UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
konsentrasi 2 mgmL dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37
o
C Ismail et al, 2011 ; Valgas et al, 2007.
Untuk mengetahui nilai Rf senyawa aktif antibakteri maka dilakukan uji bioautografi elusi pada fraksi yang mempunyai aktivitas antibakteri dengan spot
paling sedikit, dilihat dari profil KLT. Fraksi tersebut dilarutkan dengan metanol sehingga diperoleh larutan fraksi dengan konsentrasi 50 mgmL. Larutan fraksi
sebanyak 10 µL ditotolkan pada plat KLT, kemudian dielusi menggunakan fase gerak n-heksana : etil asetat 4:6. Setelah larutan fraksi dielusi, plat KLT
dicelupkan dalam campuran BHI dan suspensi bakteri dalam cawan petri sebanyak 10 mL selama 5 detik. Selanjutnya plat KLT disimpan dalam cawan
petri lainnya yang telah diberi kapas yang dibasahi dengan aquadest yang telah disterilkan. Plat diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 24 jam. Setelah diinkubasi, plat disemprot dengan larutan p-iodonitrotetrazolium INT konsentrasi 2 mgmL
dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37
o
C.
3.3.8. Uji Kemurnian Senyawa a. KLT dua dimensi
Plat KLT dibuat dengan bentuk bujur sangkar yang setiap sisinya memiliki ukuran 5 cm. Kemudian isolat dilarutkan dengan etil asetat dan ditotolkan pada
salah satu sisi plat dengan pipa kapiler, selanjutnya plat KLT dielusi dengan fase gerak n-heksana : etil asetat 8:2 dan dibiarkan kering sesaat Pramita, 2013. Plat
KLT dielusi kembali pada sisi lainnya dengan menggunakan fase gerak yang sama. Noda yang timbul dilihat dibawah lampu UV 254 nm. Jika kromatogram
menunjukkan satu pola noda, maka dapat dikatakan isolat tersebut relatif murni.
b. Uji Titik Leleh
Sampel dibuat dengan memasukkan kristal ke ujung pipa kapiler yang telah ditutup salah satu ujungnya, kemudian diketuk-ketuk hingga kristal mampat.
Selanjutnya pipa kapiler dimasukkan ke alat pengukur melting point. Kemudian dilakukan pengamatan rentang suhu ketika kristal mulai melebur dari awal
melebur hingga melebur sempurna.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pemeriksaan Simplisia
Tanaman Medinilla speciosa Blume yang digunakan dalam penelitian ini telah dideterminasi di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI,
Bogor, Jawa Barat. Determinasi dilakukan untuk memastikan keaslian tumbuhan yang digunakan dan menghindari kesalahan dalam pemilihan tumbuhan. Hasil
determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang diperoleh merupakan Medinilla speciosa Blume yang berasal dari suku Melastomataceae Lampiran 1.
4.2. Penyiapan Simplisia
Buah parijoto sebanyak 4 kg disortasi basah untuk memisahkan buah dari ranting-ranting yang tidak digunakan. Buah dicuci bersih menggunakan air yang
mengalir untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada buah. Buah dikeringanginkan untuk menghilangkan air pada lapisan luar buah, kemudian
buah diblender sehingga diperoleh simplisia sebanyak 3,2 kg dan dilakukan ekstraksi. Pengecilan ukuran dengan blender bertujuan untuk memperbesar luas
permukaan simplisia sehingga kontak antara pelarut dengan simplisia semakin besar dan proses ekstraksi dapat berjalan lebih maksimal.
4.3. Ekstraksi dan Partisi
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi atau perendaman. Prinsip maserasi adalah pelarut yang digunakan dalam proses maserasi akan
masuk ke dalam sel tanaman melewati dinding sel, isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dengan di luar sel melalui
proses difusi hingga terjadi keseimbangan antara larutan di dalam sel dan larutan di luar sel Ansel, 1989. Keuntungan ekstraksi menggunakan metode maserasi
adalah prosedur dan peralatan yang digunakan relatif sederhana. Buah parijoto sebanyak 3,2 kg dimaserasi dengan 15 L metanol sambil
sesekali diaduk. Maserasi dilakukan hingga maserat yang diperoleh tidak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berwarna untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang maksimal. Hasil maserasi disaring dan dipekatkan dengan menggunakan vaccum rotary evaporator
sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak metanol yang diperoleh sebanyak 126,077 gram dengan persen rendemen 3,94 .
Sebanyak 99,82 gram ekstrak metanol dipartisi dengan pelarut n-heksan dan etil asetat menggunakan corong pisah. Partisi ekstrak dilakukan untuk
memisahkan senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya. Pelarut pertama yang digunakan dalam partisi adalah n-heksan yang bersifat non polar. Senyawa-
senyawa yang bersifat non polar akan tertarik pada pelarut n-heksan. Setelah pelarut n-heksan tidak berwarna yang menunjukkan bahwa tidak adanya senyawa
nonpolar yang tertarik lagi, maka diganti dengan pelarut kedua yaitu etil asetat yang bersifat semi polar. Senyawa-senyawa yang bersifat semipolar akan tertarik
pada pelarut etil asetat. Senyawa-senyawa yang tidak tertarik di kedua pelarut sebelumnya dan tertinggal dalam ekstrak metanol merupakan senyawa-senyawa
polar. Hasil partisi yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan vaccum rotary evaporator dan didapatkan ekstrak kental n-heksan sebanyak 6,73
g, ekstrak kental etil asetat sebanyak 25,59 g, dan ekstrak kental metanol sebanyak 48,32 g.
Tabel 4.1. Hasil rendemen ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol
No. Fraksi
Berat Ekstrak gram Rendemen
1. n-heksan
6,73 gram 6,74
2. Etil asetat
25,59 gram 25, 64
3. Metanol
48,32 gram 48,41
dihitung terhadap berat ekstrak kasar metanol awal yaitu 99,82 gram.
Ekstrak yang digunakan untuk pengujian selanjutnya adalah ekstrak etil asetat. Berdasarkan penelitian Mukarromah 2015, didapatkan data bahwa
ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak metanol buah parijoto memiliki zona hambat masing-masing sebesar 5,67 mm; 11,7 mm; dan 8,17 mm terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan masing-masing sebesar 7 mm; 11,33 mm; dan 9 mm terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.