Pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL

2.3 Pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL

Pendekatan kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan CTL dengan metode eksperimen dapat menumbuhkan karakter pada diri siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan kegiatan praktikum merupakan salah satu cara dalam pembelajaran guna membiasakan siswa untuk selalu bekerja ilmiah. Dalam bekerja ilmiah biasanya dilandasi atas keingintahuan dari seseorang terhadap suatu hal. Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan apabila dia memperoleh pengetahuan yang benar mengenai hal yang ia pertanyakan Suryabrata, 1998: 2- 5. Selain itu sesuai dengan hasil penelitian Yulianti et al. 2013, minat dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan setelah mengalami pembelajaran fisika kontekstual berbantuan jigsaw puzzle competition. Menurut Depdiknas 2003: 10, pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme constructivism, bertanya questioning, menemukan inquiry, masyarakat belajar learning community, pemodelan modeling dan penilaian sebenarnya authentic assessment. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah berikut ini 1 Kembangkan pikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2 Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik; 3 Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; 4 Ciptakan ‘masyarakat belajar’ belajar dalam kelompok- kelompok; 5 Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran; 6 Lakukan refleksi di akhir pertemuan; dan 7 Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Depdiknas, 2003: 10. Tujuh komponen pendekatan CTL yaitu: 1 Konstruktivisme Dalam pandangan konstruktivis, ‘strategi memperoleh’ lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan 1 menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, 2 memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan 3 menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. 2 Menemukan Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry meliputi observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan. Langkah-langkah kegiatan inquiry 1 merumuskan masalah, 2 mengamati atau melakukan observasi, 3 menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya, dan 4 mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lainnya. 3 Bertanya Aktivitas bertanya dapat diterapkan hampir pada semua aktivitas belajar, antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dsb. 4 Masyarakat belajar Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam 1 pembentukan kelompok kecil, 2 pembentukan kelompok besar, 3 mendatangkan ‘ahli’ ke kelas tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dsb., 4 bekerja dengan kelas sederajat, 5 bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan 6 bekerja dengan masyarakat. 5 Pemodelan Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa inggris, dsb. 6 Refleksi Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang beru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa 1 pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, 2 catatan atau jurnal di buku siswa, 3 kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, 4 diskusi, dan 5 hasil karya. 7 Penilaian yang sebenarnya Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya. Inilah hakekat penilaian yang sebenarnya. Karakteristik penilaian yang sebenarnya, yaitu 1 dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, 2 bisa digunakan untuk formatif mauoun sumatif, 3 yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, 4 berkesinambungan, 5 terintegrasi dan 6 dapat digunakan sebagai feed back Depdiknas, 2003: 10 - 20.

2.4 LKS Fisika Terintegrasi Karakter Berbasis Pendekatan CTL