Hakikat Penilaian Keterampilan Membaca

1989: 61. Dengan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total. Pada setiap item yang benar diberikan nilai 1, sedangkan untuk yang salah diberikan nilai 0. Dari berbagai pendapat di atas apabila dikaitkan dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dapat disimpulkan bahwa penilaian keterampilan membaca adalah usaha yang dilakukan untuk mengumpulkan bukti maupun informasi tentang sejauh mana pencapaian peserta didik dalam proses pembelajaran membaca. Dalam melakukan penilaian atau evaluasi digunakan tes sebagai alat untuk melakukan pengukuran terhadap kemampuan peserta didik dalam pembelajaran dan mengukur keberhasilan program-program pengajaran. Dari berbagai kriteria yang dirumuskan oleh para pakar mengenai pengukuran keterampilan membaca di atas, maka tes yang dipilih untuk tes keterampilan membaca pada penelitian ini adalah kriteria penilaian keterampilan membaca secara objektif yang dikemukakan oleh Widoyoko, karena kriteria tes keterampilan membaca dari Widoyoko masih cukup sederhana dan mudah dipahami. Selain itu bentuk soal yang digunakan rata-rata sangat cocok untuk diterapkan pada peserta didik kelas XI yang pengetahuan bahasa Jermannya masih pada taraf pengetahuan tingkat dasar.

6. Hakikat Motivasi Belajar Peserta Didik

a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi adalah perilaku yang ingin mencapai tujuan dan mengarahkan keberhasilan seseorang ke arah tertentu. Istilah motivasi menurut Adi 1996: 154 berasal dari kata motif, yang berarti kekuatan dalam diri individu yang menyebabkannya bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motif menurut Winkel 1996: 151 merupakan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri seseorang intrinsik ataupun dari luar dirinya ekstrinsik. Adanya motivasi inilah yang mengaktifkan, menggerakkan, dan mengerahkan sikap serta perilaku individu dalam belajar. Walgito 1991: 141 berpendapat bahwa motivasi itu sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motivasi menurut Purwanto 2007: 61 adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan goal atau perangsang incentive. Hal ini juga dipertegas oleh pendapat Mc. Donald dalam Djamarah, 2008:148, Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa motivasi adalah perubahan energi di dalam individu yang ditandai dengan munculnya afektif perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting, antara lain 1 motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia karena menyangkut perubahan energi manusia walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia, 2 motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia, 3 motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan. Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkam oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal Nasution, 1992: 3. Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan unutk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus. Suprijono berpendapat 2010: 163 bahwa motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Hal tersebut sebelumnya juga dijelaskan oleh Sardiman 1986: 75, bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu bisa tercapai. Dari beragam pendapat di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang mengaktifkan, mengarahkan, dan memperkuat tingkah laku individu untuk melaksanakan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat dalam upaya mencapai tujuan. b. Fungsi Motivasi Belajar Motivasi merupakan jantung proses belajar. Begitu pentingnya motivasi dalam peroses belajar, maka tugas pendidik yang pertama dan terpenting adalah membangun motivasi pada diri peserta didik terhadap apa yang dipelajarinya. Motivasi bukan saja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Motivasi harus bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, untuk memperoleh pengaruh yang kuat dan bertahan lama. Mereka yang terlibat dalam meningkatkan motivasi pasti ingin mendapatkan sesuatu dari motivasi tersebut tetapi bukan hanya efisiensi atau hasil dengan mutu yang lebih baik. Para pelaku motivasi menginginkan agar mereka yang

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEXTPUZZLE DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 3 BANTUL.

2 4 241

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA N 2 BANGUNTAPAN BANTUL MELALUI MEDIA KOMIK.

3 8 368

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL MELALUI TEKNIK PORPE (PREDICT, ORGANIZE, REHEARSE, PRACTICE, EVALUATE).

5 28 357

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 TEMANGGUNG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR.

3 11 244

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS X SMA N 1 IMOGIRI BANTUL MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION.

13 48 411

Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Peserta Didik Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Prambanan Klaten melalui Media Permainan Bahasa Bildgeschichte.

3 7 388

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAMES-TOURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK SLEMAN.

0 4 281

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI BAHASA SMA N 2 WONOSARI GUNUNGKIDUL MELALUI MULTIMEDIA PREZI.

2 6 448

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN2 PURWOREJO MELALUI METODE PQ4R.

3 12 383

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 JETIS BANTUL MELALUI METODE EVERYONE IS A TEACHER HERE.

2 5 399