Perspektif Pelanggan Perspektif Proses Bisnis Internal

Bila CR 0,1 dikatakan matrik konsisten Karena CR = 0,003 0,0033 0,1 maka matrik konsisten Dari perhitungan pada tabel 4.12. diperoleh bobot dari masing – masing kriteria adalah: ROE : 45,5 TATO : 26,3 PMoS : 14,1 DR : 14,1

4.5.3.2 Perspektif Pelanggan

Pada matriks perbandingan tolok ukur pelanggan, intensitas kepentingan setiap tolok ukurnya telah ditetapkan oleh RS, menggunakan skala banding berpasangan berdasarkan tabel 2.2. mulai dari angka 1 sampai dengan 9, seperti pada tabel 4.13 berikut: Tabel 4.13. Matriks Perbandingan Tolok Ukur Pelanggan Tujuan NC CR NNC NC 1 1 1 CR 1 1 2 NNC 1 0,5 1 Jumlah 3 2,5 4 Setelah dilakukan pengisian matriks perbandingan, langkah selanjutnya adalah membuat matriks hasil normalisasi dan bobot dari masing – masing tolok ukur sebagai berikut: lihat tabel 4.13 Sel dari NC ke NC = 1 3 = 0,333 Sedangkan untuk perhitungan bobotnya adalah: Kolom Jumlah = 0,98 + 1,23 + 0,78 = 2,99 Bobot NC = 0,98 2,99 = 0,327 Dengan cara yang sama dapat dilihat pada lampiran F. Hasil ini dirangkum pada tabel 4.14 di bawah ini Tabel 4.14. Matriks Perbandingan Hasil Normalisasi Tolok Ukur Pelanggan Tujuan NC CR NNC Jumlah Bobot NC 0,333 0,4 0,25 0,98 0,327 CR 0,333 0,4 0,5 1,233 0,413 NNC 0,333 0,2 0,25 0,78 0,260 Setelah bobot masing – masing tolok ukur didapat, maka perlu dilakukan uji konsistensi untuk mengetahui bahwa masing – masing tolok ukur telah konsisten. Pengujian kriteria dengan menggunakan Uji Konsistensi Dalam perhitungan uji konsistensi ini dilakukan perkalian antara matriks perbandingan tolok ukur pelanggan tabel 4.13 dengan bobot tabel 4.14 sebagai berikut: 1 1 1 0,327 1,000 1 1 2 X 0,413 = 1,260 1 0,5 1 0,260 0,793 0,327 1,000 X = 0,413 Y = 1,260 0,260 0,7 YX = 3,058; 3,051 ; 3,05  maks =  YX n = 9,159 3 = 3,053 CI =  maks – n n – 1 = 3,053-3 3 – 1 = 0,027 Berdasarkan pada Nilai Indeks Random Tabel 2.3. diperoleh nilai RI adalah 0,58 sehingga CR = CI RI = 0,027 0,58 = 0,047 ≈0,05 Bila CR 0,1 dikatakan matrik konsisten Karena CR = 0,05 0,05 0,1 maka matrik konsisten Dari perhitungan pada tabel 4.14. diperoleh bobot masing – masing kriteria adalah: NC : 32,7 CR : 41,3 NNC : 26

4.5.3.3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Pada matriks perbandingan tolok ukur proses bisnis internal, intensitas kepentingan setiap tolok ukurnya telah ditetapkan oleh RS, menggunakan skala banding berpasangan berdasarkan tabel 2.2. mulai dari angka 1 sampai dengan 9, seperti pada tabel 4.15 berikut: Tabel 4.15. Matriks Perbandingan Tolok Ukur Proses Bisnis Internal Tujuan BOR BTO TOI ALOS BOR 1 2 2 2 BTO 0,5 1 1 1 TOI 0,5 1 1 1 ALOS 0,5 1 1 1 Jumlah 2,5 5 5 5 Setelah dilakukan pengisian matriks perbandingan, langkah selanjutnya adalah membuat matriks hasil normalisasi, sehingga akan didapatkan bobot dari masing – masing tolok ukur.lihat tabel 4.15 Sel dari BOR ke BOR = 1 2,5 = 0,4 Sedangkan untuk perhitungan bobotnya adalah: Kolom Jumlah = 1,6 + 0,8 + 0,8 + 0,8 = 4 Bobot BOR = 1,6 4 = 0,4 Dengan cara yang sama dapat dilihat pada lampiran F. Hasil ini dirangkum pada tabel 4.16 di bawah ini Tabel 4.16. Matriks Perbandingan Hasil Normalisasi Tolok Ukur Proses Bisnis Internal Tujuan BOR BTO TOI ALOS Jumlah Bobot BOR 0,4 0,4 0,4 0,4 1,6 0,4 BTO 0,2 0,2 0,2 0,2 0,8 0,2 TOI 0,2 0,2 0,2 0,2 0,8 0,2 ALOS 0,2 0,2 0,2 0,2 0,8 0,2 Setelah bobot masing – masing tolok ukur didapat, maka perlu dilakukan uji konsistensi untuk mengetahui bahwa masing – masing tolok ukur telah konsisten. Pengujian kriteria dengan menggunakan Uji Konsistensi Dalam perhitungan uji konsistensi ini dilakukan perkalian antara matriks perbandingan tolok ukur proses bisnis internal tabel 4.15 dengan bobot tabel 4.16 sebagai berikut: 1 2 2 2 0,4 1,6 0,5 1 1 1 X 0,2 = 0,8 0,5 1 1 1 0,2 0,8 0,5 1 1 1 0,2 0,8 0,4 1,6 X = 0,2 Y = 0,8 0,2 0,8 0,2 0,8 YX = 4; 4; 4; 4  maks =  YX n = 16 4 = 4 CI =  maks – n n – 1 = 4 – 4 4 – 1 = 0 Berdasarkan pada Nilai Indeks Random Tabel 2.3. diperoleh nilai RI adalah 0,9, sehingga CR = CI RI = 0 0,9 = 0 Bila CR 0,1 dikatakan matrik konsisten Karena CR = 0 0 0,1 maka matrik konsisten Dari perhitungan pada tabel 4.16. diperoleh bobot masing – masing kriteria adalah: BOR : 40 BTO : 20 TOI : 20 ALOS : 20

4.5.3.4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (Studi Pada Rumah Sakit Elizabeth Situbondo)

1 6 2

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DENGAN METODE BALANCED SCORECARD Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Dengan Metode Balanced Scorecard(Studi Kasus pada Rsud Pandan Arang Boyolali Dan Rsud Kota Semarang).

6 20 18

ANALISA METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENGUKURAN KINERJA Analisa Metode Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta).

0 3 18

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit dengan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada RSUD Pandan Arang Boyolali).

0 2 20

PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD.

0 1 6

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 0 16

PENDAHULUAN Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 2 9

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 2 17

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD DI RUMAH SAKIT PERKEBUNAN PTPN X JEMBER SKRIPSI

0 0 21

PENGUKURAN KINERJA DIVISI TI PADA PT X DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD

0 0 13