mengikuti pembelajaran. Aspek kekompakan peserta didik dalam berpartisipasi pada kegiatan diskusi kelompok diperoleh 29 peserta didik atau sekitar 90,6.
Hasil observasi pengamatan tingkah laku peserta didik selama mengikuti pembelajaran menulis kembali dongeng dengan model Stratta melalui metode
tongkat berbicara pada aspek kesiapan peserta didik dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dalam pembelajaran menulis kembali dongeng diperoleh 27
peserta didik atau sekitar 84,37. Keantusiasan peserta didik dalam pembelajaran menulis kembali dongeng diperoleh 26 peserta didik atau sekitar 81,25,
keaktifan peserta didik dalam pembelajaran menulis kembali dongeng diperoleh 28 peserta didik atau sekitar 87,5, sedangkan kepercayaan diri dalam
mempresentasikan hasil pekerjaan diperoleh 24 peserta didik atau sekitar 75. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa selama
proses pembelajaran menulis kembali dongeng dengan model Stratta melalui tongkat berbicara, dapat diketahui bahwa banyak peserta didik yang berperilaku
positif namun juga masih ada peserta didik yang berperilaku negatif sehingga harus ditingkatkan kembali.
4.1.2.2.2 . Hasil Jurnal Pembelajaran Menulis Kembali Dongeng
Jurnal yang digunakan pada siklus II ini ada dua macam, yaitu jurnal peserta didikdan jurnal guru. Kedua jurnal dalam tindakan siklus II diuraikan sebagai
berikut.
1. Jurnal Peserta didik
Jurnal peserta didik diisi oleh seluruh peserta didik tanpa terkecuali. Pengisian jurnal peserta didik dilakukan pada akhir pembelajaran menulis kembali
dongeng dengan model Stratta melalui metode tongkat berbicara. Tujuan diadakannya jurnal peserta didik adalah untuk mengetahui segala sesuatu yang
terjadi pada saat berlangsungnya pembelajaran, untuk mengetahui sejauh mana kesulitan peserta didik dalam menulis kembali dongeng, dan mengetahui kesan
dan pesan peserta didik terhadap pembelajaran menulis kembali dongeng. Aspek yang ada pada jurnal peserta didik mencakup empat aspek yang meliputi: 1
perasaan setelah mengikuti pembelajaran menulis kembali dongeng dengan bahasa sendiri dengan menggunakan model Stratta melalui metode tongkat
berbicara, 2 pendapat tentang proses pembelajaran menggunakan model Stratta melalui metode tongkat berbicara, 3 pendapat tentang gaya guru mengajar, 4
kesulitan yang dialami dalam menulis kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca dengan menggunakan model Stratta melalui metode tongkat
berbicara. Berdasarkan jawaban peserta didik mengenai perasaan peserta didik saat
pembelajaran menulis kembali dongeng berlangsung yaitu sebagian besar peserta didik merasa senang terhadap pembelajaran menulis kembali dongeng dengan
model Stratta melalui metode tongkat berbicara. Dari 32 peserta didik, sebanyak 30 peserta didik atau 93,75 merasa senang ketika pembelajaran berlangsung. 2
orang peserta didik atau 6,25 mengaku cukup senang dalam pembelajaran menulis kembali dongeng dengan model Stratta melalui metode tongkat berbicara.
Dari 32 peserta didik, 30 atau 93,75 peserta didik merasa tertarik dalam pembelajaran menulis kembali dongeng dengan model Stratta melalui metode
tongkat berbicara. Sedangkan 2 atau 6,25 peserta didik mengaku cukup tertarik
dalam menulis kembali dongeng dengan model Stratta melalui metode tongkat berbicara. Sebagian besar peserta didik terbantu dalam menulis kembali dongeng
dengan model Stratta melalui metode tongkat berbicara, karena sebelumnya mereka belum pernah belajar menulis kembali dongeng menggunakan model
Stratta melalui metode tongkat berbicara. Peserta didik mengatakan bahwa dengan model dan metode ini merasa lebih mudah dan mengerti dalam menulis
kembali dongeng. Hasil penelitian ini dari 32 peserta didik, terdapat 3 peserta didik atau
sebesar 9,37 merasa belum nyaman dengan gaya guru mengajar. Apa yang dilakukan guru berbeda dari biasanya. Sebanyak 29 peserta didik atau 90,6
merasa senang dengan proses pembelajaran menulis kembali dongeng dengan model Stratta melalui metode tongkat berbicara.
Sebagian besar peserta didik mengaku tidak menemukan kesulitan dalam menulis kembali dongeng. Namun ada beberapa peserta didik yang mengaku
kesulitan dan malas untuk menulis dalam jumlah banyak karena sudah terlalu lelah. Ada juga yang mengatakan bahwa waktu yang diberikan guru kurang,
sehingga mereka tidak bisa maksimal dalam menulis kembali dongeng.
2. Jurnal Guru