Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual KAJIAN TEORI

e. Berpikir kritis dan kreatif critical and creative thinking. Artinya, siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif, dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika serta bukti- bukti. f. Mengasuh atau memelihara pribadi peserta didik nurturing the individual . Artinya, peserta didik memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tingi, memotivasi, dan memperkuat diri sendiri. Peserta didik tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa. g. Mencapai standar yang tinggi reaching high standards. Artinya, peserta didik mengenal dan mencapai standar yang tingi mengidentifikasi tujuan dan memotivasi peserta didik untuk mencapainya. h. Menggunakan penilaian authentic using authentic assesment. Menurut Komalasari 2010:13, pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Keterkaitan relating, artinya proses pembelajaran yang memiliki keterkaitan relevansi dengan bekal pengetahuan prerequisite knowledge yang telah ada pada diri peserta didik dan dengan konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata peserta didik. b. Pengalaman langsung experiencing, artinya proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengonstruksi pengetahuan dengan cara menemukan dan mengalami sendiri secara langsung. c. Aplikasi applying, artinya proses pembelajaran yang menekankan pada penerapan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain yang berbeda sehingga bermanfaat bagi kehidupan peserta didik. d. Kerja sama cooperating, artinya pembelajaran yang mendorong kerja sama di antara peserta didik, antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar. e. Pengaturan diri self-regulating, artinya pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mengatur diri dan pembelajarannya secara mandiri. f. Asesmen autentik authentic assessment, artinya pembelajaran yang mengukur, memonitor, dan menilai semua sapek hasil belajar yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor, baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembanagan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas ataupun di luar kelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Perbedaan Pembelajaran Kontektual dengan Pembelajaran Tradhisional menurut Ditjen Dikdasmen dalam Komalasari: 2010, 18-19. Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran CTL dengan Pembelajaran Tradhisional Pendekatan CTL Pendekatan Tradhisional Peserta didik secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif Peserta didik belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi Peserta didik belajar secara individual Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang distimulasikan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perliaku dibangunatas kebiasaan Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai Keterampilan dibangu atas dasar pemahaman Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan Seseorang tidak melakukan yang jelek karena takut hukuman Bahasa yang diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni peserta didik diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata Bahasa diajarkan dengan pendekatan structural, rumus diterangkan sampai paham kemudian dilatihkan kepada peserta didik Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar schemata yang sudah ada dalam diri peserta didik Rumus itu ada di luar diri peserta didik, jadi rumus harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan Pemahaman rumus itu relatif Rumus adalah kebenaran absolute PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pendekatan CTL Pendekatan Tradhisional berbeda anatar peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya sesuai dengan schemata peserta didik karena hanya ada dua pemahaman rumus yaitu rumus yang salah atau benar. Peserta didik diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran Penghargaan terhadap pengalaman peserta didik sangat diutamakan Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman peserta didik Hasil belajar diukur dengan berbagai cara proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll. Hasil belajar diukur hanya dengan tes Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek Perilaku baik berdasar motivasi instrinsik Perilaku baik berasal dari motivasi ekstrinsik Seorang berperilaku baik karena yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan yang ada dibangun dengan hadiah yang menyenangkan 5. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual Menurut Kunandar 2007:298-299, terdapat beberapa ciri-ciri pembelajaran kontekstual, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. adanya kerja sama antar semua pihak; b. menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem; c. bermuara pada keragaman konteks kehidupan peserta didik yang berbeda-beda; d. saling menunjang; e. menyenangkan, tidak membosankan; f. belajar dengan bergairah; g. pembelajaran terintegrasi; h. menggunakan berbagai sumber; i. peserta didik aktif; j. sharing dengan teman; k. peserta didik kritis, guru kreatif; l. dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya peserta didik, pet-peta, gambar, artikel, humor, dan sebagainya; m. laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya peserta didik, laporan hasil pratikum, karangan peserta didik, dan sebagainya. 6. Fokus Pembelajaran Kontekstual Menurut Kunandar 2007:300-301, pembelajaran kontekstual menempatkan peserta didik di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal peserta didik dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memerhatikan daktor kebutuhan individual peserta didik dan peranan guru. Berkaitan dengan itu, maka pendekatan pembelajaran kontekstual harus menekankan hal-hal sebagai berikut. a. Belajar berbasis masalah problem based learning, yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan maslah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tetang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. b. Pengajaran Autentik Authentic Instruction, yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan peserta didik untuk mempelajari konteks bermakna, sesuai dengan kehidupan nyata. c. Belajar berbasis inkuiri Inquiry Based Learning yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. d. Belajar berbasis proyek atau tugas Project Based Learning yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar peserta didik kelas didesain agar peserta didik dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. e. Belajar berbasis kerja Work Based Learning yang memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinan peserta didik yang menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja. f. Belajar berbasis jasa layanan Service Learning yang memerlukan penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksi jasa layanan tersebut , jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa layanan dan pembelajaran akademis. g. Belajar kooperatif Cooperatif Learning yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar Nurhadi,dkk,2003. 7. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual Menurut Johnson 2010:68-85, terdapat tiga prinsip ilmiah dalam CTL, yaitu: a. Prinsip Kesaling-bergantungan, prinsip ini menuntun pada penciptaan hubungan, bukan isolasi. Para pendidik yang bertindak menurut prinsip ini akan mengadopsi praktik CTL dalam menolong para peserta didik membuat hubungan-hubungan menemukan makna. b. Prinsip Diferensiasi, prinsip ini dapat menjadi nyata ketika CTL menantang para peserta didik untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan. c. Prinsip Pengaturan atau Pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para peserta didik mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada peserta didik yang membuat hati mereka bernyanyi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Kunandar 2007:303-305, beberapa prinsip pembelajaran kontekstual adalah: a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental peserta didik. b. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung Independent Learning Groups . c. Menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri self regulated learning . d. Mempertimbangkan keragaman peserta didik diversity of students. e. Memerhatikan multi intelegensia multiple intelligences peserta didik. f. Menggunakan teknik-teknik bertanya Questioning untuk meningkatkan pembelajaran peserta didik, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tingi. g. Menerapkan penilaian authentic Authentic Assessment. 8. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual Menurut Rusman 2013:192, sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL tentu saja lebih dahulu guru harus membuat desainskenariopembelajaran sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat control dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengembangkan pemikiran peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna. b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic yang diajarkan. c. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan. d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, Tanya jawab, dan lain sebagainya. e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya. f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual Sementara menurut Kunandar 2007:305-317, memiliki tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual adalah: a. Konstruktivisme adalah pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkontruksi” bukan “menerima”pengetahuan. Dalam proses pembelajaran peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. b. Menemukan inquiry, merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. c. Bertanya Questioning merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. d. Masyarakat Belajar Learning Community adalah membiasakan peserta didik untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. e. Pemodelan Modelling artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Permodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para peserta didiknya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru agar peserta didik-peserta didiknya melakukan kegiatan pembelajaran. f. Refleksi Reflection adalah cara berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Peserta didik juga mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. g. Penilaian Sebenarnya Authentic Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar peserta didik. Menurut Johnson 2009:65-66, dalam sistem Contextual Teaching and Learning CTL memiliki 8 komponen: a. Membuat kerterkaitan-keterkaitan yang bermakna b. Melakukan pekerjaan yang berarti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri d. Bekerja sama e. Berpikir kritis dan kreatif f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang g. Mencapai standar yang tinggi h. Menggunakan penilaian autentik

C. Keterampilan Berkomunikasi

1. Pengertian Keterampilan Berkomunikasi Keterampilan berkomunikasi adalah suatu kemampuan dimana seseorang dapat menyampaikan pesan, ide, informasi, pengetahuan, dan konsep kepada orang lain sehingga orang lain yang menjadi lawan bicaranya dapat mengerti apa yang dimaksudkan. Dari semua pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang, pengetahuan dan keterampilan komunikasi termasuk yang paling penting dan berguna. Melalui komunikasi seseorang dapat berbicara dengan diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri, meyakinkan diri sendiri, mempertimbangkan berbagai keputusan yang diambil dan menyiapkan pesan yang akan disampaikan kepada orang lain. Menurut Khairani 2015:7, komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin communis yang berarti „sama‟. Communico, communication atau communicare yang berarti membuat sama make to common. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh karena itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi pesan, ide, gagasan dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, dan menunjukkan sikap tertentu. Perlu disadari bahwa untuk dapat memulai, mengembangkan, dan memelihara komunikasi yang akrab, hangat, dan produktif dengan orang lain, sangat diperlukan sejumlah keterampilan dasar berkomunikasi. Menurut Johnson Supraktiknya, 2008:10-12 terdapat beberapa keterampilan dasar yang dimaksud sebagai berikut: 1 harus mampu saling memahami; 2 harus mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita secara tepat dan jelas; 3 harus mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling menolong; 4 mampu memecahkan konflik dan bentuk masalah antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi kita dengan orang lain, melalui cara-cara yang konstruktif. 2. Bentuk-bentuk Komunikasi Menurut Effendy Khairani, 2015:12-13, bentuk-bentuk komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Komunikasi verbal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah keatas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik. b. Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar, misalnya komunikasi anatara karyawan dengan karyawan lain dan komunikasi ini sering kali berlangsung tidak formal yang berlainan dengan komunikasi vertical yang terjadi secara formal. c. Komunikasi diagonal sering juga dinamakan komunikasi silang yaitu seseorang dengan orang lain yang satu dengan yang lainnya berbeda dalam kedudukan dan bagian. 3. Jenis-jenis Komunikasi Proses komunikasi dapat terjadi dala diri seorang individu, dengan orang lain, dan kumpulan-kumpulan manusia dalam proses sosial. Berdasarkan pendapat tersebut Burgon Huffner Khairani, 2015:14 membuat klasifikasi tiga jenis komunikasi, yaitu: a. Komunikasi Intrapersonal, yaitu proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu internal. b. Komunikasi Interpersonal, yaitu proses komunikasi yang terjadi antara satu individu dan individu lain sehingga memerlukan tanggapan feedback dari orang lain. c. Komunikasi Massa, yaitu proses komunikasi yang dilakukan kepada sekumpulan manusia di mana di dalamnya terdapat proses sosial, baik melalui media massa atau langsung, dan bersifat satu arah. 4. Komponen-komponen komunikasi Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Mulyana Khairani,2015:16 komponen komunikasi sebagai berikut: a. Pengirim atau komunikator sender adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain. b. Pesan message adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain. c. Saluran channel adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. d. Penerima atau komunikate receiver adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain. e. Umpan balik feedback adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya. f. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan. 5. Proses komunikasi Menurut Khairani 2015: 17 , proses berlangsungnya komunikasi bisa dijelaskan sebagai berikut: a. Komunikator sender yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. b. Pesan message itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. c. Media channel alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator. d. Komunikan receiver menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterima ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri. e. Komunikan receiver memberikan umpan balik feedback atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim. 6. Tiga Aspek Utama dari Komunikasi Mengelola kelas dan menyelesaikan konflik secara konstruktif membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik. Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, dan komunikasi nonverbal. a. Keterampilan berbicara Guru dan peserta didik akan mendapatkan banyak manfaat apabila guru mempunyai keterampilan berbicara yang efektif serta guru juga mengajari peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berbicara. 1 Berbicara dengan Kelas dan Peserta didik. Menurut BrydonScott Santrock, 2009:273, ketika berbicara di dalam kelas dan dengan peserta didik, salah satu hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terpenting yang harus diingat adalah untuk dengan jelas mengomunikasikan informasi. Kejelasan dalan berbicara sangatlah penting dalam pengajaran yang baik Menurut Florez Santrock, 2009: 273, beberapa strategi yang baik untuk berbicara secara jelas di dalam kelas meliputi hal-hal berikut ini: a Menggunakan tata bahasa yang benar, b Memilih kosa kata yang bisa dimengerti dan sesuai untuk level peserta didik, c Menerapkan strategi guna meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memahami apa yang guru katakana; seperti menekankan kata kunci; menyusun ulang kata-kata; atau memantau pemahaman peserta didik d Berbicara pada kecepatan yang sesuai; tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan, e Benar dalam komunikasi guru dan keterampilan berpikir logis yang baik sebagai fondasi berbicara secara jelas dengan kelas. 2 Pesan “Anda” dan “Saya” a Pesan “Anda” “you” message, pesan yang tidak diinginkan dimana pembicara tampak menilai orang lain dan menempatkan mereka dalam posisi defensive. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 2

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan

0 2 219

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi Akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi dan minat belajar peserta didik : survei pada lima SMA di wilayah Kota Yogyakarta.

0 2 199

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 2 229

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa Kelas XII IIS SMA Negeri di Kabupaten Bantul.

0 0 232

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

5 14 226

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 205

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 163

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa

0 0 158

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif dan efikasi diri

0 4 189