americana
20 0,07
0,54 0,55
1,79 2,80
5,13 11
Citrus sp, 20
0,13 0,15
0,55 3,57
0,80 4,92
12 Psidium guajava
20 0,13
0,05 0,55
3,57 0,27
4,39 13
Artocarpur altilis 7
0,07 0,18
0,18 1,79
0,93 2,89
14 Coffea robusta
7 0,07
0,17 0,18
1,79 0,89
2,85 15
Artocarpus heterophyllus 27
0,07 0,03
0,73 1,79
0,18 2,69
16 Mangifera foetida
27 0,07
0,03 0,73
1,79 0,15
2,67 17
Melia azedarach 13
0,07 0,08
0,36 1,79
0,41 2,56
18 Annona muricata
13 0,07
0,01 0,36
1,79 0,04
2,19 19
Syzigium aqueum 7
0,07 0,02
0,18 1,79
0,11 2,08
20 Artocarpus incisa
7 0,07
0,01 0,18
1,79 0,05
2,02 Jumlah
3660 3,73
19,13 100
100 100
300
Bawah
1 Gigantochloa apus
3780 79,97
0,10178 57,79
10,18 57,79
195,55 2
Dendrocalamus asper 527
11,14 0,04501
25,55 4,50
25,55 62,25
3 Musa spp,
100 2,12
0,00681 3,86
0,68 3,86
9,85 4
Bambusa vulgaris 220
4,65 0,00450
2,56 0,45
2,56 9,77
5 Macaranga sp,
13 0,28
0,00496 2,82
0,50 2,82
5,92 6
Mangifera foetida 7
0,14 0,00309
1,75 0,31
1,75 3,65
7 Artocarpus heterophyllus
7 0,14
0,00306 1,74
0,31 1,74
3,62 8
Melia azedarach 7
0,14 0,00282
1,60 0,28
1,60 3,34
Lampiran 3 Lanjutan
9 Hibiscus tiliaceus
7 0,14
0,00267 1,52
0,27 1,52
3,18 10
Durio zibethinus 13
0,28 0,00070
0,40 0,07
0,40 1,08
11 Nephelium lappaceum
20 0,42
0,00033 0,19
0,03 0,19
0,80 12
Coffea robusta 13
0,28 0,00027
0,15 0,03
0,15 0,59
13 Persea americana
7 0,14
0,00006 0,04
0,01 0,04
0,21 14
Cordyline fruticosa 7
0,14 0,00005
0,03 0,00
0,03 0,19
Jumlah 4727
100,00 0,17613
100,00 17,61
100,00 300,00
Wilayah Kota
1 Bambusa tuldoides
5353 81,61
0,02 61,36
2,40 61,36
204,33 2
Bambusa vulgaris 1207
18,39 0,02
38,64 1,51
38,64 95,67
Jumlah 6560
100,00 0,04
100,00 3,91
100,00 300,00
Keterangan: hanya vegetasi dengan tinggi 1,5m
Lampiran 4. Hasil analisis vegetasi pada kebun campuran di Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Atas
No Nama Ilmiah
K indha
KR F
FR D
m
2
ha DR
INP
Semai
1 Lansium domesticum
2500 53,33
0,250 28,57
81,90 2
Mangifera kemanga 625
13,33 0,125
14,29 27,62
3 Musa spp.
625 13,33
0,125 14,29
27,62 4
Ficus hispida 313
6,67 0,125
14,29 20,95
5 Coffea sp.
313 6,67
0,125 14,29
20,95 6
Nephelium lappaceum 313
6,67 0,125
14,29 20,95
Jumlah 4688
100 0,875
100 200
Pancang
1 Musa spp.
100 11,11
0,250 14,29
0,47 21,12
46,52 2
Lansium domesticum 100
11,11 0,250
14,29 0,24
10,81 36,21
3 Pangium edule
100 11,11
0,125 7,14
0,36 16,47
34,72 4
Melia azedarach 100
11,11 0,125
7,14 0,31
14,22 32,47
5 Maesopsis eminii
150 16,67
0,125 7,14
0,15 6,61
30,42 6
Coffea sp. 100
11,11 0,250
14,29 0,03
1,52 26,92
7 Baccaurea motleyana
50 5,56
0,125 7,14
0,26 11,97
24,67 8
Durio zibethinus 50
5,56 0,125
7,14 0,19
8,73 21,42
9 Evodia aromatica
50 5,56
0,125 7,14
0,13 5,79
18,48 10
Aleurites moluccana 50
5,56 0,125
7,14 0,05
2,06 14,76
11 Sandoricum koetjape
50 5,56
0,125 7,14
0,02 0,71
13,41 Jumlah
900 100
1,750 100
2,20 100
300
Tiang
1 Musa spp.
150 46,15
0,625 26,32
1,97 45,00
117,47 2
Maesopsis eminii 25
7,69 0,250
10,53 0,57
13,04 31,26
3 Evodia aromatica
25 7,69
0,250 10,53
0,23 5,20
23,42 4
Lansium aquaeum 25
7,69 0,250
10,53 0,21
4,72 22,94
5 Mangifera kemanga
13 3,85
0,125 5,26
0,28 6,34
15,45 6
Durio zibethinus 13
3,85 0,125
5,26 0,25
5,75 14,86
7 Nephelium lappaceum
13 3,85
0,125 5,26
0,22 5,12
14,23 8
Melia azedarach 13
3,85 0,125
5,26 0,16
3,62 12,73
9 Artocarpus heterophyllus
13 3,85
0,125 5,26
0,13 3,02
12,13 10
Hibiscus tiliaceus 13
3,85 0,125
5,26 0,13
2,87 11,98
11 Syzygium polycephalum
13 3,85
0,125 5,26
0,12 2,77
11,88 12
Garcinia mangostana 13
3,85 0,125
5,26 0,11
2,57 11,68
Jumlah 325
100 2,375
100 4,37
100 300
Pohon
1 Pangium edule
19 18,2
0,500 16
4,96 50,75
84,93 2
Durio zibethinus 13
12,1 0,375
12 0,99
10,09 34,21
3 Musa spp,
13 12,1
0,375 12
0,47 4,79
28,92 4
Lansium aquaeum 13
12,1 0,250
8 0,55
5,59 25,71
5 Evodia aromatica
9 9,1
0,250 8
0,47 4,77
21,86 6
Syzygium polyanthum 6
6,1 0,125
4 0,23
2,39 12,45
7 Arenga pinnata
3 3,0
0,125 4
0,39 4,01
11,04 8
Parkia speciosa 3
3,0 0,125
4 0,34
3,53 10,56
9 Baccaurea motleyana
3 3,0
0,125 4
0,26 2,70
9,73 10
Cocos nucifera 3
3,0 0,125
4 0,21
2,15 9,18
11 Pithecellobium jiringa
3 3,0
0,125 4
0,20 2,00
9,03 12
Alstonia scholaris 3
3,0 0,125
4 0,19
1,97 9,00
13 Lansium domesticum
3 3,0
0,125 4
0,17 1,72
8,75 14
Maesopsis eminii 3
3,0 0,125
4 0,12
1,23 8,26
15 Swietenia mahagony
3 3,0
0,125 4
0,11 1,16
8,19 16
Sandoricum koetjape 3
3,0 0,125
4 0,11
1,15 8,18
Jumlah 103
100 3,125
100 9,78
100,00 300,00
Lampiran 5. Hasil analisis vegetasi pada kebun campuran di Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Tengah
No Nama Ilmiah
K indha
KR F
FR D
m
2
ha DR
INP
Semai
1 Coffea sp,
10000 56
0,29 16,67
72,67 2
Paraserianthes falcataria 2857
16 0,29
16,67 32,67
3 Hylocereus polyrhizus
1071 6
0,14 8,33
14,33 4
Persea americana 714
4 0,14
8,33 12,33
5 Musa spp,
714 4
0,14 8,33
12,33 6
Nephelium lappaceum 714
4 0,14
8,33 12,33
7 Manihot esculenta
714 4
0,14 8,33
12,33 8
Psidium guajava 357
2 0,14
8,33 10,33
9 Cocos nucifera
357 2
0,14 8,33
10,33 10
Mangifera indica 357
2 0,14
8,33 10,33
Jumlah 17857
100 1,71
100,00 200,00
Pancang
1 Musa spp.
971 39,53
0,71 25
3,86 59,46
124,00 2
Paraserianthes falcataria 514
20,93 0,29
10 0,68
10,42 41,35
3 Manihot esculenta
229 9,30
0,43 15
0,03 0,47
24,77 4
Mangifera indica 171
6,98 0,29
10 0,48
7,33 24,30
5 Syzigium aqueum
114 4,65
0,14 5
0,39 5,96
15,61 6
Psidium guajava 57
2,33 0,14
5 0,43
6,64 13,97
7 Durio zibethinus
57 2,33
0,14 5
0,29 4,54
11,86 8
Coffea sp, 114
4,65 0,14
5 0,01
0,20 9,85
9 Artocarpur altilis
57 2,33
0,14 5
0,15 2,33
9,65 10
Tectona grandis 57
2,33 0,14
5 0,12
1,87 9,20
11 Nephelium lappaceum
57 2,33
0,14 5
0,04 0,62
7,95 12
Muntingia calabura 57
2,33 0,14
5 0,01
0,16 7,48
Jumlah 2457
100,00 2,86
100 6,49
100,00 300,00
Tiang
1 Musa spp
300 55,26
1,00 38,89
4,71 53,50
147,65 2
Paraserianthes falcataria 129
23,68 0,57
22,22 2,21
25,16 71,06
3 Nephelium lappaceum
43 7,89
0,43 16,67
0,85 9,64
34,20 4
Artocarpur altilis 29
5,26 0,14
5,56 0,46
5,27 16,09
5 Cocos nucifera
14 2,63
0,14 5,56
0,22 2,50
10,69 6
Lansium domesticum 14
2,63 0,14
5,56 0,20
2,25 10,44
7 Parkia specios
14 2,63
0,14 5,56
0,15 1,69
9,87 Jumlah
543 100,00
2,57 100,00
8,80 100,00
300,00
Pohon
1 Paraserianthes falcataria
46 25,00
0,57 14,81
2,82 30,47
70,29 2
Nephelium lappaceum 46
25,00 0,71
18,52 1,92
20,71 64,23
3 Musa spp,
36 19,23
0,57 14,81
1,42 15,36
49,41 4
Cocos nucifera 21
11,54 0,57
14,81 1,30
14,01 40,36
5 Durio zibethinus
7 3,85
0,29 7,41
0,46 5,02
16,27 6
Artocarpus heterophyllus 7
3,85 0,29
7,41 0,29
3,09 14,34
7 Evodia aromatica
4 1,92
0,14 3,70
0,30 3,24
8,86 8
Melia azedarach 4
1,92 0,14
3,70 0,22
2,41 8,03
9 Gnetum gnemon
4 1,92
0,14 3,70
0,15 1,64
7,27 10
Artocarpur altilis 4
1,92 0,14
3,70 0,15
1,63 7,26
11 Syzigium aqueum
4 1,92
0,14 3,70
0,11 1,21
6,84 12
Parkia speciosa 4
1,92 0,14
3,70 0,11
1,21 6,84
Jumlah 186
100,00 3,86
100,00 9,26
100,00 300,00
Lampiran 6. Hasil analisis vegetasi pada kebun campuran di Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Bawah
No Nama Ilmiah
K indha
KR F
FR D
m
2
ha DR
INP
Semai
1 Musa spp,
833 18,75
0,33 18,75
37,50 2
Nephelium lappaceum 833
18,75 0,33
18,75 37,50
3 Coffea spp.
556 12,50
0,22 12,50
25,00 4
Persea americana 278
6,25 0,11
6,25 12,50
5 Dieffentachia sp,
278 6,25
0,11 6,25
12,50 6
Maesopsis eminii 278
6,25 0,11
6,25 12,50
7 Solanum nigrum
278 6,25
0,11 6,25
12,50 8
Mangifera indica 278
6,25 0,11
6,25 12,50
9 Baccaurea motleyana
278 6,25
0,11 6,25
12,50 10
Ananas comosus 278
6,25 0,11
6,25 12,50
11 Manihot esculenta
278 6,25
0,11 6,25
12,50 Jumlah
4444 100,00
1,78 100,00
200,00
Pancang
1 Musa spp.
444 15,38
0,67 18,75
2,38 48,00
82,14 2
Nephelium lappaceum 267
9,23 0,44
12,50 0,35
7,04 28,77
3 Coffea spp.
311 10,77
0,11 3,13
0,54 10,88
24,77 4
Manihot esculenta 356
12,31 0,33
9,38 0,08
1,54 23,22
5 Maesopsis eminii
267 9,23
0,33 9,38
0,22 4,50
23,11 6
Melia azedarach 311
10,77 0,22
6,25 0,30
6,00 23,02
7 Morinda citrifolia
133 4,62
0,22 6,25
0,35 7,15
18,02 8
Psidium guajava 222
7,69 0,11
3,13 0,15
2,95 13,77
9 Dimocarpus longan
44 1,54
0,11 3,13
0,26 5,21
9,88 10
Artocarpus heterophyllus 89
3,08 0,11
3,13 0,09
1,86 8,06
11 Areca catechu
89 3,08
0,11 3,13
0,07 1,33
7,53 12
Cordyline fruticosa 89
3,08 0,11
3,13 0,02
0,40 6,60
13 Ficus benjamina
44 1,54
0,11 3,13
0,08 1,69
6,36 14
Leucaena leucocephala 44
1,54 0,11
3,13 0,03
0,55 5,22
15 Persea americana
44 1,54
0,11 3,13
0,02 0,31
4,97 16
Pouteria campechiana 44
1,54 0,11
3,13 0,01
0,28 4,95
17 Achras zapota
44 1,54
0,11 3,13
0,01 0,23
4,89 18
Syzigium aqueum 44
1,54 0,11
3,13 0,00
0,07 4,73
Jumlah 2889
100,00 3,56
100,00 4,95
100,00 300,00
Tiang
1 Musa spp.
289 49,06
0,78 26,92
4,75 47,79
123,77 2
Nephelium lappaceum 44
7,55 0,33
11,54 0,80
8,01 27,10
3 Durio zibethinus
33 5,66
0,33 11,54
0,52 5,28
22,47 4
Gnetum gnemon 33
5,66 0,33
11,54 0,44
4,42 21,61
5 Maesopsis eminii
33 5,66
0,22 7,69
0,75 7,54
20,89 6
Baccaurea motleyana 44
7,55 0,11
3,85 0,69
6,95 18,34
7 Artocarpus heterophyllus
22 3,77
0,22 7,69
0,42 4,27
15,74 8
Carica papaya 33
5,66 0,11
3,85 0,59
5,96 15,46
9 Paraserianthes
falcataria 22
3,77 0,11
3,85 0,37
3,70 11,32
10 Morinda citrifolia
11 1,89
0,11 3,85
0,28 2,84
8,58 11
Pithecellobium jiringa 11
1,89 0,11
3,85 0,22
2,25 7,98
12 Coffea sp.
11 1,89
0,11 3,85
0,10 1,00
6,74 Jumlah
589 100,00
2,89 100,00
9,94 100,00
300,00
Pohon
1 Musa spp,
44 20,00
0,33 6,98
2,04 14,00
40,98 2
Baccaurea motleyana 31
13,75 0,56
11,63 2,18
14,98 40,36
3 Nephelium lappaceum
28 12,50
0,44 9,30
2,34 16,10
37,91 4
Maesopsis eminii 25
11,25 0,44
9,30 1,71
11,72 32,28
5 Durio zibethinus
17 7,50
0,56 11,63
0,86 5,94
25,07 6
Sandoricum koetjape 11
5,00 0,44
9,30 1,23
8,42 22,72
7 Cocos nucifera
14 6,25
0,22 4,65
1,07 7,37
18,27 8
Paraserianthes falcataria 11
5,00 0,33
6,98 0,65
4,48 16,46
9 Lansium domesticum
6 2,50
0,22 4,65
0,35 2,41
9,56 10
Pithecellobium jiringa 6
2,50 0,22
4,65 0,35
2,39 9,55
Lampiran 6 Lanjutan
11 Artocarpus heterophyllus
6 2,50
0,22 4,65
0,24 1,65
8,80 12
Syzygium aromaticum 8
3,75 0,11
2,33 0,32
2,20 8,28
13 Syzygium polycephalum
3 1,25
0,11 2,33
0,38 2,64
6,22 14
Mangifera kemanga 3
1,25 0,11
2,33 0,30
2,06 5,64
15 Parkia speciosa
3 1,25
0,11 2,33
0,17 1,15
4,73 16
Garcinia mangostana 3
1,25 0,11
2,33 0,14
0,99 4,57
17 Melia azedarach
3 1,25
0,11 2,33
0,12 0,81
4,38 18
Ceiba pentandra 3
1,25 0,11
2,33 0,10
0,67 4,24
Jumlah 222
100,00 4,78
100,00 14,55
100,00 300,00
Lampiran 7. Hasil analisis vegetasi pada pekarangan di Hulu DAS Kali Bekasi
No Nama Ilmiah
K indha
KR F
FR D
m
2
ha DR
INP
Atas
1 Musa x paradisiaca
192 25,60
0,75 7,20
2,68 21,01
53,81 2
Mangifera indica 54
7,20 0,83
8,00 0,52
4,07 19,27
3 Psidium guajava
60 8,00
0,75 7,20
0,48 3,78
18,98 4
Artocarpur altilis 18
2,40 0,25
2,40 1,54
12,07 16,87
5 Parkia speciosa
27 3,60
0,58 5,60
0,64 5,01
14,21 6
Cocos nucifera 12
1,60 0,25
2,40 1,25
9,78 13,78
7 Syzigium aqueum
30 4,00
0,33 3,20
0,43 3,34
10,54 8
Coffea robusta 39
5,20 0,42
4,00 0,13
1,00 10,20
9 Artocarpus heterophyllus
21 2,80
0,42 4,00
0,34 2,68
9,48 10
Gmelina arborea 27
3,60 0,33
3,20 0,32
2,48 9,28
11 Nephelium lappaceum
21 2,80
0,33 3,20
0,40 3,14
9,14 12
Ceiba pentandra 12
1,60 0,25
2,40 0,60
4,71 8,71
13 Swietenia mahagony
15 2,00
0,42 4,00
0,32 2,48
8,48 14
Citrus sinensis 21
2,80 0,33
3,20 0,09
0,70 6,70
15 Paraserianthes falcataria
12 1,60
0,25 2,40
0,31 2,44
6,44 16
Mangifera foetida 15
2,00 0,33
3,20 0,10
0,80 6,00
17 Spondias dulcis
6 0,80
0,17 1,60
0,39 3,05
5,45 18
Pangium edule 6
0,80 0,17
1,60 0,39
3,04 5,44
19 Theobroma cacao
15 2,00
0,25 2,40
0,10 0,78
5,18 20
Gnetum gnemon 12
1,60 0,25
2,40 0,14
1,08 5,08
21 Morinda citrifolia
12 1,60
0,25 2,40
0,07 0,57
4,57 22
Persea americana 12
1,60 0,25
2,40 0,05
0,38 4,38
23 Ficus virens
3 0,40
0,08 0,80
0,25 1,99
3,19 24
Leucaena leucocephala 6
0,80 0,17
1,60 0,10
0,75 3,15
25 Jatropha sp,
9 1,20
0,17 1,60
0,04 0,29
3,09 26
Syzygium polyanthum 9
1,20 0,17
1,60 0,02
0,13 2,93
27 Durio zibethinus
6 0,80
0,17 1,60
0,05 0,35
2,75 28
Glochidion arborescens 12
1,60 0,08
0,80 0,04
0,28 2,68
29 AleuritEs moluccana
3 0,40
0,08 0,80
0,18 1,42
2,62 30
Dysoxylum nutans 3
0,40 0,08
0,80 0,18
1,39 2,59
31 Spathodea campanulata
6 0,80
0,08 0,80
0,12 0,92
2,52 32
Melia azedarach 6
0,80 0,08
0,80 0,10
0,77 2,37
33 Baccaurea motleyana
3 0,40
0,08 0,80
0,09 0,70
1,90 34
Lansium aquaeum 3
0,40 0,08
0,80 0,09
0,68 1,88
35 Dimocarpus longan
6 0,80
0,08 0,80
0,03 0,24
1,84 36
Citrus maxima 3
0,40 0,08
0,80 0,07
0,57 1,77
37 Citrus sp,
6 0,80
0,08 0,80
0,01 0,09
1,69 38
Jatropha multifida 6
0,80 0,08
0,80 0,00
0,04 1,64
39 Carica papaya
3 0,40
0,08 0,80
0,05 0,42
1,62 40
Pometia pinnata 3
0,40 0,08
0,80 0,02
0,19 1,39
41 Mangifera odorata
3 0,40
0,08 0,80
0,02 0,14
1,34 42
Averrhoa carambola 3
0,40 0,08
0,80 0,01
0,12 1,32
43 Tamarindus indica
3 0,40
0,08 0,80
0,01 0,07
1,27 44
Annona muricata 3
0,40 0,08
0,80 0,01
0,07 1,27
45 Syzygium aromaticum
3 0,40
0,08 0,80
0,00 0,01
1,21 Jumlah
752 100,00
10,42 100,00
12,75 100,00
300,00
Tengah
1 Nephelium lappaceum
101 14,38
0,82 9,57
2,67 19,23
43,18 2
Musa x paradisiaca 118
16,88 0,36
4,26 2,69
19,33 40,46
3 Glochidion arborescens
61 8,75
0,64 7,45
1,28 9,17
25,37 4
Myristica Fragans 44
6,25 0,55
6,38 1,44
10,34 22,97
5 Jatropha sp,
44 6,25
0,64 7,45
0,38 2,76
16,46 6
Dimocarpus longan 22
3,13 0,36
4,26 1,23
8,82 16,20
7 Averhoa bilimbi
26 3,75
0,36 4,26
0,68 4,90
12,91 8
Psidium guajava 31
4,38 0,27
3,19 0,22
1,58 9,14
9 Garcinia mangostana
18 2,50
0,27 3,19
0,33 2,40
8,09 10
Citrus maxima 18
2,50 0,27
3,19 0,06
0,43 6,12
11 Syzygium polycephalum
26 3,75
0,09 1,06
0,12 0,87
5,68 12
Bouea macrophylla 9
1,25 0,18
2,13 0,24
1,72 5,09
Lampiran 7 Lanjutan
13 Persea americana
9 1,25
0,18 2,13
0,14 0,99
4,36 14
Pouteria campechiana 9
1,25 0,18
2,13 0,10
0,70 4,08
15 Lansium aquaeum
9 1,25
0,18 2,13
0,09 0,66
4,04 16
Tamarindus indica 9
1,25 0,18
2,13 0,08
0,56 3,94
17 Annona muricata
9 1,25
0,18 2,13
0,07 0,50
3,88 18
Leucaena leucocephala 9
1,25 0,18
2,13 0,06
0,45 3,83
19 Artocarpus heterophyllus
9 1,25
0,18 2,13
0,02 0,18
3,56 20
Mangifera indica 4
0,63 0,09
1,06 0,23
1,62 3,31
21 Citrus hystrix
9 1,25
0,09 1,06
0,12 0,87
3,18 22
Cocos nucifera 4
0,63 0,09
1,06 0,21
1,48 3,17
23 Artocarpur altilis
4 0,63
0,09 1,06
0,20 1,42
3,11 24
Carica papaya 4
0,63 0,09
1,06 0,18
1,31 3,00
25 Mangifera foetida
4 0,63
0,09 1,06
0,14 0,98
2,67 26
Gnetum gnemon 4
0,63 0,09
1,06 0,13
0,97 2,66
27 Durio zibethinus
4 0,63
0,09 1,06
0,11 0,82
2,51 28
Sandoricum koetjape 4
0,63 0,09
1,06 0,11
0,80 2,49
29 Bridelia glauca
4 0,63
0,09 1,06
0,08 0,58
2,27 30
Coffea robusta 4
0,63 0,09
1,06 0,08
0,56 2,25
31 Mangifera kemanga
4 0,63
0,09 1,06
0,07 0,48
2,17 32
Syzygium polyanthum 4
0,63 0,09
1,06 0,05
0,39 2,08
33 Citrus sp,
4 0,63
0,09 1,06
0,05 0,37
2,06 34
Averrhoa carambola 4
0,63 0,09
1,06 0,04
0,27 1,96
35 Syzigium aqueum
4 0,63
0,09 1,06
0,04 0,26
1,95 36
Parkia speciosa 4
0,63 0,09
1,06 0,03
0,25 1,94
37 Theobroma cacao
4 0,63
0,09 1,06
0,03 0,19
1,88 38
Casuarina equisetifolia 4
0,63 0,09
1,06 0,02
0,16 1,85
39 Mussaenda sp,
4 0,63
0,09 1,06
0,02 0,16
1,85 40
Achras zapota 4
0,63 0,09
1,06 0,02
0,15 1,84
41 Baccaurea motleyana
4 0,63
0,09 1,06
0,02 0,11
1,80 42
Citrus nobilis var.microcarpa 4
0,63 0,09
1,06 0,01
0,07 1,76
43 Spondias dulcis
4 0,63
0,09 1,06
0,01 0,04
1,73 44
Tectona grandis 4
0,63 0,09
1,06 0,01
0,04 1,73
45 Areca catechu
4 0,63
0,09 1,06
0,01 0,04
1,73 46
Jatropha multifida 4
0,63 0,09
1,06 0,00
0,02 1,71
Jumlah 701
100,00 8,55
100,00 13,91
100,00 300,00
Bawah
1 Musa x paradisiaca
185 26,67
0,58 7,45
3,86 28,03
62,14 2
Nephelium lappaceum 68
9,78 0,67
8,51 2,84
20,61 38,90
3 Syzygium malaccense
74 10,67
0,75 9,57
1,56 11,35
31,60 4
Garcinia mangostana 31
4,44 0,50
6,38 0,52
3,75 14,58
5 Ficus virens
22 3,11
0,25 3,19
1,08 7,87
14,17 6
Carica papaya 37
5,33 0,42
5,32 0,20
1,45 12,10
7 Parkia speciosa
15 2,22
0,33 4,26
0,68 4,93
11,41 8
Sandoricum koetjape 28
4,00 0,33
4,26 0,04
0,29 8,54
9 Pouteria campechiana
18 2,67
0,25 3,19
0,37 2,67
8,53 10
Annona muricata 18
2,67 0,25
3,19 0,14
1,05 6,91
11 Psidium guajava
18 2,67
0,17 2,13
0,24 1,72
6,52 12
Syzygium polyanthum 18
2,67 0,25
3,19 0,07
0,51 6,37
13 Mussaenda sp,
9 1,33
0,25 3,19
0,18 1,32
5,85 14
Theobroma cacao 6
0,89 0,17
2,13 0,34
2,44 5,46
15 Glochidion arborescens
6 0,89
0,08 1,06
0,44 3,18
5,13 16
Pithecellobium jiringa 12
1,78 0,17
2,13 0,16
1,13 5,03
17 Persea americana
9 1,33
0,25 3,19
0,03 0,25
4,78 18
Averhoa bilimbi 12
1,78 0,17
2,13 0,06
0,44 4,34
19 Averrhoa carambola
12 1,78
0,17 2,13
0,04 0,27
4,18 20
Cocos nucifera 12
1,78 0,17
2,13 0,03
0,23 4,14
21 Jatropha sp,
9 1,33
0,17 2,13
0,06 0,41
3,87 22
Baccaurea motleyana 9
1,33 0,17
2,13 0,05
0,37 3,83
23 Lansium aquaeum
6 0,89
0,17 2,13
0,10 0,70
3,71 24
Areca catechu 6
0,89 0,08
1,06 0,15
1,10 3,05
25 Artocarpus heterophyllus
3 0,44
0,08 1,06
0,16 1,14
2,65 26
Bauhinia purpurea 9
1,33 0,08
1,06 0,02
0,18 2,58
Lampiran 7 Lanjutan
27 Phaleria macrocarpa
3 0,44
0,08 1,06
0,10 0,75
2,25 28
Muntingia calabura 6
0,89 0,08
1,06 0,04
0,26 2,22
29 Gnetum gnemon
3 0,44
0,08 1,06
0,06 0,47
1,97 30
Durio zibethinus 3
0,44 0,08
1,06 0,05
0,35 1,86
31 Syzigium aqueum
3 0,44
0,08 1,06
0,05 0,34
1,85 32
Dimocarpus longan 3
0,44 0,08
1,06 0,03
0,24 1,75
33 Coffea robusta
3 0,44
0,08 1,06
0,02 0,11
1,62 34
Mangifera indica 3
0,44 0,08
1,06 0,00
0,03 1,54
35 Citrus sp,
3 0,44
0,08 1,06
0,00 0,02
1,53 36
Carissa carandas 3
0,44 0,08
1,06 0,00
0,02 1,52
37 Pometia pinnata
3 0,44
0,08 1,06
0,00 0,01
1,52 Jumlah
693 100,00
7,83 100,00
13,77 100,00
300,00
Wilayah Kota
1 Mangifera indica
37 8,08
0,75 8,49
1,10 13,95
30,52 2
Roystonea regia 57
12,28 0,33
3,77 1,14
14,38 30,43
3 Pinus merkusii
30 6,59
0,33 3,77
1,25 15,89
26,25 4
Areca catechu 64
13,77 0,25
2,83 0,48
6,11 22,71
5 Veitchia merrillii
59 12,87
0,17 1,89
0,22 2,76
17,52 6
Casuarina equisetifolia 24
5,09 0,67
7,55 0,26
3,28 15,91
7 Nephelium lappaceum
17 3,59
0,58 6,60
0,08 1,06
11,26 8
Wodyetia bifurcata 12
2,69 0,33
3,77 0,25
3,13 9,60
9 Syzigium aqueum
12 2,69
0,33 3,77
0,18 2,28
8,75 10
Dracaena massangeana 14
2,99 0,25
2,83 0,23
2,89 8,71
11 Cocos nucifera
7 1,50
0,25 2,83
0,27 3,38
7,71 12
Citrus sp, 12
2,69 0,33
3,77 0,07
0,84 7,31
13 Ficus elastica
12 2,69
0,08 0,94
0,26 3,29
6,93 14
Hibiscus rosa-sinensis 4
0,90 0,17
1,89 0,24
3,06 5,84
15 Ravenala madagascariensis
6 1,20
0,08 0,94
0,29 3,65
5,80 16
Achras zapota 8
1,80 0,25
2,83 0,08
0,97 5,60
17 Bauhinia purpurea
8 1,80
0,08 0,94
0,18 2,25
4,99 18
Musa x paradisiaca 6
1,20 0,25
2,83 0,05
0,68 4,71
19 Khaya senegalensis
3 0,60
0,08 0,94
0,25 3,11
4,65 20
Artocarpus heterophyllus 4
0,90 0,25
2,83 0,06
0,82 4,55
21 Averrhoa carambola
4 0,90
0,25 2,83
0,06 0,70
4,43 22
Maesopsis eminii 1
0,30 0,08
0,94 0,22
2,78 4,03
23 Spondias dulcis
4 0,90
0,25 2,83
0,01 0,16
3,89 24
Mascarena lagenicaulis 3
0,60 0,08
0,94 0,17
2,10 3,65
25 Ficus benjamina
7 1,50
0,08 0,94
0,09 1,20
3,64 26
Annona muricata 7
1,50 0,17
1,89 0,00
0,05 3,44
27 Bixa arborea
4 0,90
0,17 1,89
0,03 0,36
3,14 28
Psidium guajava 3
0,60 0,17
1,89 0,03
0,34 2,83
29 Durio zibethinus
3 0,60
0,17 1,89
0,02 0,27
2,76 30
Phaleria macrocarpa 3
0,60 0,17
1,89 0,00
0,02 2,50
31 Acacia mangium
1 0,30
0,08 0,94
0,09 1,14
2,38 32
Calophyllum inophyllum 1
0,30 0,08
0,94 0,06
0,79 2,03
33 Parkia speciosa
1 0,30
0,08 0,94
0,04 0,52
1,77 34
Jasminum sambac 3
0,60 0,08
0,94 0,01
0,10 1,64
35 Dimocarpus longan
3 0,60
0,08 0,94
0,00 0,05
1,60 36
Leucaena leucocephala 1
0,30 0,08
0,94 0,03
0,32 1,56
37 Callistemon citrinus
1 0,30
0,08 0,94
0,02 0,31
1,55 38
Cycas rumphii 1
0,30 0,08
0,94 0,02
0,23 1,48
39 Citrus maxima
1 0,30
0,08 0,94
0,02 0,20
1,44 40
Maniltoa grandiflora 1
0,30 0,08
0,94 0,01
0,14 1,39
41 Stelechocarpus burakol
1 0,30
0,08 0,94
0,01 0,14
1,38 42
Araucaria cunninghamii 1
0,30 0,08
0,94 0,01
0,09 1,33
43 Punica granatum
1 0,30
0,08 0,94
0,01 0,08
1,32 44
Lansium domesticum 1
0,30 0,08
0,94 0,00
0,05 1,29
45 Syzygium malaccense
1 0,30
0,08 0,94
0,00 0,04
1,29 46
Plumeria rubra 1
0,30 0,08
0,94 0,00
0,03 1,27
47 Polyalthia longifolia
1 0,30
0,08 0,94
0,00 0,01
1,26 Jumlah
462 100,00
8,83 100,00
7,89 100,00
300,00
ABSTRACT
WAHYU CATUR ADINUGROHO. Analysing of Tree Carbon Stock on Green Open Space Area in The Upstream of Kali Bekasi Watershed. Under supervision
of ANDRY INDRAWAN, SUPRIYANTO, and HADI SUSILO ARIFIN
The upstream of Kali Bekasi watershed condition plays an important role on the management of Kali Bekasi watershed, Jakarta and Bogor District. The
presence of vegetation cover in sufficient area in the Permanent Green Open Space of upstream of Kali Bekasi watershed is crucial in maintaining
environmental quality. CO
2
sequestration by the presence of vegetation in a landscape is substantial mitigation of climate change. It creates a low carbon
society that is needed to get appreciation in environmental services. The objective of study was to analyze structure and species diveristy of stands, to analyze
changes of the permanent green open space in upstream of Kali Bekasi watershed, its carbon stocks and their correlation. Observation plots amounting to 161 plots
were established in the study site, which were laid out on the upstream of watershed, representing upper, middle and lower parts of the site. Estimation of
carbon stocks was calculated by using non-destructive sampling method, using the existing allometric equations. The results of vegetation analysis showed that the
level of Shannon-index was low until medium, 0,63 and 3,36 respectively. These species were identified to have high carbon sinks, which is potential to increase
carbon stocks and biodiversity conservation. Stand structure in the agroforestry system in the upstream of Kali Bekasi watershed was found closely to natural
forest structure. The upstream of Kali Bekasi watershed has 1,63x10
6
tons carbon stock total equivalent 5,97x10
6
tons of CO
2
uptake. Green open space in a private area mix-garden, home garden, bamboo garden most contributed to the total
carbon stocks although the average carbon stock was lower than in pine forest and natural forest. The changes in permanent green open space area have the greatest
influence on total carbon stocks. Carbon stocks were highly related to the basal areas, but stand density and species diversity has lower correlation to carbon
stocks. Keywords:
CO
2
sequestration, correlation, diversity, permanent green open space, stand structure
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi lingkungan kadang diabaikan dalam mencapai kemajuan pembangunan suatu wilayah. Jumlah penduduk yang semakin meningkat,
kemajuan tekhnologi, pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor kebijakan mendorong terjadinya degradasi lingkungan. Terdegradasinya kondisi lingkungan
ini tentu saja akhirnya akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi manusia. Terjadinya banjir, longsor dan puting beliung pada suatu wilayah di
Indonesia sudah menjadi berita rutin yang sering kita dengar sebagai salah satu dampak terdegradasinya kondisi lingkungan terlepas dari faktor cuaca ekstrim
yang terjadi. Begitu juga halnya dengan apa yang terjadi pada DAS Kali Bekasi. Tutupan lahan pada DAS Kali Bekasi telah mengalami perubahan, keberadaan
lahan yang tertutupi oleh vegetasi pohon pada kawasan DAS ini telah mengalami pengurangan. Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang merupakan kawasan
hutan yang terdapat di DAS Kali Bekasi sebagian dari kawasannya telah berupa lahan terbuka dan ladang pertanian masyarakat, selain itu perkebunan karet di
bagian hulu telah hilang menjadi daerah permukiman dan lapangan golf, luas kawasan DAS yang berupa penutupan hutan hanya tersisa 4. Kondisi ini tentu
saja memberikan dampak pada berubahnya aliran sungai dan naiknya debit air pada aliran sungai di DAS Kali Bekasi BPDAS Citarum - Ciliwung, 2009.
Kali Bekasi merupakan salah satu dari tiga sungai utama yang berperan menimbulkan banjir di Jakarta selain Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2007 sehingga DAS Kali Bekasi menjadi prioritas pengelolaan DAS I bersama 7 DAS lainnya
Citarum, Ciliwung, Cisadane, Cipunagara, Ciujung, Kali Angke-Pesanggrahan, Sunter dari 24 DAS yang menjadi wilayah kerja BPDAS Citarum-Ciliwung
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka sangat diperlukan penerapan prinsip-prinsip manajemen lanskap yang berawawasan lingkungan dalam
mencapai pembangunan yang berkelanjutan pada kawasan DAS Kali Bekasi. Pembangunan berkelanjutan akan dapat dicapai dengan memperhatikan 3 prinsip
yaitu kesejahteraan masyarakat, lingkungan dan ekonomi. Pembangunan
berkelanjutan harus memperhatikan tatanan lanskap yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta pada saat yang sama juga menjaga kondisi
ekologis yang ada atau meningkatkan kualitas lingkungan. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau RTH dengan luasan yang mencukupi pada suatu tatanan lanskap
menjadi salah satu faktor kunci terjaganya kualitas lingkungan suatu lanskap. RTH pada suatu lanskap dapat berupa RTH permanen yaitu taman, pekarangan,
kebun campuran dan hutan yang dominan ditumbuhi tanaman tahunan serta RTH non permanen berupa sawah, tegalan yang dominan ditumbuhi tanaman semusim.
Secara ekologis, vegetasi yang ada pada RTH juga berfungsi sebagai pengendali iklim. Tanaman seluas 1 ha dapat menyerap karbondioksida sebanyak
900 kghari, menyaring debu sampai 85, memproduksi oksigen sebanyak 600kghari serta dapat menurunkan suhu sampai 4
o
C Joachim et al. yang diacu oleh Frick Suskiyatno, 1998. Peran vegetasi sebagai penyerap karbondioksida
menjadi bagian penting saat ini dalam rangka mengatasi pemanasan global yang disebabkan meningkatnya kadar gas rumah kaca terutama karbondioksida di
atmosfer. Sehingga keberadaan vegetasi yang mampu menyerap karbondioksida dalam suatu lanskap ini diperlukan untuk menciptakan masyarakat rendah karbon
low carbon society serta perlu mendapat apresiasi sebagai salah satu jasa lingkungan. Penghargaan harus diberikan kepada masyarakat atas kearifannya
menjaga keberadaan vegetasi di lingkungan tersebut. Praktek jasa lingkungan ini merupakan salah satu realisasi ekonomi yang dapat dikembangkan untuk
menciptakan harmonisasi pembangunan yang berbasis DAS. Dikemukakan bahwa harmonisasi pembangunan yang berbasis DAS pada lanskap perdesaan dapat
dicapai dengan mengaplikasikan konsep triple bottom line benefit, yakni lingkungan, ekonomi dan masyarakat Arifin et al., 2008.
Guna mengaplikasikan penyimpanan karbon Carbon stock sebagai salah satu jasa lingkungan dan mendorong terciptanya masyarakat rendah karbon
tersebut maka diperlukan kajian cadangan karbon yang tersimpan pada lanskap tersebut, yaitu menganaliasa perubahan RTH yang terjadi, mengetahui cadangan
karbon yang ada saat ini dan melihat korelasi cadangan karbon dengan struktur komunitas vegetasi yang ada. Pada penelitian ini analisis cadangan karbon pohon
dilakukan pada RTH permanen mengingat bahwa jumlah cadangan karbon pada