UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.5.2. Staphylococcus aureus
Klasifikasi Staphylococcus aureus : Divisio
: Protophyta Class
: Schizomycetes Ordo
: Eubacteriales Famili
: Micrococcaceae Genus
: Staphylococcus Spesies
: Stapylococcus aureus Dwijoseputro, 1994
S. aureus adalah bakteri berbentuk bulat, bersifat Gram positif, biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti buah anggur. Beberapa
diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia, menyebabkan penanahan, abses, berbagai infeksi piogen dan bahkan septikimia
yang fatal. S. aureus mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai antigen dan merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel, tidak
membentuk spora, dan tidak membentuk flagel Jawetz et al., 1996. S. aureus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologik dibawah
suasana aerobik atau mikro-aerobik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 37 C
dan pH 7,4 namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar 20-35
o
C Jawetz et al., 1996.
2.5. Media
Media adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan bakteri. Media yang digunakan harus
dalam keadaan steril, artinya sebelum ditumbuhi bakteri yang dimaksud, tidak ditumbuhi bakteri lain yang tidak diharapkan Dwijosaputro, 1994.
Media yang paling baik bagi pemeliharaan bakteri adalah media yang mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa-sisa
makanan, atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia. Media buatan manusia dapat berupa Dwijosaputro, 1994:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Media cair Media cair yang biasa dipakai adalah kaldu yang dibuat dengan kombinasi
air murni, kaldu daging lembu dan pepton. Pepton mengandung banyak N
2
, sedangkan kaldu berisi garam-garam mineral. pH medium diatur menjadi sedikit
asam atau netral yaitu pada pH 6,8-7 yang disesuaikan untuk kebanyakan bakteri. Kaldu kemudian disaring dengan kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam
tabung dan disumbat dengan kapas. Kemudian barulah dimasukan ke autoklaf. b. Media padat
Media padat dibuat dari kaldu yang dicampur dengan sedikit agar-agar, kemudian disterilkan, dan dibiarkan mendingin hingga menjadi media padat.
Agar-agar ialah sekedar zat pengental dan bukan zat makanan bagi bakteri. Gelatin dapat juga digunakan sebagai zat pengental, tetapi gelatin mencair pada
suhu 23
o
C sehingga tidak dapat diletakkan pada suhu ruangan. c. Media diperkaya
Beberapa bakteri memerlukan zat makanan tambahan berupa serum atau darah yang tidak mengandung fibrinogen. Fibrinogen
adalah zat yang menyebabkan darah menjadi kental apabila keluar di luka. Serum atau darah
dicampurkan ke dalam media yang sudah disterilkan. Jika pencampuran dilakukan sebelum sterilisasi, maka serum atau darah akan mengental akibat pemanasan.
d. Media kering Media ini berupa serbuk kering yang dilarutkan dalam air lalu disterilkan.
Pada media ini tidak perlu dilakukan pemeriksaan pH karena sudah dilakukan pada waktu pembuatan serbuk.
e. Media sintetik Media sintetik berupa ramuan-ramuan zat organik yang mengandung zat
karbon dan nitrogen. Bakteri autotrof dapat hidup dalam media ini. Bakteri saprofit juga dapat hidup dalam media ini, tetapi perlu penambahan natrium sitrat
dan natrium amonium fosfat yang merupakan sumber karbon dan sumber nitrogennya.