Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

 Menyediakan kotak saran sehingga para pasien yang datang baik yang menggunakan jasa dari unit rawat jalan atau dari rawat inap untuk dapat menulisakan keluhannya setelah menerima pelayanan dari pihak RS.  Meningkatkan citra positif atau image di mata masyarakat dengan menawarkan jasa yang menarik minat pelanggan misalnya dengan mengadakan program yang ditujukan bagi masyarakat yang kurang mampu, dengan memberikan keringanan biaya sehingga masyarakat yang kurang mampu dapat hidup sehat dan pihak RS dapat menunjukkan kepeduliannya dalam kesehatan masyarakat.  Memberikan pelayanan terbaiknya tanpa membeda-bedakan antara pasien satu dengan yang lain.  Memberikan potongan harga khusus bagi pelanggan lama yang setia dan loyal menggunakan jasa RS Perkebunan PTPN X Jember selama bertahun- tahun.

4.11.1.3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Perspektif Proses Bisnis Internal 4 3 2 Skor 2006 2007 1 BOR BTO TOI ALOS Tolok Ukur Keterangan BOR : Bed Occupancy of Rate BTO : Bed Turn Over TOI : Turn Over Interval ALOS : Average Length Of Stay Untuk perspektif proses bisnis internal memiliki kenaikan yang baik dari tahun 2006 ke tahun 2007. Tolok ukur BOR yang pada tahun 2006 hanya 45,70 mengalami kenaikan pada tahun 2007 menjadi 50,48. BTO 2006 adalah 43,66X menjadi 48,88X pada BTO 2007, TOI telah sesuai dengan target harus semakin menurun, pada tahun 2006 adalah 4,54 dan 2007 adalah 3,63. Sedangkan pada ALOS 2006 4,14 dan ALOS 2007 turun menjadi 4,07. Skor yang diperoleh BOR 2006 adalah 2 sedangkan BOR 2007 adalah 3. BTO 2006 skornya adalah 2, BTO 2007 skornya adalah 3 , TOI 2006 skornya adalah 3, TOI 2007 skornya adalah 3, ALOS 2006 skornya adalah 3 dan ALOS 2007 skornya adalah 3. Meskipun sebagian besar tolak ukurnya telah mencapai skor 3 bukan berarti perspektif proses bisnis internal tidak mengalami perkembangan, namun sebaliknya perspektif semakin berusaha meningkatkan kinerjanya. Untuk dapat meningkatkan kinerja pada perspektif proses bisnis internal, maka inisiatif strategi yang dapat dilakukan oleh RS Perkebunan PTPN X Jember adalah antara lain :  Memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang dimiliki secara optimal.  Perusahaan perlu memperbarui ruang kelas dan fasilitas-fasilitas yang ada setiap tahunnya sehingga dapat lebih meningkatkan tingkat hunian.  Menyediakan dokter dan perawat yang profesional dan ahli di bidangnya.  Melengkapi teknologi kedokteran yang dimiliki dengan yang teknologi kedokteran yang terbaru dan lebih canggih.

4.11.1.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

4 3 2 Skor 2006 2007 1 ETr ET A Tolok Ukur Keterangan ETr : Employee Training ET : Employee Turn Over A : Absenteism Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mengalami peningkatan, hal ini terlihat pada diagram diatas yang memperlihatkan tolak ukur ETr meningkat dari skor 2 menjadi 3. Secara keseluruhan nilai yang diperoleh oleh setiap tolok ukur yaitu untuk ETr 2006 adalah 48,82, ETr 2007 adalah 60,54, ET 2006 adalah 0 dan ET 2007 adalah 1,02, A 2006 adalah 5 hari per tahun dan A 2007 adalah 4 hari per tahun. Untuk dapat meningkatkan kinerja pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, maka inisiatif strategi yang dapat dilakukan oleh RS Perkebunan PTPN X Jember adalah antara lain :  Perusahaan harus mempertegas aturan absensi dan menindak tegas bagi karyawan yang melanggar dengan memberikan sanksi khusus.  Memberikan pelatihan atau trainning yang benar-benar dibutuhkan para karyawan sehingga para karyawan memiliki kemampuan dan keahlian yang baik.  Melengkapi karyawan dengan fasilitas yang memadai dan modern sehingga karyawan dapat mengakses informasi dengan mudah, cepat dan terkini dalam dunia kedokteran.  Memberikan penghargaan khusus bagi karyawan yang telah dan selalu melakukan pekerjaannya dengan baik.  Memberikan insentif atau bonus bagi karyawan yang loyal terhadap perusahaan tanpa memandang jabatannya baik itu berasal dari dokter, perawat, teknisi atau juga dari cleaning service.  Mengadakan pertemuan secara rutin antara atasan dan bawahan sehingga terjadi komunikasi dua arah, atasan bisa mengetahui apa yang sedang dialami oleh bawahan dan juga sebaliknya. Dengan pertemuan itu diharapkan dapat tumbuh rasa kekeluargaan dan akan tercipta loyalitas terhadap perusahaan.

4.11.2. Perbandingan Kinerja Keseluruhan Perbandingan Kinerja Keseluruhan RS Perkebunan

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (Studi Pada Rumah Sakit Elizabeth Situbondo)

1 6 2

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DENGAN METODE BALANCED SCORECARD Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Dengan Metode Balanced Scorecard(Studi Kasus pada Rsud Pandan Arang Boyolali Dan Rsud Kota Semarang).

6 20 18

ANALISA METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENGUKURAN KINERJA Analisa Metode Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta).

0 3 18

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit dengan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada RSUD Pandan Arang Boyolali).

0 2 20

PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD.

0 1 6

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 0 16

PENDAHULUAN Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 2 9

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 2 17

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD DI RUMAH SAKIT PERKEBUNAN PTPN X JEMBER SKRIPSI

0 0 21

PENGUKURAN KINERJA DIVISI TI PADA PT X DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD

0 0 13