dengancara menentukan ide-ide pokok dongeng tersebut. Kemudian catatlah ide-ide pokok dari dongeng tersebut.
b
Menulis kembali isi dongeng yang telah dibaca dengan bahasa sendiri
Sebelum menulis kembali dongeng, bacaan dongeng yang telah dibaca sebelumnya harus ditutup untuk menghindari plagiat. Untuk menulis kembali
dongeng sebelumnya harus menulis pokok-pokok isi dongeng, setelah itu mengembangkan pokok-pokok isi dongeng dengan kalimat yang jelas dan
efektif hingga menjadi kerangka dongeng. Kemudian melengkapi atau merangkai kerangka dongeng menjadi dongeng yang utuh. Langkah terakhir
yaitu mengedit dongeng yang telah urut tersebut dan memperbaiki ejaan, tanda baca, dan tata bahasanya.
Namun secara ringkasnya untuk mampu menulis kembali dongeng dengan baik, langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu, membaca dongeng sebanyak
satu kali, kemudian membuat simpulan atau ringkasan dari dongeng tersebut. Setelah itu, memperhatikan dan membayangkan bagian atau pokok-pokok penting
yang terdapat dalam dongeng. Lalu mulai menulis kembali dongeng berdasarkan pokok-pokok yang telah diuraikan sebelumnya dengan urutan yang tepat. Terakhir
yaitu memperbaiki dongeng yang telah ditulis tersebut dari segi ejaan, tanda baca, dan kebahasaan.
2.2.2.3 Kriteria Penilaian Menulis Kembali Dongeng
Menulis kembali dongeng adalah kemampuan atau kesanggupan peserta didik untuk menulis kembali gambaran isi cerita dongeng yang telah dibacanya
dari awal hingga akhir cerita ke sebuah tulisan. Penilaian yang digunakan dalam
menulis kembali dongeng yaitu latar dalam dongeng, tokoh-tokoh dan penokohan dalam dongeng, penggunaan ejaan, alur, dan kesesuaian isi dongeng. Kelima
aspek tersebut harus memenuhi aspek kriteria penilaian menulis kembali dongeng, agar tulisan dongeng yang dihasilkan sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Namun secara keseluruhan, untuk menghasilkan tulisandongeng yang baik setidaknya harus memenuhi beberapa kriteria ciri-ciri tulisan yang baik sebagai
berikut. Enre1988:6 menyebutkan ciri-ciri tulisan yang baik adalah sebagai
berikut: 1 mampu mencerminkan kemampuan penulis dalam menyusun bahan- bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh; 2 mampu
menyampaikan makna yang jelas dan tidak samar-samar, memanfaatkan struktur kalimat bahasa serta contoh-contoh yang jelas; 3 meyakinkan serta menarik
minat pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal, cermat, dan teliti; 4 mencerminkan kemampuan
penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya, 5 mencerminkan kebanggaan sang penulis dalam naskah atau manuskrip
kesediaan mempergunakan ejaan dan tanda-tanda baca secara saksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat
sebelum menyajikannya kepada pembaca. Dari uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa untuk menghasilkan sebuah
sebuah tulisan kembali dongeng yang baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut: unsur-unsur yang diidentifikasi setelah
membaca dongeng, harus dapat dijadikan bahan dalam penulisan dongeng,
sehingga akan menghasilkan tulisan dongeng baik dan menarik. Kemudian, makna atau pesan moral yang terdapat dalam tulisan dongeng harus jelas sehingga
dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Dalam sebuah tulisan dongeng juga harus tetap memperhatikan ejaan dan kebahasaan sehingga akan
menghasilkan dongeng yang menarik dan mampu merangsang pembaca untuk membacanya. Selanjutnya penulis dongeng harus bersikap terbuka dalam
menerima kritik dan siap memperbaiki tulisannya jika dijumpai kesalahan- kesalahan.
Kemudian secara rinci, ciri-ciri tulisan kembali dongeng yang baik harus memenuhi kriteria penilaian menulis kembali dongeng. Kriteria yang dimaksud
tersebut mencakup lima aspek yang telah dijelaskan sebelumnya. Kelima aspek tersebut adalah latar, tokoh, penggunaan ejaan, alur dan kesesuaian isi dongeng
yang akan diuraikan sebagai berikut Latar atau setting yang dihadirkan dalam tulisan kembali dongeng harus
sesuai dengan latar yang terdapat dalam teks dongeng yang asli yang telah dibaca, latar tidak boleh melebar atau bahkan berbeda dengan latar dongeng yang
asli. Meskipun latar atau setting yang dihadirkan harus sama, tetapi bukan berarti peserta didik tidak boleh berkreasi. Peserta didik tetap dituntut untuk berkreasi
dengan cara menambahkan atau membubuhi hal-hal yang berkaitan dengan latar tersebut sehingga tulisan yang dihasilkan telihat lebih hidup dan menarik. Hal
yang dimaksud misalnya cara pendeskripsian latar. Tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam tulisan kembali dongeng juga harus
sesuai dengan tokoh-tokoh yang terdapat dalam teks dongeng yang asli yang
telah dibaca, tokoh tidak boleh ditambahi atau bahkan dikurangi. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar tulisan dongeng lebih terlihat menarik berkaitan dengan
tokoh yaitu cara mendeskrepsikan tokoh-tokoh serta perwatakannya. Selain itu juga penggunaan bahasa dalam menulis kembali dongeng harus
menggunakan bahasa sendiri, artinya tidak menjiplak dari dongeng yang telah dibaca sebelumnya. Kemudian ejaan dalam tulisan dongeng harus sesuai dengan
tata aturan ejaan yang benar. Alur dalam tulisan kembali dongeng harus sesuai dengan dongeng aslinya serta harus runtut. Artinya alur peristiwa yang tersusun
dalam tulisan kembali dongeng harus berurutan, padu serta utuh. Kemudian selanjutnya yaitu aspek kesesuaian isi, aspek kesesuaian isi yang dimaksud di sini
jelas bahwa isi tulisan dongeng yang dihasilkan harus sesuai dengan isi dongeng yang asli yang telah dibaca. Kesesuaian isi yang dimaksud tersebut yaitu
kesesuaian garis besar cerita. Meskipun isi dongeng harus sesuai dengan dongeng asli, tetapi tetap tidak membatasi daya kreasi peserta didik untuk berekspresi
asalkan masih dalam batasan kriteria penilaian.
2.2.3 Model Stratta