Pengertian Pedagogi Ignasian Pedagogi Ignasian

efektif. Kedua, guru menghormati kebebasan individu mahasiswa untuk berefleksi dan memilih tindakannya. Ketiga, siswa merefleksikan pengalaman belajarnya dengan bimbingan guru. Keempat, guru dan siswa bersedia saling berbagi refleksinya dalam rangka memperkaya pemaknaan belajar. Kelima, siswa dibimbing untuk berani berpikir, bersikap dan bertekad untuk bertindak menurut panggilan hati nurani. 4 Tindakan Sikap, nilai, dan cita-cita itu adalah hasil pengolahan siswa dalam refleksi. Pemaknaan pengalaman yang diperoleh melalui refleksi tersebut dimaksudkan agar siswa mampu mengambil keputusan dan bertindak dengan semangat magis the power to do moreunggul. Tindakan adalah kegiatan yang mencerminkan pertumbuhan batin berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan. Tindakan memiliki dua aspek internal dan eksternal. Aspek internal merupakan pertumbuhan batin yang terjadi berkat proses refleksi. Aspek eksternal adalah manifestasi dari pertumbuhan batin itu. Dengan demikian tindakan selalu mencakup dua tahap, yaitu pilihan-pilihan batin hasil dari refleksi pengalaman dan manifestasi lahiriahnya perwujudan nyata yang dapat dipertanggung jawabkan. Tindakan mencakup dua langkah: a. Menumbuhkan pilihan-pilihan batin. Tahap ini merupakan momentum bagi peserta didik untuk memilih kebenaran sebagai miliknya, sambil tetap membiarkan diri kearah mana ia dipimpin oleh kebenaran itu. Hal ini terjadi melalui proses mempertimbangkan kembali pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Disinilah pembelajar dihadpakan pada makna dan nilai yang menyodorkan pilihan- pilihan yang harus diambil. b. Menyatakan pilihan secara lahir. Pada suatu ketika, makna-makna hidup, sikap, nilai-nilai, yang telah menjadi bagian dari dirinya, mendorong peserta didik berbuat sesuatu yang konsisten dengan keyakinan barunya. Kalau maknanya positif, peserta didik akan meningkatkan keadaan yang menimbulkan pengalaman yang bermakna positif. Kalau maknanya negatif, peserta didik akan berusaha memperbaiki, mengubah, mengurangi, atau menghindari apa yang menimbulkan pengalaman yang negatif itu. Dalam proses pembelajaran yang dimaksud dengan tindakan adalah memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan pengetahuannya dalam praktik kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran disini sudah mencapai tahap pengambilan sikap, posisi batin atau niat untuk berbuat sesuai dengan pengetahaun yang diperolehnya. Pengetahuan menjadi sesuatu yang tidak hanya teoritis dan mandul, melainkan terarah ke kehidupan kongkrit. Dalam pembelajaran, siswa dan guru mengambil peran dalam tahap tindakan sebagai berikut: a Siswa Dalam proses pembelajaran, siswa menggunakan pengetahuannya secara bermakna yaitu dengan melalui, pertama, penentuan prioritas- prioritas. Kedua, pengambilan keputusan. Ketiga, penemuan eksperimental. Keempat, pemecahan masalah. Kelima, penelitian. Keenam, pelayanan berdasarkan kasih. b Guru Guru berperan untuk menumbuhkan aksi dengan jalan menantang imajinasi dan melatih kehendak para mahasiswa untuk memilih serangkaian tindakan yang paling baik, yaitu tindakan berdasarkan refleksi atas apa yang sudah dipelajari. Dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan sebagai hasil dari refleksi pengalaman memang merupakan tantangan tersendiri bagi pendidik. Tindakan dapat saja terwujud segera setelah refleksi tetapi dapat juga tindakan mewujud jauh hari setelah refleksi, karena keputusan- keputusan melakukan tindakan sangat tergantung pada situasi yang dihadapi pelajar. 5 Evaluasi Secara teoretis evaluasi adalah suatu usaha sistemik dan sistematik untuk mengumpulkan, menyusun dan menolah data, fakta dan informasi dengan tujuan menyimpulkan nilai, makna, kegunaan, prestasi dari suatu program, dan hasil kesimpulan tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan, perencanaan, maupun perbaikan dari suatu program 15 . Tujuan pendidikan Jesuit adalah membentuk manusia yang berkepribadian utuh, kompeten secara intelektual, bersedia untuk selalu berkembang, bersikap religius, serta penuh kasih dan tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan yang tulus kepada sesama umat Allah. Evaluasi dalam pembelajaran adalah aktivitas untuk memonitor perkembangan akademis peserta didik. Evaluasi merupakan proses sistematis pengumpulan, pengolahan dan pengambilan keputusan atas data tentang suatu objek untuk selanjutnya dipertimbangkan pemberian nilai atas objek tersebut berdasarkan pada suatu kriteria tertentu. Dalam evaluasi pembelajaran yang menjadi objek penelitian adalah proses dan hasil belajar. Evaluasi hasil pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lainmenggunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi oleh setiap siswa. Hasil dari proses evaluasi ini merupakan umpan balik bagi siswa maupun guru. Bagi siswa, hasil evaluasi ini bermanfaat untuk memperbaiki cara belajarnya, sedangkan bagi guru merupakan masukan untuk memperbaiki cara dan metode pembelajaran. Dalam Pedagogi Ignasian, evaluasi tidak hanya dilakukan pada aspek akademis siswa tetapi juga pada aspek kemanusiaan. Agar desain pembelajaran tidak kehilangan rohnya, maka perlunya kesesuaian, keserasian, dan keselarasan anatara desain materi, desain strategi pembelajaran dan desain evaluasi. 15 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta, Ombak, 2011, hlm.77-78.

b. Model dan Desain Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian

Kegiatan pembelajaran perlu dirancang agar memberikan dampak optimal bagi pembelajar. Pelaksanaan pembelajaran berbasis Pedagogi Ignasian merupakan upaya pertajam model-model pembelajaran yang telah dikembangkan sebelumnya dengan memasukan unsur-unsur yang terkandung dalam Pedagogi Ignasian.Pedagogi Ignasian adalah sebuah paradigma. Model pembelajaran bebasis Pedagogi Ignasian adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan fokus pencapaian tujuan pembelajaran yang meliputi 3C Competence, Conscience dan Compassion. Competence adalah kemampuan kognitif, conscien adalah kemampuan afektif untuk menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertangung jawabkan secara moral, sedangkan compassion adalah kemampuan psikomotorik dan kemampuan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan sepanjang hidup dan disertai dengam motivasi untuk mengunakannya demi sesama Desain pembelajaran berbasis Pedagogi Ignasian adalah penjabaran prinsip-prinsip penjabaran prinsip-prinsip pembelajaran ke dalam rancangan materi dan aktivitas yang meningkatkan proses belajar individu menuju keutuhan pribadinya mengikuti siklus Pedagogi Ignasian.

c. Konsep 3C

Competence, Conscience, dan Compassion Konsep Competence pengetahuan, ketrampilan, dan sikap, Conscience hati nurani, dan Compassion bela rasa merupakan unsur- unsur dari Pedagogi Ignasian, dimana ketiganya dianggap sebagai sebuah keterpaduan hasil belajar yang serupa dengan keterpaduan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik 16 . Untuk itu, akan dibahas lebih lanjut tentang konsep Competence pengetahuan, ketrampilan, dan sikap, Conscience hati nurani, dan Compassion bela rasa. 1 Competence Competence adalah kompetensikualitas yang unggul bagi peserta didik, berkaitan dengan kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut juga kemampuan kognitif. Competence pada Pedagogi Ignasian sangat kental bermuatan ranah kognitif dan psikomotorik, namun demikian di sana termuat juga sebagian afektif meskipun terbatas dalam kaitannya dengan keilmuan 17 . Aspek Competence mengacu pada kecerdasan individu, cerdas di sini bukan hanya pengetahuan, namun juga cerdas dalam mengambil sikap.Jadi dalam hal ini, Competence dimaknai sebagai kemampuan akademik yang memadukan unsur pengetahuan, ketrampilan dan sikap. 18 2 Conscience Conscience merupakan kemampuan afektif yang secara khusus mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani. Maka dari itu, terdapat nilai- nilai yang ada dalam Conscience, seperti: 19 moral, tanggung jawab, kejujuran, kemandirian, keterbukaan, kebebasan, kedisiplinan, ketekunan, 16 Ibid, hlm.39. 17 Ibid.,hlm. 39. 18 http:himcyoo.files.wordpress.com2012033-buku-pendidikan-karakter.pdf., hlm. 17-18. diunduhtanggal 24 Maret 2013. 19 Tim P3MP-LPM USD, op.cit.,hlm. 42. kegigihan, ketahanan uji, keberanian mengambil resiko, kemampuan member makna hidup. Nilai-nilai tersebut merupakan satu kesatuan dari aspek Coscience. Hal ini menjadi pedoman untuk memahami alternatif dan menentukan pilihan oleh individu, hal yang baik maupun buruk, hal yang benar maupun salah. 3 Compassion Sama halnya aspek Conscience, aspek Compassion merupakan kemampuan afektif, yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai bela rasa bagi sesama, dalam hal ini menjunjung tinggi sikap peduli terhadap sesamabela rasa. Pada aspek Compassion juga terdapat nilai-nilai yang merupakan kesatuan dari aspek Compassion, dan harus ditanamkan pada siswa, seperti 20 ; kerja sama, penghargaan pada sesame, kepedulian, kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, keterlibatan dalam kelompok, kemauan untuk berbagi. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, diharapkan pada pembelajaran berbasis PI dapat meningkatkan ketiga aspek tersebut melalui pemanfaatan media LKS yang Bermakna.Tingkat Competence pengetahuan, ketrampilan, sikap, Conscience suara hati, dan Compassion bela rasa merupakan hal yang ukur untuk menentukan keberhasilan penelitian ini. Perlu diperhatikan pula beberapa faktor yang mempengaruhi tercapainnya tingkat Competence pengetahuan, ketrampilan, sikap, Conscience suara hati, dan Compassion bela rasa, antara lain kondisi 20 Idem. fisiologis dan psikologis. Pada kondisi fisiologis pada umumnya juga perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran jika seseorang belajar dalam keadaan jasmani yang segar akan berbeda dengan seseorang yang belajar dalam keadaan sakit.

2. LKS Bermakna

Bahan ajar cetak yang satu ini sudah tidak asing lagi yaitu Lembar Kerja Siswa LKS. Guru di sekolah pada umumnya menggunakan lembar kerja siswa LKS sebagai buku acuan siswa, di dalam lembar kerja siswa tersebut pada umumnya terdapat materi dan soal-soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik itu sendiri. Peneliti akan menggunakan LKS sebagai media pada saat melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Godean Yogyakarta. Peneliti berharap agar LKS tersebut dapat bermanfaat sebagai media sekaligus dapat membantu peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Selain itu, LKS juga diharapkan mampu membantu peserta didik sehingga lebih mengerti dan memahami materi pembelajaran yang sedang disampaikan oleh guru. Jenis LKS yang akan peneliti pakai sebagai media pembelajaran yaitu LKS yang Bermakna. Menurut Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar, lembar kerja siswa student work sheet adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Sedangkan bermakna berasal dari kata makna yang diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memiliki arti “setiap kalimat yang mengandung ataupun memuat arti tertentu”. Bermakna merupakan hal yang mengandung makna, mempunyai makna 21 , berarti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS yang Bermakna merupakan lembar kegiatan siswa yang mempunyai banyak arti. Lembar kerja siswa biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, dan tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai 22 . Sementara, menurut pandangan Andi Prastowo, LKS bukan merupakan singkatan dari Lembar Kegiatan Siswa akan tetapi Lembar Kerja Siswa, yaitu materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, peserta didik akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, peserta didik juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk mamahami materi serta tugas yang berkaitan dengan materi tersebut 23 . Pentingnya LKS bagi kegiatan pembelajaran tidak lepas dari fungsi, tujuan, dan manfaat LKS itu sendiri. LKS sebagai bahan ajar mempunyai empat fungsi yaitu, pertama, LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa. Kedua, LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. Ketiga, LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. Keempat, LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa. 21 Mochtar Buchori, Refleksi Tentang Pendidikan Bermakna Menuju Indonesia Baru, Jakarta,Yayasan Bhumiksara.2002,hlm. 65. 22 Andi Prastowo, Paduan Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan, Yogyakarta, IKAPI, 2012, hlm. 203. 23 Ibid., hlm. 204. Kemudian ada empat poin penting yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu: pertama, menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan. Kedua, menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penugasan siswa terhadap materi yang diberikan. Ketiga, melatih kemandirian belajar siswa. Keempat, memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa 24 . Kemudian, LKS memiliki banyak manfaat bagi pembelajaran, di antaranya melalui LKS kita mendapat kesempatan untuk memancing siswa secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Salah satu metode yang bisa diterapkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS adalah metode “SQ3R” atau Survey, Question, Read, and Review, menyurvei, membuat, pernyataan, membaca, meringkas, dan mengulang.” Adapun penjelasan masing-masing tahap itu adalah sebagai berikut: 1. Tahap survey, pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk membaca secara pintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan materi jika ringkasan diberikan. 2. Tahap question pada kegiatan ini, peserta didk diminta untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri pada saat membaca meteri yang diberikan. 3. Tahap read, pada kegiatan ini, peserta didik dirangsang untuk memperhatikan pengorganisasian materi dan membubuhkan tanda tangan khusus pada materi yang diberikan. Contohnya, peserta didik diminta untuk membubuhkan tanda kurung pada ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah kita siapkan pada question. 4. Tahap recite, pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca, kemudian diminta utnuk meringkas materi menggunakan kalimat mereka sendiri. 5. Tahap review, pada kegiatan ini, peserta didik diminta sesegera mungkin untuk melihat kembali materi yang sudah selesai dipelajari sesaat setelah selesai memperlajari materi tersebut 25 . 24 Ibid., hlm. 206. 25 Ibid., hlm. 206-207.