Perumusan Masalah Tujuan Penelitian
Kinneavy dalam Chaer, 2009: 33 berpendapat bahwa bahasa mempunyai lima fungsi dasar, yaitu fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi eksplorasi, fungsi
persuasi dan fungsi entertainmen. Fungsi ekspresi yaitu bahasa sebagai alat untuk menyatakan perasaan senang sedih, kagum, dan sebagainya. Fungsi informasi
adalah fungsi untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan.
Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain. Fungsi entertainmen adalah penggunaan bahasa dengan
maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin. Dalam pembelajaran bahasa terutama pembelajaran bahasa asing,
pendekatan yang umum digunakan adalah pendekatan komunikatif. Hudson 2000: 59 menyatakan pembelajaran bahasa asing sebagai berikut.
There are some major differences between foreign and second language teaching and learning. In second language learning, one can receive inpit
for learning both inside and outside the classroom. Acculturation that is a main aspect of learning a language is easier in the case of second language
learning and the emotional role of language as apposed to communicational role is easier to use for learners.
Kutipan tersebut menyatakan bahwa ada beberapa perbedaan antara pembelajaran
bahasa asing dan bahasa kedua dalam pembelajaran. Dalam bahasa kedua, seseorang dapat mempelajari bahasa tersebut baik di dalam dan di luar kelas.
Selain dalam pembelajaran, akulturasi merupakan aspek utama dari belajar bahasa kedua, karena memiliki peran emosional dari bahasa yang dipelajari.
Ghöring dalam Hardjono, 1988: 5 mengungkapkan bahwa tujuan umum pengajaran bahasa asing ialah berkomunikasi timbal-balik antar kebudayaan
cross cultural communication dan saling pengertian antar bangsa cross cultural
understanding. Peserta didik dikatakan telah mencapai tujuan, jika ia telah memiliki pengetahuan dan keterampilan berbahasa asing sesuai dengan tujuan
yang telah dirumuskan. Jadi jelas bahwa dalam pembelajaran bahasa asing ada 2 hal yang penting yang harus diperhatikan. Peserta didik diharapkan tidak hanya
mampu berkomunikasi dengan lancar dan baik dalam bahasa asing tersebut, tetapi juga mengerti sekaligus memahami kebudayaan yang dianut oleh negara-negara
yang mempunyai bahasa tersebut, sehingga peserta didik akhirnya mampu menggunakan bahasa tersebut apabila berhadapan langsung dengan seorang warga
negara dari asal bahasa tersebut. Salah satunya bahasa Jerman, yang merupakan bahasa yang digunakan oleh
sebagian besar penduduk Eropa, bahkan menjadi bahasa asing yang dipelajari di beberapa negara. Hal ini merujuk pada pendapat Götze Pommerin dalam
Bausch dkk, 1989: 296 bahwa Etwa 110 Millionen Menschen spreschen Deutsch als ihre Muttersprache, 90 Millionen davon leben in Europa, 15 Millionen
Sekundarschuler lernen derzeit Deutsch als Fremdsprache, Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa sebanyak 110 juta penduduk berbicara bahasa Jerman
sebagai bahasa ibu, dengan 90 juta penduduk tinggal di Eropa dan 15 juta sekolah mempelajari bahasa Jerman sebagai bahasa asing.
Bahasa Jerman sebagai bahasa asing juga dipelajari di Indonesia. Pengajaran bahasa asing dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
sosiolinguistik. Masalah ini mungkin tidak terlalu berat kalau kebetulan bahasa asing yang dipelajari itu masih tergolong bahasa serumpun, tetapi akan
merupakan masalah besar kalau bahasa tersebut tidak serumpun dengan bahasa