the recaller ditukar menjadi pendengar the listener, begitu pula sebaliknya. 6 Guru dan peserta didik melakukan kembali kegiatan seperti di atas. 7 Guru dan
peserta didik bersama-sama membuat kesimpulan materi pelajaran. 8 Penutup
atau evaluasi. Model pembelajaran metode Cooperative Script memiliki beberapa
keunggulan dan kelemahan menurut Huda 2013: 214-215, keunggulannya antara lain: 1 dapat menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berpikir kritis, serta
mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakini benar, 2
mengajarkan peserta didik untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari
sumber lain, dan belajar dari peserta didik lain, 3 mendorong peserta didik untuk
berlatih memcahkan masalah dengan mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan ide peserta didik dengan ide temannya, 4
membantu peserta didik belajar menghormati peserta didik yang pandai dan yang kurang pandai
serta menerima perbedaan yang ada, 5memotivasi peserta didik yang kurang pandai agar mampu mengungkapkan pemikirannya, 6 memudahkan peserta
didik berdiskusi dan melakukan interaksi sosial, 7 meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
Kelemahan dari metode Cooperative Script antara lain 1 ketakutan beberapa peserta didik untuk mengeluarkan ide karena akan dinilai oleh teman
dalam kelompoknya, 2 ketidakmampuan semua peserta didik untuk menerapkan metode ini, sehingga banyak waktu yang akan tersita untuk menjelaskan
mengenai model pembelajaran ini, 3 keharusan guru untuk melaporkan setiap
penampilan peserta didik dan tiap tugas, 4 kesulitan membentuk kelompok yang solid dan dapat bekerja sama dengan baik, 5 kesulitan menilai peserta didik
sebagai individu karena mereka berada dalam kelompok. Berbagai pendapat yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
metode Cooperative Script adalah suatu metode pembelajaran yang merupakan bagian dari metode Cooperative Learning. Metode ini bertujuan untuk
meningkatkan daya paham dan daya ingat peserta didik tentang materi yang mereka baca dengan cara berbagi informasi dan bekerja sama dengan teman
kelompoknya. Bekerja sama dalam memahami teks bacaan dapat mempermudah menemukan ide pokok dan memecahkan masalah. Metode Cooperative Script ini
mengandung satu unsur kerjasama dalam kelompok yang membuat peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran.
5. Hakikat Penilaian Keterampilan Membaca
Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang diperoleh dari proses belajar. Adapun proses belajar pembentukan kemampuan membaca peserta didik
berlangsung di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Terkait dengan hal tersebut, maka tingkat kemampuan membaca sebagai output pelaksanaan program
membaca dapat diukur .
Penilaian menurut Davis, Alexander dan Yelon 1974: 81 yaitu,
Evaluation is a continous process of collecting and interpreting information in order to assess decisions made in designing a learning system.
Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian mrupakan proses lanjutan dari
pengumpulan informasi dan interpretasi untuk menilai keputusan dalam merancang sistem belajar. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Nurgiyantoro
1988: 5 bahwa penilaian atau evaluasi merupakan proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan, apakah suatu kegiatan, proses keagiatan, keluaran suatu
program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Penilaian atau evaluasi menurut Tyler dalam Tayibnasis, 2000: 3-4 adalah
proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Konsep evaluasi dibedakan berdasarkan waktu pelaksanaannya, kapan evaluasi
dilakukan, untuk apa evaluasi dilakukan, dan acuan serta paham yang idanut oleh evaluator. Terdapat 2 fungsi evaluasi, yaitu fungsi formatif, evaluasi dipakai
untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan program, orang, produk dsb. Fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban,
keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi hendaknya evaluasi hendaknya membantu pengembangan implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program,
pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yag terlibat.
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. Arikunto, 2013: 67. Ada banyak macam tes yang bisa dilakukan dalam menilai kemampuan membaca peserta didik. Jenis-jenis tes
keterampilan membaca lebih lanjut menurut Akhadiah 1988: 34-36 antara lain: 1 korespondensi lambang bunyi, 2 sinonim, 3 kosakata, 4 artikel, 5
memahami pertanyaan, 6 membaca sekilas, 7 memahami bacaan, 8 frasing, 9 tes klos “close”, 10 kritik terhadap tulisan.
Kriteria penilaian keterampilan membaca bahasa Jerman menurut Dinsel dan Reinmann 1998:10 yaitu: 1 Globalverstehen, peserta didik seharusnya
memahami inti dari teks secara global. Contoh dalam membaca global adalah membaca artikel dari surat kabar, 2 Detailverstehen, peserta didik memahami isi
teks secara cermat, detail, dan rinci. Contohnya adalah membaca sebuah teks tentang surat perjanjian, 3 Selektivesverstehen, peserta didik memahami
informasi khusus atau inti dari teks secara selektif. Sebagai contoh adalah membaca jadwal keberangkatan kereta api.
Pendapat tersebut dipertegas oleh Bolton 1996: 16-26 yaitu kriteria tes kemampuan membaca, antara lain: 1 Globalverstädnis, peserta didik dapat
memahami bacaan secara umum, 2 Detailverstädnis, peserta didik dapat memahami isi bacaan secara detail, 3 Selektivesverstädnis, peserta didik dapat
memahami teks secara selektif. Adapun bentuk teksnya yaitu: a offene fragen, soal-soal yang terdapat pada teks dan peserta didik dapat membuka secara bebas
tertulis, b multiple choice Aufgaben, memilih jawaban yang benar diantara jawaban yang ada, c alternativantwort Aufgaben, bentuk soal dirumuskan dalam
pernyataan inti teks baik benar maupun salah, d Zuordnungsaufgaben, mencocokkan atau menjodohkan bagian-bagian yang sesuai satu sama lain.
Adapun tes objektif menurut Widoyoko 2012:49 merupakan tes yang menyediakan sejumlah jawaban. Jadi kemungkinan jawaban atau respons telah
disediakan oleh penyusun butir soal, sehingga peserta didik tinggal memilih satu jawaban dari sejumlah jawaban yang tersedia. Sistem penskoran tes objektif
dilakukan dengan melihat kunci jawaban yang ada Nurkancana Sunartana,
1989: 61. Dengan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total. Pada setiap item yang benar diberikan nilai 1, sedangkan untuk yang salah diberikan
nilai 0. Dari berbagai pendapat di atas apabila dikaitkan dengan pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas dapat disimpulkan bahwa penilaian keterampilan membaca adalah usaha yang dilakukan untuk mengumpulkan bukti maupun
informasi tentang sejauh mana pencapaian peserta didik dalam proses pembelajaran membaca. Dalam melakukan penilaian atau evaluasi digunakan tes
sebagai alat untuk melakukan pengukuran terhadap kemampuan peserta didik dalam pembelajaran dan mengukur keberhasilan program-program pengajaran.
Dari berbagai kriteria yang dirumuskan oleh para pakar mengenai pengukuran keterampilan membaca di atas, maka tes yang dipilih untuk tes
keterampilan membaca pada penelitian ini adalah kriteria penilaian keterampilan membaca secara objektif yang dikemukakan oleh Widoyoko, karena kriteria tes
keterampilan membaca dari Widoyoko masih cukup sederhana dan mudah dipahami. Selain itu bentuk soal yang digunakan rata-rata sangat cocok untuk
diterapkan pada peserta didik kelas XI yang pengetahuan bahasa Jermannya masih pada taraf pengetahuan tingkat dasar.
6. Hakikat Motivasi Belajar Peserta Didik
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi adalah perilaku yang ingin mencapai tujuan dan mengarahkan keberhasilan seseorang ke arah tertentu. Istilah motivasi menurut Adi 1996: 154
berasal dari kata motif, yang berarti kekuatan dalam diri individu yang