2.2.2.1.1 Diksi
Menurut Keraf dalam Jabrohim dkk 2003:35, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai
dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar. Pemilihan kata dalam menulis puisi memang penting karena baik
buruknya puisi dapat ditentukan oleh pemilihan kata yang tepat. Begitu pentingnya maka untuk memanfaatkan kata tersebut harus memperhatikan
rangkaian antara kata yang satu dengan kata yang lain yang dapat menimbulkan 1 rangkaian bunyi yang merdu, 2 makna yang dapat menimbulkan rasa estetis,
dan 3 kepadatan bayangan yang dapat menimulkan kesan mendalam Wiyanto 2005:53.
2.2.2.1.2 Kata Konkret
Jabrohim dkk. 2003:41 mengatakan bahwa kata konkret adalah kata-kata yang digunakan penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau
suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Dalam hubungannya dengan pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab
terjadinya pengimajian. Waluyo dalam Jabrohim 2003:41 mengatakan bahwa dengan kata yang
diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair. Kata konkret dikatakan baik jika benar-benar mampu
melambangkan apa yang ingin disampaikan.Sebagai contoh dikemukakan oleh Waluyo dalam Jabrohim 2003:41 tentang bagaimana penyair melukiskan
seorang gadis yang benar-benar pengemis gembel. Penyair mempergunakan kata- kata gadis kecil berkaleng kecil. Lukisan tersebut lebih konkret jika dibandingkan
dengan gadis peminta-minta.
2.2.2.1.3 Pengimajian
Waluyo 2003:10 mengatakan bahwa pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang
dinyatakan oleh penyair. Untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus,
membuat hidup lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk memberi kesan mental atau bayangan visual penyair
menggunakan gambaran-gambaran angan. Gambaran angan-angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya
biasa disebut imaji image. Sedangkan cara membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut dengan istilah citraan imagery. Hal-hal yang
berkaitan dengan citra ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Alternbern dan Lewie dalam Jabrohim 2003:36 mengatakan bahwa
citraan dapat dihasilkan dengan menampilkan nama-nama, deskripsi-deskripsi, irama-irama, asosiasi intelektual atau beberapa cara di atas tampil bersama-sama.
Citraan menurut Alternbern merupakan unsur yang penting dalam puisi karena
dayanya untuk menghadirkan gambaran yang konkret, khas, menggugah, dan mengesankan.
Oleh karena di dalam puisi diperlukan kekonkretan gambaran, maka ide- ide abstrak yang tidak dapat ditangkap dengan alat-alat keindraan diberi
gambaran atau dihadirkan dalam gambar-gambar keindraan. Diharapkan ide yang semula abstrak dapat ditangkap atau seolah-olah dapat dilihat , didengarkan,
dicium, diraba, atau dipikirkan. Jabrohim 2003:39 mengatakan bahwa citraan dapat dikelompokkan atas
tujuh macam yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman, citraan pengecapan, citraan rabaan, citraan pikiranintelektual, citraan
gerak.Bermacam-macam citraan tersebut dalam pemakaiannya kadang-kadang digunakan lebih dari satu cara bersama-sama untuk memperkuat efek kepuitisan.
Berbagai jenis citraan saling erat berjalinan dalam menimbulkan efek puitis yang kuat.
Citraan yang baik dalam puisi adalah citraan yang menimbulkan suasana khusus, membuat hidup lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan,
untuk menarik perhatian, untuk memberi kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan.
2.2.2.1.4Bahasa Figuratif atau Kiasan
Bahasa figuratif pada dasarnya adalah bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian katanya, dan bertujuan untuk
mencapai arti dan efek tertentu Jabrohim dkk.2003:42. Pada umumnya bahasa
figuratif digunakan untuk menghidupkan lukisan , untuk lebih mengkonkretkan dan lebih mengekspresifkan perasaan yang diungkapkan. Dengan demikian,
pemakaian bahasa figuratif menyebabkan konsep-konsep abstrak terasa dekat pada pembaca karena dalam bahasa figuratif oleh penyair diciptakan kekonkretan,
kedekatan, keakraban, dan kesegaran. Di samping itu, adanya bahasa figuratif memudahkan pembaca dalam menikmati sesuatu yang disampaikan oleh penyair.
Rachmat Joko Pradopo mengelompokkan bahasa figuratif menjadi 7 jenis, yaitu simile, metafora, epic-simile, personifikasi, metonimi, sinekdoks, dan
allegori. Bahasa figuratif dikatakan baik menurut Panuti dalam Jabrohim 2003:43
yaitu dengan memanfaatkan perbandingan, pertentangan, atau pertautan hal yang satu dengan yang lain, yang maknanya sudah diketahui oleh pembaca atau
pendengar.
2.2.2.1.5 Versifikasi