taraf signifikansi 5 dan dk= k-1 didapatkan χ
2 hitung
= 11,55 χ
2 tabel
= 15,50. Berdasarkan hasil tersebut berarti Ho diterima artinya varians data hasil belajar
antar sampel tidak berbeda nyata atau bersifat homogen.
3.9.2 Analisis Tahap Akhir
Analisis tahap akhir meliputi analisis hasil belajar baik kognitif, psikomotorik maupun afektif selama pembelajaran. Analisis psikomotorik dan
afektif merupakan bagian dari bekerja ilmiah. Bekerja ilmiah memiliki tiga aspek penting yaitu metode ilmiah, sikap ilmiah dan komunikasi ilmiah. Metode ilmiah
dan komunikasi ilmiah merupakan bagian dari bekerja ilmiah dan termasuk dalam ranah psikomotorik. Sikap ilmiah merupakan bagian dari bekerja ilmiah dan
termasuk dalam ranah afektif atau karakter. Analisis psikomotorik dan afektif melalui angket dan observasi telah dijelaskan pada bagian analisis lembar
observasi dan angket. Analisis kognitif berupa pre-test dan post-test yang dikerjakan kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan setelah perlakuan.
Data hasil belajar kognitif digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Tahapan analisis tahap akhir adalah sebagai berikut:
3.9.1.1 Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Asumsi bahwa populasi berdistribusi normal
membantu menyelesaikan persoalan dengan mudah dan lancar, yaitu untuk mengetahui apakah data hasil penelitian dianalisis dengan memakai statistika
parametrik atau non-parametrik. Jika populasi berdistribusi normal dan instrumen terukur maka dapat diselesaikan dengan parametrik. Uji normalitas dilakukan
pada data hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan adalah
= data berdistribusi normal = data tidak berdistribusi normal
Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus :
=
−
Keterangan: = chi kuadrat
= frekuensi pengamatan = frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya kelas
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: 1
H
diterima jika χ
χ dengan derajat kebebasan dk=k-1, dan
taraf signifikan 5 maka data berdistribusi normal sehingga uji selanjutnya memakai statistik parametrik.
2
H
diterima jika χ
≥ χ dengan derajat kebebasan dk=k-1, dan
taraf signifikan 5 maka data tidak berdistribusi normal sehingga uji selanjutnya memakai statistik non-parametrik Sudjana, 2005: 273.
3.9.2.2 Uji t-Satu Pihak
Uji t pihak kanan digunakan untuk mengetahui bahwa hasil belajar siswa dari kelas yang diberi pembelajaran dengan menggunakan LKS fisika terintegrasi
karakter berbasis pendekatan CTL lebih baik dibanding dengan kelas yang diberi pembelajaran dengan menggunakan LKS. Hipotesis yang digunakan adalah
Ho : µ
1
≤ µ
2
Ha : µ
1
µ
2
µ
1
= rata-rata data kelompok eksperimen µ
2
= rata-rata data kelompok kontrol rumus yang digunakan adalah uji-t sample related yang digunakan adalah
=
̅ − ̅
+
−
2
√ √
Keterangan: ̅
: rata-rata nilai pada kelas eksperimen ̅
: rata-rata nilai pada kelas kontrol n
1
: jumlah siswa kelas eksperimen n
2
: jumlah siswa kelas kontrol r
: korelasi antara dua sampel S
1
: simpangan baku kelas eksperimen S
2
: simpangan baku kelas kontrol S
1 2
: varians baku kelas eksperimen S
2 2
: varians baku kelas kontrol dengan:
=
∑ ∑
∑
Sugiyono,2010: 122
dengan dk= n
1
+n
2
-2 kriteria pengujian tersebut ditolak jika t
hitung
≥ t
tabel
dengan taraf signifikan
α=5. Kriteria penolakan Ho adalah t
hitung
≥ t
1- αn1+n2-2
Sudjana, 2005: 243.
3.9.2.3 Uji Gain Ternormalisasi
Uji gain digunakan untuk mengetahui besar peningkatan hasil belajar
kognitif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Menurut Savinainen Scott, rumus yang digunakan untuk uji gain
yakni:
=
−
100
− Wiyanto, 2008: 20
Keterangan: = skor rata-rata pre test
= skor rata-rata post test Kriteria yang digunakan:
0,7
= tinggi
0,3
≤ ≤
0,7
= sedang
0,3
= rendah 3.9.2.4
Uji ketuntasan klasikal Uji ketuntasan klasikal digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar
klasikal siswa dengan menggunakan frekuensi siswa yang tuntas KKM. Siswa dinyatakan tuntas KKM bila nilai siswa minimal mencapai 76 KKM SMP N 1
Semarang.
Ketuntasan klasikal dihitung dengan menggunakan uji deskriptif presentase:
=
100
Sudijono 2008: 43 Keterangan:
f = frekuensi siswa yang tuntas KKM
N = Number of cases jumlah frekuensibanyaknya individu P
= angka presentase ketuntasan klasikal Menurut teori tuntas belajar, keberhasilan kelas dicapai jika hasil belajar
siswa mencapai 85 dari jumlah siswa dan setiap siswa telah mendapatkan nilai paling sedikit 65. Siswa dikatakan tuntas afektif dan psikomotorik jika hasil
belajar mencapai 75 secara individual dan 75 secara klasikal Mulyasa, 2006: 99-101.
63
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian
4.1.1 Proses Pengembangan Produk LKS
Pengembangan LKS fisika terintegrasi karakter ini mengacu pada langkah penelitian dan pengembangan yang diadaptasi dari Sugiyono 2012: 409.
Langkah awal penelitian dan pengembangan ini adalah mengidentifikasi masalah yang ada di sekolah penelitian yaitu SMP Negeri 1 Semarang. Pada tahap ini,
ditemukan suatu masalah yaitu pembelajaran berpusat pada guru menggunakan metode mengajar ceramah dan tanya jawab masih lebih sering dilakukan
dibandingkan metode mengajar lain yang berpusat pada siswa. Hal ini menyebabkan siswa belajar dengan menghapal bukan dengan memahami.
Sehingga saat diterapkan metode mengajar baru yang membimbing siswa untuk menemukan konsep sendiri, siswa masih kesulitan untuk mengikuti dan hasil
belajarnya rendah. Pembelajaran yang dilakukan kurang bermuatan karakter dan kurang mengasah keterampilan psikomotorik siswa.
Berawal dari permasalahan yang ditemukan, maka dilakukan perencanaan untuk mengembangkan sumber belajar berupa panduan belajar berbentuk LKS.
Namun berdasarkan hasil observasi, LKS yang beredar dan sering digunakan adalah LKS yang hanya berisi petunjuk praktikum. LKS belum bermuatan
karakter dan belum menyajikan pembelajaran yang kontekstual. Berdasarkan hal