Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pengukuran Kinerja

khusus lainnya, diagnostik kerja, dan pengobatan atau tindakan. Pencatatan data ini harus diisi selambat – lambatnya 1 X 24 jam setelah pasien diperiksa. b. Isi rekam medik untuk pasien rawat inap hampir sama dengan isi rekam medik untuk pasien rawat jalan kecuali beberapa hal seperti persetujuan pengobatan tindakan, catatan konsultasi, catatan perawatan oleh perawat dan tenaga kesehatan lainnya, catatan observasi klinik, hasil pengobatan, resume akhir, dan evaluasi pengobatan. 2. Data Umum Data umum dihasilkan oleh kelompok kegiatan non medik yang akan mendukung kegiatan kelompok data medik di poliklinik. Beberapa contoh kegiatan poliklinik adalah kegiatan persalinan, kegiatan perawatan, dan lain – lain. Data umum pendukung didapatkan dari kegiatan pemakaian ambulans, kegiatan pemesanan makanan, kegiatan kepegawaian, kegiatan keuangan, dan sebagainya.

2.5. Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit

Indikator mutu pelayanan rumah sakit selalu terkait dengan struktur, proses outcome sistem pelayanan rumah sakit tersebut. Selain itu dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi rumah sakit. Indikator yang dipakai menurut AA. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan 2004 adalah : 1. Bed Occupancy Rate BOR Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. 100 365 tan X atTidurX JumlahTemp tuTertentu RSdalamWak Perawa JumlahHari BOR  2. Bed Turn Over BTO Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu biasanya per tahun tempat tidur rumah sakit. Indikator ini akan memberikan gambaran tentang tingkat pemakaian tempat tidur di sebuah rumah sakit. atTidur JumlahTemp Mati Hidup enKeluarRS JumlahPasi BTO   3. Average Length of Stay ALOS Rata – rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini disamping merupakan gambaran tingkat efisiensi manajemen pasien di sebuah rumah sakit, indikator ini juga dapat dipakai untuk mengukur mutu pelayanan apabila diagnosis penyakit tertentu dijadikan tracernya yang perlu pengamatan lebih lanjut. 1 tan Mati Hidup enKeluarRS JumlahPasi Tahun m PasienDala Perawa JumlahHari ALOS   4. Turn Over Interval TOI Rata – rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat sampai terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. tan Mati Hidup enKeluar JumlahPasi HariPerawa ari JumlahTTXH TOI   

2.6. Visi, Misi dan Strategi

Perancangan tujuan dan ukuran Balanced Scorecard diterjemahkan dari visi, misi dan strategi badan usaha. Oleh karena itu badan usaha harus memperjelas pernyataan visi, misi dan strateginya yang kemudian diterjemahkan dalam tindakan operasional badan usaha.

2.6.1. Visi

Menurut Nanus 1992:8 Visi adalah “suatu impian atau tujuan dari badan usaha dimasa depan yang realistik, dapat dipercaya, dan menarik bagi organisasi. Badan usaha membutuhkan suatu alat yang sangat kuat yaitu visi tentang masa depan yang menarik, berguna, dapat dicapai dan didalami secara luas untuk mencapai suatu tahap dimana badan usaha menjadi yang terbaik dan dapat mempertahankan kesuksesannya dalam jangka panjang”. Visi selalu berhubungan dengan masa depan. Visi mempunyai peranan penting bagi organisasi tidak hanya pada fase awal tetapi selama life cyle time dari organisasi tersebut. Visi adalah sebuah tanda yang menunjukkan jalan pada semua orang yang ingin mengetahui tujuan dari organisasi. Visi merupakan mimpi yang ingin dicapai dan sangat memotivasi diri sehingga dapat mencapai kesuksesan. Oleh karena itu visi harus dibuat secara spesifik, melalui pemikiran dan pertimbangan yang jauh kedepan dan dinyatakan dengan penuh keyakinan. Agar visi itu menjadi lebih jelas maka badan usaha menterjemahkan dalam pernyataan misi.

2.6.2. Misi

Menurut Goodstein – Nolan – Preiffer 1993:169, “misi merupakan suatu pernyataan yang luas, jelas, yang merupakan alasan dari keberadaan suatu organisasi, yang meliputi tujuan – tujuan atau fungsi – fungsi yang diinginkan untuk memenuhi keinginan pelanggan utamanya dan metode – metode yang digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut”. Berdasarkan riset yang mereka lakukan, ada delapan elemen kunci dalam menetapkan suatu misi, yaitu : 1. Target customer and market, yaitu berusaha menjawab tentang pertanyaan siapakah pelanggan badan usaha dan dimana badan usaha akan bersaing. 2. Principal product and services, yaitu barang atau jasa yang dihasilkannya memberikan manfaat yang seimbang dengan harga yang ditentukannya. 3. Geographic domain, yaitu barang atau jasa yang dihasilkannya memenuhi kebutuhan segmen pasar tertentu. 4. Core technologies, yaitu teknologi yang digunakannya mampu menghasilkan barang atau jasa yang relatif bersaing dalam mutu dan biayanya. 5. Commitment to survival, growth, and profitability, yaitu usaha yang dijalankan bukan hanya sekedar untuk mampu bertahan tetapi dengan kerja keras mampu tumbuh dan berkembang serta menghasilkan keuntungan. 6. Key elements of corporate philosophy, yaitu filosofi manajemen yang dianut oleh badan usaha pada akhirnya akan membuahkan citra masyarakat yang mampu memeberikan keuntungan finansial dan kebanggaan psikolois bagi orang-orang yang terlibat didalamnya. 7. Corporate self – concept, yaitu konsep yang pada akhirnya dapat dikomunikasikan dan diadopsi karyawan dan pemegang saham. 8. Desired public image, komponen ini berusaha menjawab apakah badan usaha responsif terhadap kondisi sosial dan masyarakat.

2.6.3. Strategi

Badan usaha harus menetapkan suatu strategi yang dapat digunakan untuk mencapai visi dan misi badan usaha. Menurut Mulyadi 2001:72 “strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi, melalui misi”. Strategi membentuk pola pengambilan keputusan dalam mewujudkan visi organisasi. Dengan tindakan berpola, perusahaan dapat mengarahkan seluruh sumber daya organisasi secara efektif ke perwujudan visi organisasi. Keputusan dikatakan sebagai keputusan strategis jika memenuhi syarat berikut ini : 1. Keputusan tersebut mencakup beberapa bagian organisasi atau keseluruhan komponen organisasi. 2. Keputusan tersebut memerlukan pemerolehan dan pengalokasian sumber daya yang cukup besar baik sumber daya manusia, keuangan, informasi, dan fisik. 3. Keputusan tersebut berdampak jangka panjang ke masa depan. Menurut Supriyono 1998:7 strategi dapat diwujudkan sebagai pola-pola berbagai tujuan serta kebijaksanaan dasar dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut, dirumuskan sedemikian rupa sehingga jelas usaha apa yang sedang dan akan dilaksanakan oleh perusahaan, demikian juga sifat perusahaan baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Manajemen strategik merupakan proses yang berkelanjutan, sekali strategi yang diplih diimplementasikan, seringkali diperlukan modifikasi atas strategi tersebut, disesuaikan dengan perubahan lingkungan dan kondisi organisasi.

2.7. Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi 2001 pengukuran kinerja adalah “penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu orgaisasi, bagian-bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standart, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”. Sedangkan tujuan pokok pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Pengukuran kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Menurut Mulyadi, Balanced Scorecard : Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipat Ganda Kinerja Keuangan Perusahaan ,2001 pengukuran kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk : 1. Mengelola operasi oranisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti : promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi proram pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Pengukuran kinerja memiliki dua kriteria informasi yaitu pengukuran kinerja finansial dan nonfinansial. Pengukuran kinerja finansial menjabarkan indikasi kinerja dalam jumlah uang yang merupakan hasil akhir dari kegiatan dan kepentingan manajemen. Sedangkan pengukuran kinerja nonfinansial lebih menunjuk pada kinerja sebagai suatu proses. Perkembangan badan usaha menuntut pengukuran yang jauh lebih kompleks, tidak sekedar ukuran finansial saja. Penggunaan pemilihan salah satu sistem pengukuran kinerja dapat memberikan informasi yang menyesatkan karena pengukuran finansial dan nonfinansial saling terkait dan saling melengkapi. Kedua sistem pengukuran tersebut harus digunakan secara seimbang.

2.8. Balanced Scorecard

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (Studi Pada Rumah Sakit Elizabeth Situbondo)

1 6 2

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DENGAN METODE BALANCED SCORECARD Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Dengan Metode Balanced Scorecard(Studi Kasus pada Rsud Pandan Arang Boyolali Dan Rsud Kota Semarang).

6 20 18

ANALISA METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENGUKURAN KINERJA Analisa Metode Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta).

0 3 18

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit dengan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada RSUD Pandan Arang Boyolali).

0 2 20

PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD.

0 1 6

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 0 16

PENDAHULUAN Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 2 9

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard.

0 2 17

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD DI RUMAH SAKIT PERKEBUNAN PTPN X JEMBER SKRIPSI

0 0 21

PENGUKURAN KINERJA DIVISI TI PADA PT X DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD

0 0 13