4 PENGARUH RUMPON TERHADAP ZONE OF INFLUENCE ALAT TANGKAP BUBU
4.1 Pendahuluan
Terumbu karang termasuk salah satu ekosistem di daerah tropis memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi. Hal ini ditandai dengan banyaknya biota
laut yang menghuni ekosistem tersebut. Salah satu biota penghuni terumbu karang yang memiliki keanekaragaman tinggi adalah ikan karang. Ikan karang memiliki
jenis, ukuran, warna tubuh dan kesukaan habitat berbeda-beda. Ikan karang melakukan aktivitasnya setiap hari menggunakan terumbu karang sebagai tempat
untuk mencari makan, tempat berlindung, tempat berpijah, dan sebagainya. Usaha penangkapan ikan karang telah dilakukan para nelayan dengan
menggunakan berbagai alat tangkap, namun kegiatan yang dilakukan belum sepenuhnya memperhatikan aspek kelestarian lingkungan perairan karang dan
biota penghuninya. Penangkapan ikan karang dilakukan dengan menggunakan berbagai alat tangkap seperti bubu, jaring, panah, bahkan ada yang menggunakan
alat tangkap bersifat destruktif seperti bom dan racun. Akibat dari pola penangkapan seperti tersebut, maka akhir-akhir ini banyak terumbu karang di
perairan Indonesia, khususnya di lokasi penelitian sudah banyak mengalami kerusakan.
Perkembangan teknologi penangkapan ikan di Indonesia terutama ikan karang tidak terlepas dari perkembangan pengetahuan tentang tingkah laku ikan di
dunia secara keseluruhan. Pengetahuan tentang alat tangkap dan tingkah laku ikan menjadi sasaran tangkapan merupakan faktor penting dalam memahami proses
penangkapan dari suatu jenis alat tangkap. Selain itu, pengetahuan tersebut dapat pula digunakan dalam meningkatkan hasil tangkapan Fitri, 2002 diacu oleh
Yustika, 2006. Dalam mendisain suatu alat tangkap, maka faktor utama yang harus
diperhatikan adalah aspek tingkah laku ikan. Menurut Gunarso 1985, tingkah laku ikan adalah suatu proses adaptasi tubuh ikan terhadap lingkungan internal
maupun eksternal, seperti perubahan cahaya, kamuflase, stress dan proses fisiologi internal lainnya. Ikan bereaksi secara langsung terhadap keadaan
sekelilingnya melalui beberapa indera seperti indera penglihatan, penciuman,
peraba dan sebagainya. Dengan kata lain, indera tersebut memungkinkan ikan untuk mendeteksi benda-benda pada suatu jarak tertentu.
Tingkah laku ikan dalam kaitan dengan benda-benda bergerak atau diam menunjukkan bahwa rangsangan merupakan faktor penting yang dapat
menentukan tingkat efisiensi penangkapan dari berbagai alat tangkap. Faktor rangsangan menyangkut daya penglihatan lebih dominan dalam menentukan
reaksi atau sebagai faktor penting bagi beberapa jenis ikan untuk merespons terhadap alat tangkap. Faktor rangsangan menyangkut daya penglihatan
merupakan faktor yang menentukan reaksi atau tingkah laku ikan dalam merespons adanya alat tangkap Baskoro dan Effendie, 2005.
Salah satu jenis alat tangkap populer digunakan untuk menangkap ikan karang adalah bubu Purbayanto et al. 2006. Bubu sering dianggap sebagai alat
penangkap ikan yang tidak merusak lingkungan Redjeki et al. 2005. Berbagai jenis bahan dapat dipakai untuk membuat bubu, misalnya anyaman bambu, rotan,
dan kawat Hartati et al. 2004. Menurut proses tertangkapnya ikan, bubu termasuk dalam kategori perangkap jebakan, alat tangkap bersifat pasif. Dalam
proses penangkapan alat tangkap bubu mempermudah ikan untuk masuk namun sulit keluar. Untuk menarik ikan bergerak masuk ke dalam bubu, nelayan biasanya
memasang umpan yang diletakkan di dalam bubu. Umpan digunakan sebagai alat pemikat agar ikan karang datang mendekati alat tangkap bubu, masuk ke dalam
bubu dan akhirnya terperangkap. Bubu digunakan oleh setiap daerah berbeda-beda baik bentuk, ukuran
maupun teknik pengoperasiannya. Bubu digunakan dalam penangkapan ikan karang adalah bubu dasar. Untuk menarik ikan masuk ke bubu biasanya menurut
pengalaman nelayan selama ini menggunakan umpan. Umpan digunakan sebagai alat pemikat, agar ikan karang datang mendekati alat tangkap bubu, masuk ke
dalam bubu dan akhirnya terperangkap. Dalam rangka meningkatkan efisiensi penangkapan ikan karang, selain
penggunaan umpan sebagai alat pengumpul ikan karang agar bisa mendekati alat tangkap, maka perlu dipikirkan teknologi yang tepat agar ikan-ikan dapat mudah
berkumpul dan akhirnya terperangkap. Alat bantu penangkapan ikan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan ikan karang adalah rumpon.
Rumpon adalah suatu konstruksi bangunan dipasang di perairan bertujuan untuk memikat ikan agar berasosiasi dengannya sehingga memudahkan
penangkapan Monintja, 1995 diacu oleh Baskoro dan Effendie, 2005. Selanjutnya menurut Bergstrom 1983 diacu oleh Atapattu 1991, rumpon
fish aggregating device merupakan salah satu metode, objek atau konstruksi digunakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pemanenan ikan dengan menarik
atau mengumpulkan ikan. Prinsip penangkapan ikan dengan alat bantu rumpon, di samping rumpon
berfungsi untuk mengumpulkan ikan, pada hakekatnya adalah agar kawanan schooling ikan tersebut mudah ditangkap dengan alat tangkap yang digunakan.
Diduga ikan tertarik dan berkumpul di sekitar rumpon karena rumpon berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan Subani 1986 diacu oleh Baskoro
dan Effendie 2005, Monintja et al. 2003, Yusfiandayani 2004. Adanya perifiton di rumpon dan ikan-ikan beserta food-web lokal yang terbentuk di sekitarnya
menjadikan rumpon dan ruang di sekitarnya suatu feeding ground. Pada food-web tersebut, biota berukuran kecil biasanya merupakan mangsa bagi ikan-ikan yang
berukuran lebih besar. Bangunan rumpon merupakan substrat mempermudah biota renik berkembang. Selanjutnya biota renik yang menempel perifiton
merupakan mangsa bagi ikan-ikan kecil. Kehadiran ikan-ikan kecil kemudian akan menarik perhatian ikan-ikan lebih besar untuk datang memangsanya. Proses
selanjutnya yang diharapkan adalah ikan-ikan tersebut baik mangsa maupun pemangsa kemudian akan mendekati bubu dan akhirnya masuk dan terperangkap
karena mangsa akan mencari perlindungan sedangkan pemangsa mengejar mangsa.
Bubu dipasang bersama rumpon di perairan, mempermudah mikroorganisme sebagai makanan ikan dapat menempel pada atraktor rumpon.
Mikroorganisme yang menempel disebut perifiton merupakan makan bagi ikan- ikan kecil. Dengan kehadiran ikan-ikan kecil akan menarik ikan-ikan besar untuk
datang memangsanya. Ikan-ikan akan mendekat pada alat tangkap bubu untuk mencari perlindungan dan akhirnya masuk dan terperangkap.
Ikan karang mendekati alat tangkap bubu memperlihatkan tingkah laku yang berbeda-beda sangat tergantung dari spesies ikan. Tidak semua spesies ikan
mempunyai tingkah laku di sekitar bubu sama. Pada bubu tidak berumpan, ada perbedaan tingkah laku ikan memasuki bubu di mana squerrelfish dan goatfish
memasuki bubu dengan cara bergerombol, tetapi parrotfish, bigeye memasuki bubu secara individual. Chaetodon sp dan Pseudopeneus sp akan berenang
berbalik arah dengan ketakutan bila ada ikan jenis lain yang tertangkap oleh bubu Furevik, 1994 diacu oleh Ferno dan Olsen, 1994. Fenomena ketertarikan ikan
karang pada alat tangkap bubu merupakan bentuk tingkah laku ikan yang sangat penting harus diketahui sebagai salah satu faktor kunci dalam mendukung
keberhasilan usaha penangkapan ikan karang. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji tingkah laku ikan dan pengaruh
rumpon terhadap zone of influence dari alat tangkap bubu.
4.2 Metodologi Penelitian 4.2.1 Prosedur Pengamatan