bisa memberikan respon terutama penampakannya di dalam air untuk merangsang penglihatan ikan agar ikan tertarik dan respon untuk mendekati alat tersebut.
Selain itu rumpon juga harus mampu memberikan rasa nyaman sebagai rumah untuk ikan-ikan berlindung dan sebagai sumber makanan bagi ikan. Kondisi ini
yang akan menentukan terjadinya akumulasi ikan di rumpon untuk memudahkan proses penangkapan ikan.
Tingkah laku ikan di zona pengaruh zone of influence suatu alat tangkap berbeda menurut jenis ikan. Ikan karang mempunyai pola pendekatan memasuki
zona pengaruh alat tangkap bubu berbeda-beda. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada empat posisi ikan karang berinteraksi terhadap zona pengaruh zone of
influence alat tangkap bubu yang dioperasikan bersama rumpon antara lain : ikan berada dekat permukaan perairan, di atas, di samping dan di dasar bubu. Posisi ini
menentukan dan membedakan pola interaksi setiap jenis ikan karang terhadap zona pengaruh alat tangkap bubu.
4.4.4 Tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam bubu
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pola tingkah laku jenis- jenis ikan karang di sekitar bubu terlihat berbeda-beda menurut jenis. High dan
Beardsley 1970 diacu oleh Baskoro dan Effendy 2005 mengemukakan bahwa butterfly fish Chaetodontidae, goatfish, squirrelfish dan parrotfish berenang
melingkar dibandingkan dengan tingkah laku pencarian yang acaktidak teratur dari groupers Serranidae.
Menurut High dan Beardsley 1970 diacu oleh Furevik 1994 mengemukakan bahwa ada enam alasan ikan tertarik pada bubu selain mengejar
umpan, juga melakukan pergerakan secara acaktidak beraturan, menggunakan bubu sebagai tempat tinggal atau berlindung, keingintahuan, tingkah laku sosial
didalam spesies ikan, atau pemangsaan. Beberapa mekanisme tersebut dapat memberikan kontribusi efisiensi perangkap tidak menggunakan umpan.
Jenis-jenis ikan karang mendekati alat tangkap bubu dengan pola renang dan pola gerak berbeda-beda. Ikan mendekati bubu dengan berbagai cara antara lain
ikan mencoba masuk satu per satu, bergerombol dan ada yang bergerombol lalu mencoba masuk ke bubu. Ikan yang sudah mendekati bubu tersebut kemudian
menyusuri dinding bubu dengan menggunakan bagian samping tubuhnya maupun bagian depan mulutnya. Ikan mendekati bubu dari berbagai arah dan beberapa
ikan mengelilingi bubu terlebih dahulu baru mulai masuk ke bubu. Setelah menyusuri dinding bubu, ikan ada yang masuk ke bubu tetapi ada juga hanya
lewat saja Irawati, 2002. Pada saat pengamatan terlihat bahwa tidak semua jenis ikan mendekati dan
masuk ke dalam bubu. Beberapa jenis ikan ada juga yang tidak masuk ke dalam bubu sampai akhir pengamatan terutama ikan-ikan nokturnal yang hanya berdiam
diri di dasar bubu. Ikan yang tidak masuk ke dalam bubu akan kembali berkumpul dengan ikan lain yang bergerombol di luar bubu. Ikan tidak jadi masuk ke bubu
karena beberapa sebab diantaranya karena di dalam bubu ada ikan yang menjadi pesaing, atau jika di alam karena ada ikan pemangsa predator. Selain itu, karena
ikan tersebut mengikuti pergerakan ikan lain yang menjauhi bubu dan ikan tidak masuk ke bubu karena ada ikan lain yang menghalangi jalan masuknya Irawati,
2002 Tingkah laku ikan kerapu macan dalam bak percobaan terlihat bahwa ikan
mulai masuk ke dalam bubu setelah beberapa saat bubu berada dalam bak. Waktu yang dibutuhkan oleh ikan untuk masuk ke dalam bubu sangat bervariasi. Saat
penelitian diketahui bahwa ada ikan yang langsung masuk ke dalam bubu, setelah 1 menit dan hingga pengamatan terakhir sekitar 3 jam, ikan tidak pernah masuk ke
dalam bubu. Ikan kerapu macan setelah masuk ke bubu biasanya mencari tempat bersembunyi dan berdiam diri istirahat ataupun bergerombol bersama ikan lain
yang sudah masuk ke dalam bubu sebelumnya. Ikan banyak beristirahat diantara mulut dan dinding bubu yang membentuk suatu sudut. Ikan ini akan bergerak
cukup aktif di dalam bubu bila belum menemukan tempat yang tepat untuk beristirahat dan bergerombol. Karena ruang dalam bubu terbatas, ikan sering
bergerombol dalam posisi saling bertumpuk satu sama lain. Selain beristirahat dan bergerombol, ikan di dalam bubu juga ada yang berkejaran, bergerak mengintari
ruang di dalam bubu, dan bergerak mnegintari mulut bubu Irawati, 2002
Menurut Irawati 2002, pola pergerakan ikan di dalam bubu sebagai berikut : 1 ikan bergerak mengintari ruangan dalam bubu, gerak berputar ini biasanya
searah atau berlawanan jarum jam; 2 ikan bergerak bolak balik dalam bubu; 3 ikan bergerak ke dalam ruangan bubu dengan berbagai arah setelah ikan
memasuki bubu melalui celah pelolosan; 4 ikan bergerak ke segala arah; dan 5 ikan mengintari mulut bubu. Posisi ikan bergerombol di dalam bubu yaitu dekat
celah pelolosan; diantara bagian mulut dan dinding bubu membentuk sudut; di sudut ruangan dalam bubu serta beristirahat berdiam diri dalam keadaan
menyebar. Selanjutnya pergerakan ikan akibat interaksi antara ikan yang ada di dalam dan di luar bubu yaitu bergerak ke suatu arah yang sama ; ikan di dalam
bubu berkumpul di semua sudut dan ikan di luar bubu berkumpul di sekitar sudut bubu; ikan berkumpul di sekitar celah pelolosan; serta ikan bergerak dari dasar
bak menuju ke atas lalu ke bawah dan dilakukan oleh ikan yang ada di dalam maupun di luar bubu secara bersamaan.
Menurut Reiliza 1997, ikan kepe-kepe terlihat panik setelah terperangkap di dalam bubu, gerakannya lebih cepat dan mencari-cari tempat untuk keluar,
karena merasa terkurung dan ruang geraknya terbatas. Ikan kepe-kepe berenang lincah di dalam bubu dari sudut kiri ke sudut kanan, atau sebaliknya dengan
gerakan mendatar. Gerakan renang yang lincah dan mendatar ini menyebabkan ikan kepe-kepe dapat meloloskan diri setelah terperangkap kurang lebih 2 jam di
dalam bubu. Gerakan ikan bendera setelah terperangkap di dalam bubu lebih cepat gerakannya sebelum terperangkap dan terlihat panik. Ikan ini berenang di dalam
bubu dari salah satu sudut bubu ke mulut bubu dengan waktu 5 detik. Menurut Reiliza 1997, gerakan renang naik turun menyebabkan sampai
akhir pengamatan tidak ada yang meloloskan diri dari bubu. Pengurangan penutupan karang ternyata berpengaruh terhadap tingkah laku ikan bendera, untuk
mendatangi bubu hanya dalam waktu singkat saja lalu pergi. Ikan raja gantang yang masuk ke dalam bubu berenang lambat, tidak menunjukkan kepanikan dan
cenderung diam di dasar bubu. Gerak ikan ini di dalam bubu sama dengan gerakannya di ujung mulut bubu, yaitu hanya berputar-putar melawan arus dan
membutuhkan waktu untuk satu kali berputar 8,5 detik. Ikan raja gantang
termasuk ikan nokturnal. Ikan raja gantang masuk ke bubu yang bagian atasnya ditutupi karang. Pada saat penutupan karang dikurangi, ikan ini tidak memberikan
respons di depan bubu, tetapi berenang kegundukan karang yang berbentuk atap di samping bubu dan berlindung disitu.
Reiliza 1997 mengamati tingkah laku ikan kepe-kepe Chaetodon octofasciatus, ikan bendera Heniochus acuminatus dan ikan raja gantang
Sargocentron violaceum terhadap alat tangkap bubu dengan menggunakan remotely operated vehicles ROV ternyata ketiga jenis ikan tersebut mempunyai
tingkah laku yang berbeda. Hasil pengamatan penelitian ini terlihat bahwa ada beberapa ikan karang
yang sanggup meloloskan diri dari dalam bubu seperti Thalassoma lunare, Chromis lepidolepis, Chaetodon melanotus dan Sargocentron sp. Ikan-ikan
mampu meloloskan diri dari dalam bubu sangat dipengaruhi oleh lebar pintu bubu dan bentuk tubuh ikan itu sendiri. Ikan yang bertubuh lonjong, gepeng dan
berukuran kecil mudah meloloskan diri. Menurut Tirtana 2003 mengatakan bahwa ikan yang masuk ke dalam bubu
bisa meloloskan diri sangat ditentukan oleh tinggi tubuh body depth atau lingkar tubuh body girth dan celah pelolosan. Jadi semakin besar tinggi tubuh body
depth atau lingkar tubuh body girth, maka peluang untuk meloloskan diri semakin kecil, dan bila semakin kecil tinggi tubuh body depth atau lingkar tubuh
body girth, maka peluang untuk meloloskan diri semakin besar Tirtana, 2003. Oleh karena itu, dalam membuat konstruksi bubu, maka disain ukuran, bentuk dan
posisi mulut bubu perlu disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan. Selain itu, celah pelolosan perlu juga diperhatikan karena bagian komponen bubu ini dapat
memberikan kesempatan untuk ikan meloloskan diri.
4.5 Kesimpulan dan Saran 4.5.1 Kesimpulan