Uji Bioautografi Non-Elusi Fraksi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta a.4 b.4 Gambar 4.4. Hasil uji bioautografi fraksi dari ekstrak etil asetat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Keterangan : a.1 Hasil pengujian fraksi 1-10 terhadap bakteri Staphylococcus aureus a.2 Hasil pengujian fraksi 10-20 terhadap bakteri Staphylococcus aureus a.3 Hasil pengujian fraksi 21-25 terhadap bakteri Staphylococcus aureus a.4 Hasil pengujian kloramfenikol terhadap bakteri Staphylococcus aureus b.1 Hasil pengujian fraksi 1-10 terhadap bakteri Escherichia coli b.2 Hasil pengujian fraksi 10-20 terhadap bakteri Escherichia coli b.3 Hasil pengujian fraksi 21-25 terhadap bakteri Escherichia coli b.4 Hasil pengujian kloramfenikol terhadap bakteri Escherichia coli Gambar diatas menunjukkan bahwa dari 25 fraksi ekstrak etil asetat, terdapat 21 fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 2 fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, dan 2 fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Escherichia coli. Fraksi hasil fraksinasi memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap kedua bakteri uji. Fraksi 1 dan 2 tidak menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap bakteri S.aureus, sedangkan fraksi 6 dan 8 tidak menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap bakteri E.coli. Hal ini terjadi diduga karena perbedaan kemampuan senyawa yang terkandung dalam fraksi untuk berdifusi ke dalam sel bakteri dan menimbulkan penghambatan Rifda, dkk. 2005. K + K + UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kontrol negatif yang digunakan adalah pelarut fraksi yaitu n-heksan, etil asetat, dan metanol. Natheer et al 2012 menyebutkan bahwa zat yang dijadikan sebagai konrol negatif adalah pelarut yang digunakan sebagai pelarut uji. Tujuannya adalah sebagai pembanding bahwa pelarut yang digunakan tidak mempengaruhi hasil uji antibakteri fraksi. Hasil uji bioautografi menunjukkan bahwa tidak adanya zona hambat yang terbentuk pada kontrol negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa pelarut yang digunakan tidak berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri fraksi. Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol 200 ppm. Kloramfenikol dipilih karena merupakan antibiotik berspektrum luas yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan Gram positif maupun Gram negatif. Kloramfenikol memberikan efek dengan cara bereaksi pada sub unit 50S ribosom dan menghalangi aktivitas enzim peptidil transferase. Enzim ini berfungsi untuk membentuk ikatan peptida antara asam amino baru yang masih melekat pada tRNA dengan asam amino terakhir yang sedang berkembang. Sebagai akibatnya, sintesis protein bakteri akan terhenti seketika dan menyebabkan bakteri mati Pratiwi, 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penghambatan bakteri dengan zona hambat yang luas ditunjukkan oleh fraksi-fraksi yang bersifat semipolar. Menurut Kanazawa et al 1995, suatu senyawa yang mempunyai polaritas optimum akan mempunyai aktivitas antibakteri maksimum, karena untuk interaksi suatu senyawa antibakteri dengan bakteri diperlukan keseimbangan hidrofilik dan lipofilik. Sifat hidrofilik diperlukan untuk menjamin senyawa larut dalam fase air yang merupakan tempat hidup bakteri, tetapi senyawa yang bekerja pada membran sel hidrofobik memerlukan pula sifat lipofilik sehingga senyawa antibakteri memerlukan keseimbangan hidrofilik dan lipofilik untuk mencapai aktivitas yang optimal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata zona hambat yang terbentuk pada E.coli Gram negatif lebih kecil dibandingkan dengan S.aureus. Hal ini menunjukkan bahwa E.coli lebih tahan terhadap senyawa antibakteri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dibandingkan S.aureus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zuhud et al. 2001 bahwa bakteri Gram negatif mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap senyawa antimikroba dibandingkan bakteri Gram positif. Perbedaan ketahanan hambatan mungkin dikarenakan perbedaan susunan dinding sel bakteri dimana E.coli mempunyai lapisan dinding sel yang lebih kompleks dibandingkan S.aureus Natheer et al, 2012. Berdasarkan hasil profil KLT fraksi, fraksi 9 memiliki spot paling sedikit diantara fraksi lainnya dan berdasarkan hasil uji bioautografi fraksi 9 memiliki aktivitas antibakteri dengan diameter zona hambat sebesar 8,6 mm terhadap Staphylococcus aureus dan 5,6 mm terhadap Escherichia coli, sehingga fraksi 9 dipilih untuk dilakukan pemurnian lebih lanjut.

4.8. Pemurnian dan Uji Kemurnian Fraksi 9

Pemurnian fraksi 9 dilakukan dengan cara rekristalisasi, yaitu berdasarkan perbedaan kelarutan antara zat utama yang dimurnikan dengan senyawa minor dalam suatu pelarut tunggal atau campuran pelarut yang cocok. Fraksi 9 yang berbentuk kristal dibersihkan dari pengotornya dengan menambahkan n-heksan untuk menarik pengotor yang bersifat nonpolar, karena berdasarkan profil KLT fraksi 9 menunjukkan adanya pengotor diatas spot. Proses rekristalisasi ini diulang sehingga didapatkan senyawa berbentuk kristal yang lebih murni yang diuji kemurniannya menggunakan KLT 2 Dimensi. Gambar 4.5. Profil KLT fraksi 9 sebelum rekristalisasi di bawah UV 254 nm pengotor NH:E 4:6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Uji kemurnian senyawa dengan KLT dua dimensi dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak dalam metanol dan ditotolkan pada plat KLT berbentuk bujur sangkar dengan sisi 5 cm. Plat KLT dielusi dengan fase gerak n-heksan : etil asetat = 4 : 6 dan dibiarkan sesaat. Kemudian plat dielusi kembali pada sisi lainnya menggunakan fase gerak n-heksan : etil asetat = 8 : 2. Hasil uji kemurnian dari KLT dua dimensi menunjukkan adanya spot mayor dengan sedikit pengotor pada Rf 0,7. Gambar 4.6. Profil KLT 2 dimensi fraksi 9 setelah rekristalisasi di bawah UV 254 nm

4.9. Uji Bioautografi Elusi Fraksi 9

Fraksi 9 kemudian diuji aktivitas antibakteri menggunakan metode bioautografi elusi. Fraksi 9 dengan konsentrasi 20 mgmL ditotolkan pada plat KLT sebanyak 10 µL dan dielusi menggunakan eluen n-heksan : etil asetat = 4 : 6. Eluen dipilih karena memberikan pola pemisahan yang baik. Plat kemudian dicelupkan ke dalam suspensi bakteri selama 5 detik dan dipindahkan pada cawan steril lain yang berisi kapas yang telah dibasahi. Plat kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 36 o C ± 1 o C. Plat divisualisasikan dengan penyemprotan INT. NH:E 4:6 1 N H :E 8 :2 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta a b Gambar 4.7. Hasil uji bioautografi elusi fraksi 9 terhadap Staphylococcus aureus a dan Escherichia coli b. Berdasarkan hasil bioautografi elusi, fraksi 9 menunjukkan adanya beberapa spot. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi 9 belum murni. Perbedaan hasil profil KLT dengan hasil uji bioautografi terjadi diduga karena adanya perbedaan konsentrasi fraksi yang ditotolkan pada plat KLT. Fraksi 9 dengan nilai Rf 0,7 memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang ditandai dengan adanya zona bening diatas spot dan tidak adanya bakteri yang tumbuh pada spot senyawa. Tetapi penghambatan yang ditunjukan oleh fraksi 9 sangat kecil, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap fraksi-fraksi lain yang memiliki daya hambat yang besar pada uji bioautografi non elusi seperti fraksi 13. Fraksi 9 tidak dilakukan pemurniaan lebih lanjut dikarenakan jumlah fraksi tidak mencukupi. Dari pengujian antibakteri yang dilakukan terhadap fraksi-fraksi hasil fraksinasi dari ekstrak etil asetat buah parijoto dengan kromatografi kolom diperoleh hasil bahwa dari 25 fraksi, terdapat 21 fraksi aktif antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 2 fraksi aktif antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, dan 2 fraksi aktif antibakteri terhadap Escherichia coli. Diagram hasil uji bioautografi terhadap 25 fraksi ditunjukkan pada gambar 4.8. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.8. Diagram hasil uji bioautografi 25 fraksi terhadap S.aureus dan E.coli Keterangan : A : Jumlah fraksi yang aktif terhadap bakteri S.aureus B : Jumlah fraksi yang aktif terhadap bakteri S.aureus dan E.coli C : Jumlah fraksi yang aktif terhadap bakteri E.coli Adanya penghambatan bakteri yang ditunjukkan oleh fraksi diduga terjadi karena adanya kandungan metabolit sekunder pada ekstrak etil asetat yang dilihat dari hasil uji fitokimia ekstrak. Metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak adalah tanin, flavonoid, dan saponin dimana diketahui bahwa ketiga metabolit sekunder ini telah dilaporkan memiliki peran penting dalam aktivitas penghambatan bakteri. Tanin sebagai antibakteri bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk. Tannin memiliki aktifitas antibakteri yang berhubungan dengan kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel bakteri juga menginaktifkan enzim, dan menggangu transport protein pada lapisan dalam sel. Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel bakteri akan mati. Selain itu, kompleksasi dari ion besi dengan tanin dapat menjelaskan toksisitas tanin. Bakteri yang tumbuh di bawah kondisi aerobik membutuhkan zat besi untuk berbagai fungsi, termasuk reduksi dari prekursor ribonukleotida DNA. Hal ini disebabkan oleh kapasitas pengikat besi yang kuat oleh tanin Ngajow, dkk. 2013. Flavonoid sebagai antibakteri bekerja dengan cara membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membrane sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Selain berperan dalam inhibisi pada sintesis DNA – RNA dengan interkalasi atau ikatan hidrogen dengan penumpukan basa asam nukleat, flavonoid juga berperan dalam menghambat metabolisme energi yang dibutuhkan untuk penyerapan aktif berbagai metabolit dan untuk biosintesis makromolekul Ngajow, dkk. 2013. Saponin sebagai antibakteri bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Senyawa ini berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan, lalu mengikat membran sitoplasma dan mengganggu dan mengurangi kestabilan sel. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel Ngajow, dkk. 2013. Data diatas menunjukkan bahwa fraksi-fraksi dari ekstrak etil asetat buah parijoto berpotensi menghasilkan senyawa antibakteri, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan senyawa aktif antibakteri.

Dokumen yang terkait

Studi in vitro ; Efek Antikolesterol dari Ekstrak Metanol Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Terhadap Kolesterol Total

15 119 83

Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Menggunakan Metode Difusi Cakram

8 42 54

Isolasi, Seleksi, dan Uji Aktivitas Antibakteri dari Kapang Endofit Daun Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Shigella dysenteriae

1 15 108

Uji Aktivitas Antioksidan Serta Penentuan Kandungan Fenolat dan Flavonoid Total dari Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

8 50 85

Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Menggunakan Metode Difusi Cakram

0 17 54

Uji efek antihiperlipidemia ekstrak etanol buah parijoto : medinilla speciosa blume terhadap kolesterol total, trigliserida, dan vldl pada tikus putih jantan

9 65 124

UjiEfek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume)Terhadap Jaringan Hati Tikus Putih Jantan

3 28 88

Uji Aktivitas Anti Inflamasi Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) secara In Vitro dengan Metode Stabilisasi Membran HRBC (Human Red Blood Cell)

15 100 94

:Uji Efek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume) Terhadap Kolesterol Total, Trigliserida, Dan VLDL Pada Tikus Putih Jantan

4 30 124

Isolasi dan Karakterisasi Kapang Endofit dari Ranting Tanaman Parijoto (Medinilla Speciosa Reinw. ex Blume) dan Uji Aktivitasnya sebagai Antibakteri

8 45 93