Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual KAJIAN TEORI
e. Berpikir kritis dan kreatif critical and creative thinking. Artinya, siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara
kritis dan kreatif, dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika serta bukti-
bukti.
f. Mengasuh atau memelihara pribadi peserta didik nurturing the individual
. Artinya, peserta didik memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tingi, memotivasi,
dan memperkuat diri sendiri. Peserta didik tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.
g. Mencapai standar yang tinggi reaching high standards. Artinya, peserta didik mengenal dan mencapai standar yang tingi
mengidentifikasi tujuan dan memotivasi peserta didik untuk mencapainya.
h. Menggunakan penilaian authentic using authentic assesment.
Menurut Komalasari 2010:13, pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Keterkaitan relating, artinya proses pembelajaran yang memiliki keterkaitan relevansi dengan bekal pengetahuan prerequisite
knowledge yang telah ada pada diri peserta didik dan dengan konteks
pengalaman dalam kehidupan dunia nyata peserta didik. b. Pengalaman langsung experiencing, artinya proses pembelajaran
yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengonstruksi pengetahuan dengan cara menemukan dan mengalami sendiri secara
langsung.
c. Aplikasi applying, artinya proses pembelajaran yang menekankan pada penerapan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari
dalam situasi dan konteks lain yang berbeda sehingga bermanfaat bagi kehidupan peserta didik.
d. Kerja sama cooperating, artinya pembelajaran yang mendorong kerja sama di antara peserta didik, antara peserta didik dengan guru dan
sumber belajar. e. Pengaturan
diri self-regulating,
artinya pembelajaran
yang mendorong peserta didik untuk mengatur diri dan pembelajarannya
secara mandiri. f. Asesmen autentik authentic assessment, artinya pembelajaran yang
mengukur, memonitor, dan menilai semua sapek hasil belajar yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor, baik yang
tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembanagan aktivitas, dan perolehan belajar
selama proses pembelajaran di dalam kelas ataupun di luar kelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Perbedaan Pembelajaran Kontektual dengan Pembelajaran Tradhisional menurut Ditjen Dikdasmen dalam Komalasari: 2010, 18-19.
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran CTL dengan Pembelajaran Tradhisional
Pendekatan CTL Pendekatan Tradhisional
Peserta didik secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif
Peserta didik belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi,
dan saling mengoreksi Peserta
didik belajar
secara individual
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah
yang distimulasikan Pembelajaran sangat abstrak dan
teoritis
Perilaku dibangun atas kesadaran diri
Perliaku dibangunatas kebiasaan
Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan
Hadiah untuk
perilaku baik
adalah pujian atau nilai Keterampilan dibangu atas dasar
pemahaman Keterampilan dikembangkan atas
dasar latihan
Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu
keliru dan merugikan Seseorang tidak melakukan yang
jelek karena takut hukuman
Bahasa yang diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni
peserta didik diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata
Bahasa diajarkan
dengan pendekatan
structural, rumus
diterangkan sampai
paham kemudian
dilatihkan kepada
peserta didik Pemahaman rumus dikembangkan
atas dasar schemata yang sudah ada dalam diri peserta didik
Rumus itu ada di luar diri peserta didik,
jadi rumus
harus diterangkan, diterima, dihafalkan,
dan dilatihkan
Pemahaman rumus itu relatif Rumus adalah kebenaran absolute PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pendekatan CTL Pendekatan Tradhisional
berbeda anatar peserta didik yang satu dengan peserta didik yang
lainnya sesuai dengan schemata peserta didik
karena hanya ada dua pemahaman rumus yaitu rumus yang salah
atau benar.
Peserta didik diminta bertanggung jawab
memonitor dan
mengembangkan pembelajaran
mereka masing-masing Guru adalah penentu jalannya
proses pembelajaran
Penghargaan terhadap
pengalaman peserta didik sangat diutamakan
Pembelajaran tidak
memperhatikan pengalaman
peserta didik Hasil
belajar diukur
dengan berbagai cara proses bekerja, hasil
karya, penampilan, rekaman, tes, dll.
Hasil belajar diukur hanya dengan tes
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek
Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek
Perilaku baik berdasar motivasi instrinsik
Perilaku baik
berasal dari
motivasi ekstrinsik Seorang berperilaku baik karena
yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat
Seseorang berperilaku
baik karena dia terbiasa melakukan
begitu. Kebiasaan
yang ada
dibangun dengan hadiah yang menyenangkan
5. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual Menurut Kunandar 2007:298-299, terdapat beberapa ciri-ciri
pembelajaran kontekstual, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. adanya kerja sama antar semua pihak; b. menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem;
c. bermuara pada keragaman konteks kehidupan peserta didik yang
berbeda-beda; d. saling menunjang;
e. menyenangkan, tidak membosankan; f. belajar dengan bergairah;
g. pembelajaran terintegrasi; h. menggunakan berbagai sumber;
i. peserta didik aktif; j. sharing dengan teman;
k. peserta didik kritis, guru kreatif; l. dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya peserta
didik, pet-peta, gambar, artikel, humor, dan sebagainya; m. laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya peserta
didik, laporan hasil pratikum, karangan peserta didik, dan sebagainya.
6. Fokus Pembelajaran Kontekstual Menurut Kunandar 2007:300-301, pembelajaran kontekstual
menempatkan peserta didik di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal peserta didik dengan materi yang
sedang dipelajari dan sekaligus memerhatikan daktor kebutuhan individual peserta didik dan peranan guru. Berkaitan dengan itu, maka pendekatan
pembelajaran kontekstual harus menekankan hal-hal sebagai berikut. a. Belajar berbasis masalah problem based learning, yaitu suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan maslah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tetang berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan
masalah serta
untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. b. Pengajaran Autentik Authentic Instruction, yaitu pendekatan
pengajaran yang memperkenankan peserta didik untuk mempelajari konteks bermakna, sesuai dengan kehidupan nyata.
c. Belajar berbasis inkuiri Inquiry Based Learning yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan
kesempatan untuk pembelajaran bermakna. d. Belajar berbasis proyek atau tugas Project Based Learning yang
membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar peserta didik kelas didesain agar peserta didik
dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan
tugas bermakna lainnya.
e. Belajar berbasis kerja Work Based Learning yang memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinan peserta didik yang
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran
berbasis sekolah
dan bagaimana
materi tersebut
dipergunakan kembali di tempat kerja. f. Belajar berbasis jasa layanan Service Learning yang memerlukan
penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk
merefleksi jasa layanan tersebut , jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa layanan dan pembelajaran akademis.
g. Belajar kooperatif
Cooperatif Learning
yang memerlukan
pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam
mencapai tujuan belajar Nurhadi,dkk,2003.
7. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual Menurut Johnson 2010:68-85, terdapat tiga prinsip ilmiah dalam
CTL, yaitu: a. Prinsip Kesaling-bergantungan, prinsip ini menuntun pada penciptaan
hubungan, bukan isolasi. Para pendidik yang bertindak menurut prinsip ini akan mengadopsi praktik CTL dalam menolong para peserta didik
membuat hubungan-hubungan menemukan makna.
b. Prinsip Diferensiasi, prinsip ini dapat menjadi nyata ketika CTL menantang para peserta didik untuk saling menghormati keunikan
masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan
hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
c. Prinsip Pengaturan atau Pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para peserta didik mencari dan menemukan kemampuan
dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam
tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada peserta didik yang
membuat hati mereka bernyanyi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Kunandar 2007:303-305, beberapa prinsip pembelajaran kontekstual adalah:
a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental peserta didik.
b. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung Independent Learning Groups
. c. Menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri self
regulated learning .
d. Mempertimbangkan keragaman peserta didik diversity of students. e. Memerhatikan multi intelegensia multiple intelligences peserta didik.
f. Menggunakan teknik-teknik
bertanya Questioning
untuk meningkatkan pembelajaran peserta didik, perkembangan pemecahan
masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tingi. g. Menerapkan penilaian authentic Authentic Assessment.
8. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual Menurut Rusman 2013:192, sebelum melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan CTL tentu saja lebih dahulu guru harus membuat desainskenariopembelajaran sebagai pedoman umum dan sekaligus
sebagai alat control dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengembangkan pemikiran peserta didik untuk melakukan kegiatan
belajar lebih bermakna. b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic
yang diajarkan. c. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik melalui memunculkan
pertanyaan-pertanyaan. d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok
berdiskusi, Tanya jawab, dan lain sebagainya. e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui
ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya. f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual Sementara menurut Kunandar 2007:305-317, memiliki tujuh
komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual adalah:
a. Konstruktivisme adalah pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkontruksi” bukan “menerima”pengetahuan. Dalam proses
pembelajaran peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.
b. Menemukan inquiry, merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual
yang berpendapat
bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
c. Bertanya Questioning merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran sebagai kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik.
d. Masyarakat Belajar Learning Community adalah membiasakan peserta didik untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber
belajar dari teman-teman belajarnya. e. Pemodelan
Modelling artinya
dalam sebuah
pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru.
Permodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para peserta
didiknya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru agar peserta didik-peserta didiknya melakukan kegiatan pembelajaran.
f. Refleksi Reflection adalah cara berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Peserta didik juga mengedepankan
apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
g. Penilaian Sebenarnya
Authentic Assesment
adalah proses
pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar peserta didik.
Menurut Johnson 2009:65-66, dalam sistem Contextual Teaching and Learning
CTL memiliki 8 komponen: a. Membuat kerterkaitan-keterkaitan yang bermakna
b. Melakukan pekerjaan yang berarti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri d. Bekerja sama
e. Berpikir kritis dan kreatif f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
g. Mencapai standar yang tinggi h. Menggunakan penilaian autentik