Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan apapun. Akan tetapi dengan fitrah yang dimilikinya, manusia dapat
mengembangkan diri dengan ilmu yang diperolehnya melalui belajar selama proses kehidupannya. Kondisi awal manusia tersebut juga dijelaskan oleh
Allah SW T di dalam firman
-Nya
sebagai berikut:
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
QS. An-
Nahl, 16:78 Manusia sejak dilahirkan sudah banyak mengalami pembelajaran, hal
ini mengandung pengertian bahwa belajar terjadi melalui banyak cara. Baik itu belajar yang disengaja pendidikan formal maupun belajar dari pengalaman
da
n perkembangan dalam hidupnya. Belajar yang disengaja, dalam hal ini adalah
belaj
ar yang dilakukan dijenjang pendidikan formal, terjadi ketika siswa mendapat informasi yang
disampaikan guru di kelas atau ketika ia mencari informasi dari suatu buku. Masalah yang dihadapi oleh guru adalah bagaimana supaya siswa mau belajar,
tidak hanya belajar dengan mendengarkan penjelasan guru saja namun ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Salah satu lembaga formal dalam bidang pendidikan adalah sekolah. Dari sekolah seseorang dapat memperoleh tujuan pen
d
idikan dengan cara belajar. Setiap sekolah mengharapkan agar semua siswa dapat meguasai
semua mata pelajaran yang diberikan, tidak terkecuali a.
BAB I PENDAHU LU AN
A. Latar Belakang Masalah
“
u
y
t r
.
y
n
s
x y
y
u s
y
t
|
F
u
n
y
F
u
y
s s
_ z F
Ł? Ł_
¡ `
ø Ł
– ? r
N3 ‘ B
b q N3 »gB
w c
qJ = «
r N3 9
J 9
» { r
o « { r N3 = 9
c r 3
˙ — ¨
ˇi
¨
ˇ
¤
Ø
\
ł
ª
¡
ˇ
ł
“ ª
Matematika selalu diajarkan disetiap jenjang pendidikan karena matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari
-
hari untuk memecahkan persoalan yang dihadapi manusia, baik masa kini maupun masa yang akan datang.
Tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendid
ikan dasar
dan menengah yaitu
: U
ntuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang melalui
latihan bertindak, atau dasar pemikiran secara logis, itis, cermat, jujur, efektif dan efisien, serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan
matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari
-har
i dan
dalam mempel
ajari berbagai ilmu pengetahuan
.
1
Tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dinilai dari perolehan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila di
dalam proses pembelajaran
terjadi suasana ya
ng menyenangkan
dan bermakna bagi siswa dan guru.
Proses pembelajaran matematika tidak terbatas pada keterampilan mengerjakan soal saja sebagai bentuk aplikasi dari konsep
-
konsep yang telah dipelajarinya, melainkan perlu untuk lebih mementingkan pemahaman pada
proses terbentuknya suatu konsep sehingga siswa tidak hanya menghafal
informasi
-informasi yang diterima, tetapi juga harus memahami dan mengerti secara keseluruhan dan sekaligus menguasai informasi tersebut. Guru
hendaknya tidak menyajikan materi pelajaran dalam bentuk jadi, dengan demikian penyajian pelajaran matematika haruslah diatur sedemikian rupa
hingga menantang siswa sehingga pembelajaran dapat bermakna. Namun kenyatannnya
,
masih banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika sebagai suatu pelajaran yang sulit, dianggap
menyeramkan, membuat jenuh bagi siswa yang kurang menyukai pelajaran
tersebut
. Hal ini disebabkan karena karakteristik dalam matematika bersifat abstrak sehingga menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar
matematika dan membuat siswa malas, tidak berminat untuk belajar
1
Erman Suherman, , Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003, h. 58 Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer
matematika.
Jika keadaan ini berlanjut terus menerus dalam jangka panjang, maka tentu saja akan mempengaruhi emosi siswa terhadap pelajaran
matematika.
Citra tentang sulitnya pelajaran matematika akan menumbuhkan perasaan takut berlebihan sehingga dapat menyebabkan kecemasan pada diri
siswa ketika mereka harus berhadapan dengan matematika itu sendiri. Salah satu faktor penyebab kecemasan adalah rasa tidak menyena
n
gkan siswa dalam belajar matematika karena cara mengajar guru yang susah dimengerti, karakter
guru yang menakutkan dan fasilitas belajar yang kurang memadai. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
F
ardhana yang meneliti kecemasan matematika pada siswa SLTP Surabaya pada tahun
2004
yang menyatakan bahwa
“
faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap kecemasan siswa pada matematika adalah materi pelajaran yang dianggap sulit
53 , fasilitas yang kurang memadai 26 , cara mengajar guru yang sulit dipahami 23 dan karakter guru yang galak 6 ”.
2
Timbulnya kecemasan tersebut akan
dapat
menghambat proses pembelajaran dan merugikan siswa dalam memperoleh hasil belajar yang
optimal.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Spielberg, fakta dari hasil penelitian
nya
ditemukan bahwa “siswa yang mengalami kegagalan akademik dengan akibat dikeluarkan dari seko lebih dari 20
merasa cemas, hanya 6 siswa yang
tidak merasa cemas”.
3
Kecemasan telah menjadi masalah yang penting yang harus segera diatasi, karena memiliki pengaruh besar terhadap proses
pembelajar
an sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Kecemasan dalam belajar
matematika merupakan salah satu penyebab dari prestasi siswa yang rendah. Di Indonesia, hal ini terbukti dengan hasil penelitian Fardhana yang
menyatakan bahwa “semakin rendah tingkat kecemasan siswa pada
2
Nur Ainy Fardhana N
, ,
http:adln.lib.unair.ac.idgo.php?id=jiptunair
-gdl-res-
2004
-nur
-927
-matematika
,
14 Juli 2010 pukul 17:27
3
Sri Esti Wuryani D, , Jakarta: PT Grasindo, 2006, Cet Ke
-
3, h 387
Kecemasan Siswa Pada Bidang Matematika Di Sltp Surabaya Psikologi Pen
didikan
matematika akan semakin tinggi prestasi belajar matematika siswa dan semakin tinggi tingkat kelas maka akan semakin tinggi ingkat kecemasan
siswa”
.
4
Sedangkan
Kirkland dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa “besar kecilnya kecemasan mempengaruhi murni dan tidaknya l belajar”.
5
Dari pernyataan di atas jelas terlihat bahwa kecemasan menjadi salah satu penyebab kurang berhasilnya suatu proses pembelajaran matematika.
Fenomena kecemasan belajar ini juga terjadi pada siswa di SDN Pasir Gunung Selatan 2 Depok khususnya kelas III. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru, siswa, dan pengamatan observasi pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 9, 20, 21, dan 22 Desember 2010, diperoleh informasi bahwa
masih banyak terdapat siswa yang terlihat tegang ketika belajar matematika, tidak berani jika diminta menjelaskan jawaban suatu soal matematika dan
enggan untuk sekedar duduk dibarisan depan ketika belajar matematika. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa yang menganggap pelajaran
matematika adalah pelajaran yang menakutkan.
Dengan demikian seorang guru haruslah mampu menyampaikan materi
matematika dengan baik kepada anak didiknya, sehingga negatif terhadap matematika yang selama ini melekat pada siswa dapat berubah
menjadi kesan yang positif. Seorang guru juga harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga dapat mengurangi rasa kecemasan
siswa terhadap pembelajaran matematika. Oleh karena itu, diharapkan guru dapat melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran yang sesuai
dengan standar kurikulum pendidikan sehingga proses pembelajaran tersebut berjalan dengan menyenangkan dan bermakna bagi siswa
.
Pembelajaran yang menyenangkan menuntut adanya kebebasan pembelajaran
sehingga
peserta didik dapat mengungkapkan makna sebagai hasil dari interprestasinya terhadap segala sesuatu yang ada di dunia nyata.
Sedangkan pembelajaran bermakna merupakan suatu
4
Nur Ainy Fardhana N
, ,
14 Juli 2010 pukul 17:27
5
Suharsimi Arikunto, , Jakarta: Bumi Aksara, 2009,
h. 56
meaningfull learning
Kecemasan Siswa... Dasar-
dasar Evaluasi Pendidikan
proses dikaitkannya informasi baru pada konsep
-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
6
P
roses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan
matematika
akan menjadikan
pembelajaran lebih
bermakna dan
menyenangkan. Untuk mendukung tercapainya tujuan te
r
sebut maka diperlukan pengembangan materi pelajaran yang difokuskan pada aplikasi
dalam kehidupan sehari
-
hari dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa.
Menuru
t Van de Henvel
-Panhuizen ”
jika anak belajar matematika terpisah
dari
pengalaman mereka sehari
-
hari maka anak akan cepat lupa dan tidak
d
apat mengaplikasikan matematika”.
7
Menurut DePorter dan Hernacki dalam , ada dua
bentuk kategori utama dalam belajar, yaitu bagaimana k menyerap informasi dengan mudah dan bagaimana cara kita mengatur dan mengolah
informasi tersebut.
8
Be
rdasarkan hal di atas, pembelajaran matematika di kelas dapat ditekankan pada keterkaitan antara konsep
-
konsep matematika dengan pengalaman anak
sehari-
hari. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari
-
hari
adalah
RME atau yang dikenal di Indonesia
dengan
Pendidikan Matematika Indonesia
PMRI.
Pada PMR
I
pola pikir siswa dikembangkan dari hal
-
hal yang bersifat konkrit menuju hal yang abstrak. Aktivitas belajar dilakukan melalui
peragaan-
peragaan yang melibatkan seluruh panca indera penglihatan, pendengaran, dan perabaan. Alat peraga berfungsi untuk menjembatani proses
6
Trianto, , Surabaya:
Prestasi Pusaka,2007, h. 25
7
I Gusti Putu Suharta, , Vol 38 No: 4 Tahun 2005, h. 579
8
A. Martuti, , Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009
Cet Ke-1, h.58
Quantum Learning
mathematic of everyday experience
Realistic Mathematic Education Realistik
Model
-
model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pecahan Dengan
Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik PMR Pendidik Cerdas dan Mencerdaskan
abstraksi dari hal yang bersifat sederhana dan konkrit menuju pengetahuan matematika formal dan baku oleh siswa sendiri.
Berangkat dari permasalah di atas, dimana masih banyak siswa yang memiliki masalah kecemasan dalam belajar matematika, maka penulis tertarik
untuk meneliti tentang
Dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dapat diidentifikasikan masalah
-
masalah sebagai berikut:
1
. Banyak siswa yang belum tertarik terhadap pelajaran matematika
2
. Siswa masih menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menegangkan
3
. Banyak siswa yang merasa cemas dalam belajar matematika
4
. Banyak siswa yang kurang memahami konsep matematika
5
. Proses pembelajaran matematika yang masih bersifat abstrak tanpa mengkaitkan permasalahan matematika dengan kehidupan sehari
–hari. 6
. Pendekatan yang digunakan oleh guru kurang bermakna dan tidak menyenangkan bagi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Untuk menghindari perbedaan persepsi dalam pembahasan penulis membatasi
pokok permasalahan yaitu: 1
. Kecemasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecemasan yang dialami ketika siswa belajar matematika di kelas meliputi
beberapa aspek, yaitu: .
2
. yang dimaksud
adalah suatu pembelajaran yang bertitik tolak dari hal
-
hal yang realnyata bagi siswa
.
”Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Indonesia PMRI
Dalam Mengurangi Kecemasan Belajar Matematika
Siswa”
B. Identifikasi dan Fokus Masalah