LKS Bermakna Kajian Teori

mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. Selain itu sebagai pembelajaran pokok, LKS ini cocok untuk pengayaan. e. LKS yang Pratikum Berfungsi sebagai Petunjuk Pratikum Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kuumpulan LKS. Dengan demikian dalam LKS bentuk ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu isi content dari LKS. 26 Peranan LKS sebagai media pembelajaran selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan dalam praktek pembelajaran. Kelebihan dan kelemahan LKS yaitu: a. Kelebihan LKS sebagai media pembelajaran 1 Dari aspek penggunaan, LKS merupakan media yang paling mudah, dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus. 2 Dari aspek pengajaran, LKS dibandingkan dengan media pembelajaran jenis lain bisa sikatakan lebih unggul. Karena merupakan media yang canggih dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis. 26 Andi Prastowo, op.cit, hlm. 209. 3 Dari aspek kualitas penyampaian pesan pembelajaran, LKS mampu memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang cepat. 4 Dari aspek ekonomi, LKS lebih murah dibandingkan dengan media pembelajaran yang lain 27 . b. Kelemahan media LKS sebagai media pembelajaran 1 Tidak mampu mempresentasikan gerakan, pemaparan materi bersifat inear. 2 Sulit memberikan bimbingan kepada pembaca yang mengalami kesulitan memahami bagian-bagian tertentu. 3 Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam. 4 Cenderung digunakan sebagai hafalan. Ada sebagian guru yang menuntut siswanya untuk menghafalkan data, fakta dan angka. Tuntutan ini akan membatasi penggunaan hanya untuk alat menghafal. Dengan adanya kelebihan dan kelemahan LKS tersebut maka dalam penyusunan LKS diharuskan inovatif dan kreatif. Karena, LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan. Dalam penyusunan LKS kita harus memahami langkah- langkah penyusunannya yaitu sebagai berikut: 27 Durri Andriani, Kelebihan dan Kelemahan Bahan Ajar dalam Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta, Universitas Terbuka, 2003, hlm. 93-94. 1. Menyusun Peta Kebutuhan LKS Peta sangat diperlukan untuk mengetahui materi apa saja yang harus ditulis dalam LKS. Peta ini juga bisa digunakan untuk melihat sekuensi atau urutan materi dalam LKS. Sekuensi LKS ini sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan materi. 2. Menentukan Judul LKS Perlu kita ketahui bahwa judul LKS ditentukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasannya diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar, materi pokok. 3. Penulisan LKS Dalam penulisan LKS ada beberapa hal yang perlu dilaksanakan yaitu seebagai berikut: ertama, merumuskan indikator atau pengalaman belajar antarmata pelajaran dari tema sentral yang telah disepakati. Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. Alat penilaian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan PAP karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi. Ketiga, menyusun materi. Dalam penyusunan materi ada beberapa poin yang harus diperhatikan yaitu: materi LKS sangat tergantungpada kompetensi dasar yang akan dicapainya. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet dan jurnal hasil penelitian. Kita dapat menunjukkan referensi yang digunakan dalam LKS agar siswa bisa membacanya lebiah jauh materi tersebut. Kemudian yang terakhir yaitu tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya. Keempat, perhatikan struktur LKS.Ini merupakan langkah terakhir dalam penyusunan LKS, yaitu menyusun materi berdasarkan stuktur LKS. 28 Untuk membuat sebuah LKS yang bermakna, maka ada satu poin penting yang harus diperhatikan, yaitu menjadikannya sebagai bahan ajar menarik bagi siswa. Untuk mengembangkan LKS yang “kaya manfaat”, perlu memperhatikan dua hal penting yaitu desain pengembangan dan langkah-langkah pengembangannya, antara lain sebagai berikut: a. Menentukan Desain Pengembangan LKS LKS didesain untuk digunakan siswa secara mandiri.Artinya, guru hanya berperan sebagai fasilitator, siswalah yang berperan secara aktif dalam mempelajari materi yang terdapat dalam LKS. Batasan umum yang dapat dijadikan pedoman pada saat menentukan desain LKS, yaitu: ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman, dan kejelasan. b. Langkah-langkah Pengembangan LKS Untuk mengembangkan LKS yang baik, ada empat langkah yang perlu ditempuh, yaitu: pertama, penentuan tujuan pembelajaran. 28 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik: Tinjauan Teoritis dan Praktik, Jakarta, Prenadamedia Group, 2014, hlm. 275. Dalam langkah ini, kita harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran. Kedua, pengumpulan materi. Pada langkah pengumpulan materi ini hal terpenting yang perlu dilakukan adalah menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan dalam LKS. Ketiga, menyusun elemen atau unsur-unsur LKS. Pada bagian inilah, kita mengitergrasikan desain dengan tugas. Keempat, pemeriksaan dan penyempurnaan. Setelah melakukan tiga tahap sebelumnya hal selanjutnya yang harus dilakukan yaitu melaksanakan pengecekan kembali terhadap LKS yang sudah dikembangkan 29 .

3. Karakter

Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. Nilai- nilai luhur tersebut antara lain: kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berpikir logis. Oleh karena itu, penanaman pendidikan karakter tidak bisa hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu keterampilan tertentu. Penanaman pendidikan karakter perlu proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta didik dalam lingkungan sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan exposure media massa 30 . 29 Ibid, hlm. 277. 30 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm. 17. Menurut Dony Kusuma, pendidikan karakter merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif, stabil dalam diri individu. Dinamika ini menbuat pertumbuhan individu menjadi semakin utuh 31 . Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan guru, yang mampu memenagruhi karakter perserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Sikap hormat dan tanggung jawab dan seluruh nilai lain yang berasal dari keduanya memberi kandungan moral pada sekolah yang dapat dan harus diajarkan dalam sebuah lingkungan demokratis. Sekolah membutuhkan lebih dari sekedar daftar mengenai nilai-nilai yang harus diajarkan. Sekolah membutuhkan konsep karakter serta komitmen untuk mengembangkannya dalam diri setiap siswa 32 . Karakter yang baik adalah sesuatu yang kita inginkan bagi anak-anak kita. Filosof Yunani Aristoteles mendefinisikan karakter yang baik sebagai hidup tingkah laku yang benar tingkah laku benar dalam hal berhubungan dengan orang lain dan berhubungan dengan diri sendiri. Aristoteles mengingatkan kita tentang sesuatu yang di zaman modern ini cenderung kita lupakan yaitu hidup dengan budi pekerti yang berarti menjalani kehidupan dengan berbudi baik untuk diri sendiri misalnya kontrol diri dan tidak berlebih-lebihan maupun untuk orang lain seperti kedermawanan dan rasa simpati, dan kedua macam budi pekerti ini saling 31 Ibid, hlm. 19. 32 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, Bndung: Nusamedia, 2013, hlm.70. berhubungan. Kita harus bisa mengontrol diri hasrat kita, nafsu kita agar bisa melakukan hal yang benar pada orang lain. Karakter menurut pengamatan filosof kontemporer Michael Novak, adalah perpaduan harmonis seluruh budi pekerti yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama, kisah-kisah sastra, cerita-cerita orang bijak, dan orang-orang berilmu, sejak zaman dahulu hingga sekarang. Tak seorang pun, menurut Novak, yang memiliki semua jenis budi pekerti, semua orang pasti punya kekurangan. Orang-orang dengan karakter yang mengagumkan bisa sangat berbeda antara satu dengan lainnya 33 . Dengan demikian, karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan kebaikan, kibiasaan pikiran, kebiasaan hati, kebiasaan perbuatan. Ketiganya penting untuk menjalankan hidup yang bermoral; ketiganya adalah faktor pembentuk kematangan moral. Dengan seringnya tawuran antar pelajar dan menurunnya karakter berkebangsaan pada generasi maka dicetuskan pendidikan karakter bangsa sebagai wujud pendidikan karakter kebangsaan kepada peserta didik. Pendidikan karakter bangsa Indonesia. Dalam pelaksanaannya pendidikan karakter bangsa Indonesia tidak berdiri sendiri tetapi berintegrasi dengan pelajan-pelajaran yang ada dengan memasukkan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa Indonesia. Pendidikan karakter bangsa bisa dilakukan dengan pembiasaan nilai moral luhur kepada peserta didik dan membiasakan mereka dengan kebiasaan habit 33 Ibid.,hlm.72 yang sesuai dengan karakter kebangsaan. Terdapat delapan belas indikator pendidikan karakter yang sampai saat ini terus dikembangkan pada diri peserta didik, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Adapun delapanbelas indikator pendidikan karakter tersebut yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomuniktif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Delapan belas indikator pendidikan karakter bangsa tersebut terus diterapkan dan ditanamkan pada diri peserta didik mulai usia dini hingga usia dewasa. Pendidikan karakter sebagia bagian dari upaya membangun karakter bangsa mendesak untuk diterapkan. Pendidikan karakter menjadi vital dan tidak ada pilihan lagi untuk mewujudkan Indonesia baru, yaitu Indonesia yang dapat menghadapi tantangan regional dan global 34 .

4. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran merupakan proses yang tidak bisa dianggap remeh dalam proses kemajuan suatu bangsa. Dalam pembelajaran sejarah, peran penting pembelajaran terlihat jelas bukan hanya sebagai proses transfer ide, akan tetapi juga proses pendewasaan peserta didik untuk memahami identitas, jati diri dan kepribadian bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah 35 . Sebagai pendidik haruslah adaptif terhadap perkembangan peserta didik dan perkembangan zaman. Meskipun sejarah bercerita tentang peristiwa pada masa lalu, bukan berarti 34 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm.20. 35 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran, Yogyakarta, Aswaja Pressindo, 2014, hlm.56. sejarah tidak bisa diajarkan secara kontekstual. Selain itu, dalam pembelajaran sejarah sangat penting untuk menyampaikan fakta, akan tetapi yang juga tidak kalah penting adalah bagaimana mengupas fakta-fakta tersebut dalam intisari nilai yang terdapat di dalamnya sehingga si pembelajar akan menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman nilai. Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang mengandung arti pohon. Dalam bahasa Yunani Kuno sendiri sejarah yaitu “historia” dibaca “istoria” yang berarti “belajar dengan cara bertanya-tanya”. Pengertian sejarah itu sendiri merupakan suatu kejadian atau peristiwa. Kejadian atau peristiwa itu terjadi sekali tidak dapat diulang atau terulang lagi. Menurut Kuntowijoyo, sejarah dimaksudkan sebagai rekontruksi masa lalu dan yang direkontruksi sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami manusia. Dari pengertian sejarah tersebut, dapat kita ketahui bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang bermanfaat bagi para generasi muda. Pelajaran sejarah bertujuan menciptakan wawasan historis atau perspektif sejarah. Disamping itu, pelajaran sejarah juga mempunyai fungsi sosio-kultural, membangkitkan kesadaran historis. Hal ini dapat membangkitkan inspirasi dan aspirasi kepada generasi muda bagi pengabdian kepada negara dengan penuh dedikasi dan kesediaan berkorban. Dengan mempelajari sejarah dengan benar maka akan bermanfaat untuk kehidupan yang akan datang. Setiap disiplin ilmu memilki karateristiknya masing-masing, begitu juga denga sejarah. Dalam pembelajaran sejarah juga memiliki karateristik yang berbeda. Karateristiknya sebagai berikut: 1 Pembelajaran sejarah mengajarkan tentang kesinambungan dan perubahan. 2 Pembelajaran sejarah mengajarkan tentang jiwa zaman. 3 Pembelajaran sejarah bersifat kronologis. 4 Pembelajaran sejarah pada hakekatnya adalah mengajarkan tentang bagaimana perilaku. 5 Kulminasi dari pembelajaran sejarah adalah memberikan pemahaman akan hukum-hukum sejarah 36 . Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya. Peserta didik yang belajar akan menghasilkan perubahan- perubahan dalam dirinya, baik itu kognitif, afektif, dan psikomotor 37 . Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman 38 . Menurut Ernest R. Hilgard dalam belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Chaplin membatasi belajar dalam dua macam rumusan, yang pertama belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan rumusan yang kedua, belajar adalah proses memperoleh tanggapan-tanggapan sebagai akibat adanya latihan khusus. Berbeda dengan Skinner dan Chaplin, Hintzman dalam bukunya The Psykhology of Learning and Memory berpendapat bahwa “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior” Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, 36 Ibid, hlm.59. 37 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2006,hlm. 189. 38 http:belajarpsikologi.compengertian-belajar-menurut-ahli.diakses pada 26 Februari 2015