Perumusan Masalah Inovasi teknologi penangkapan ikan karang dengan bubu dasar berumpon

Bertolak dari uraian di atas, maka untuk memahami proses tingkah laku ikan karang terhadap alat tangkap bubu yang dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon serta hasil tangkapan bubu perlu dikaji melalui suatu penelitian.

1.2 Perumusan Masalah

Penggunaan teknologi penangkapan ikan dengan rumpon sudah lama dikenal oleh para nelayan di Indonesia dan telah banyak digunakan dalam penangkapan ikan, terutama penangkapan ikan pelagis baik pelagis kecil maupun pelagis besar. Proses pembuatan konstruksi rumpon ini sangat sederhana dan dapat memanfaatkan bahan-bahan lokal. Sampai saat ini, pemakaian rumpon dalam penangkapan ikan dasar, khusus ikan karang belum dicoba oleh para nelayan. Alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan ikan karang yakni bubu, pancing, jaring, sero dan panah. Dari jenis alat tangkap tersebut yang paling dominan digunakan untuk penangkapan ikan karang yakni bubu. Teknologi penangkapan ikan dengan bubu banyak digunakan nelayan hampir di seluruh dunia, mulai dari skala kecil, menengah sampai skala besar. Perikanan bubu skala kecil umumnya diarahkan untuk menangkap ikan dasar, udang dan kepiting yang dioperasikan pada kedalaman perairan yang tidak begitu dalam di perairan karang. Bentuk dan disain bubu sederhana dan ini sudah berkembang sejak turun-temurun Martasuganda, 2003. Bubu yang digunakan dalam penangkapan ikan karang adalah bubu dasar. Sebagai alat pemikat penarik ikan masuk ke bubu, biasanya di pasang umpan. Selain umpan digunakan untuk menarik ikan masuk ke bubu, dapat pula digunakan pikatan lain seperti rumpon, di mana rumpon akan berfungsi menyediakan makanan berupa plankton yang akan dimanfaatkan oleh ikan karang sebagai sumber makanan. Salah satu komponen utama dari rumpon yang berfungsi untuk menarik ikan-ikan datang ke rumpon yakni atraktor. Atraktor aggregator berfungsi sebagai alat penarikpemikat ikan, dapat dibuat dari jenis daun-daunan, seperti daun kelapa, daun pinang, daun nipah dan juga dari bahan sintetis seperti tali temali. Menurut Boy and Smith 1984 diacu oleh Monintja et al. 1990, bahan aggregator dapat dibuat dari ban bekas, daun kelapa atau tali plastik Menurut hasil penelitian Iskandar dan Diniah 1996 bahwa bubu berumpon dapat memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak dibandingkan dengan bubu tanpa rumpon. Hal ini dapat dimengerti karena bubu merupakan alat tangkap pasif, sehingga agar ikan masuk ke bubu perlu dilakukan hal-hal yang dapat menarik perhatian ikan, salah satunya perlu kombinasi dengan rumpon. Penggunaan bubu bersama rumpon memberikan manfaat yang sangat besar terutama yang berkaitan dengan tingkah laku ikan. Adanya rumpon dapat menarik perhatian ikan untuk berlindung ataupun karena sifat thigmotaxis dari ikan itu sendiri. Rumpon juga dapat mendatangkan plankton yang akan mengundang ikan pemakan plankton untuk mendekati rumpon, sehingga di sekitar rumpon akan ditemukan ikan-ikan kecil. Adanya ikan kecil mengundang ikan besar untuk datang terutama dari ikan predator yang akan membuat ikan besar terjebak masuk ke bubu. Selama ini pemahaman masyarakat terutama nelayan tentang penggunaan rumpon dioperasikan bersama alat tangkap dalam proses penangkapan ikan hanya sekedar sebagai alat pengumpul ikan. Akan tetapi, pemahaman tentang proses ikan datang mendekati dan memasuki alat tangkap dan kenapa perlu menggunakan rumpon masih sangat terbatas. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih akurat mengenai penggunaan bubu bersama rumpon dalam penangkapan ikan karang perlu dikaji secara ilmiah lewat penelitian. Bertolak dari uraian di atas, maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah ” Belum diketahui pengaruh rumpon terhadap zona pengaruh zone of influence alat tangkap bubu, serta ikan hasil tangkapan bubu.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian