ANALISIS DAN PEMBAHASAN 88 KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 113

xix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Instrumen Penelitian 122 Lampiran 2 Data Jumlah Peserta Didik Per Sekolah Kabupaten Gunungkidul 137 Lampiran 3 Data Induk Penelitian 140 Lampiran 4 Tabel r 158 Lampiran 5 Uji Validitas 166 Lampiran 6 Uji Reliabilitas 173 Lampiran 7 Uji Normalitas 176 Lampiran 8 Uji Korelasi Spearman 178 Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian 181 Lampiran 10 Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian 184 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan Pendidikan di Indonesia saat ini masih belum sinkron. Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP sendiri menilai bahwa standar pendidikan di Indonesia masih menemukan ganjalan saat akan diterapkan standar baku pendidikan. Standar pendidikan nasional yang awalnya dirancang dengan baik di bidang pendidikan, seringkali menemukan hambatan saat akan diterapkan menjadi peraturan. Banyak para ahli menilai standar pendidikan tersebut kurang memperhatikan kesenjangan kualitas peserta didik di sekolah negeri dan swasta serta hanya bertumpu mengejar ketertinggalan kualitas peserta didik di Indonesia dengan negara tetangga. Tujuan standar pendidikan yang tinggi itu adalah murni untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, ketika di lapangan standar tersebut dirasa membebani peserta didik dan menyebabkan mutu pendidikan di Indonesia tidak kunjung membaik. Terlihat nyata ketika dilaksanakannya ujian nasional, lebih dari 60 persen peserta didik di Indonesia tidak berlaku jujur saat ujian nasional Sumber: http:m.okezone.comread20150922651218782kebijakan-pendidikan- indonesia-tak-sinkron. Di sisi lain juga dapat dilihat dari laporan tentang pembangunan manusia Indonesia yang dipublikasi United Nations Development Programme UNDP tahun 2013, dimana Human Delevopment Indonesia berada di urutan ke-108 dari 187 negara. Kondisi Indonesia yang memprihatinkan inilah yang mendorong para ahli untuk selalu berusaha mencari cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Berbagai upaya dilakukan guna memperbaiki sistem pendidikan nasional, salah satunya dengan perubahan kurikulum sekolah. Dari kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi, kurikulum 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hingga kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini diharapkan mampu memperbaiki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, namun pada saat di terapkannya kurikulum 2013 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI menghentikan penerapan kurikulum 2013 untuk sekolah yang baru menerapkan satu semester. Sekolah-sekolah tersebut diminta kembali menggunakan kurikulum 2006 atau dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mendikbud menyatakan bahwa sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan kurikulum 2013. Terdapat data statistik dimana ada 70 persen lebih sekolah di Indonesia yang tidak mengejar standar pendidikan, memang kesulitan menjalankan kurikulum 2013 secara serentak. Penghentian kurikulum ini dilandasi antara lain karena masih ada masalah dalam kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru, dan pelatihan kepala sekolah yang belum merata. Sementara itu bagi sekolah-sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun pelajaran 20132014, diharapkan tetap menerapkan kurikulum 2013 selama 3 semester dan dijadikan sebagai sekolah pengembangan dan percontohan implementasi kurikulum 2013. Mendikbud telah mempertegas pengembalian kurikulum 2013 pada kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan diterbitkannya secara resmi Permendikbud No.160 tahun 2014. Dalam pasal 1 Permendikbud No. 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 dinyatakan bahwa Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan kurikulum 2013 sejak semester pertama tahun pembelajaran 20142015 kembali melaksanakan kurikulum tahun 2006 mulai semester kedua tahun pelajaran 20142015 sampai ada ketetapan dari kementrian untuk melaksanakan kurikulum 2013. Di dalam pasal 4 Permendikbud No. 160 Tahun 2014 itu, dinyatakan bahwa sekolah dasar dan menengah dapat menjalankan kurikulum 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sampai tahun pelajaran 20192020. Kurikulum 2006 dapat dikatakan sebagai perangkat standar program pendidikan yang mengantarkan peserta didik memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam Kurikulum 2006 guru ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu agar proses belajar peserta didik berjalan dengan baik. Sebagai guru, dalam menyusun langkah pembelajaran juga harus dirancang seperti apa dan bagaimana dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik secara terarah, aktif, efektif, bermakna, dan menyenangkan. Dalam membuat strategi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI skenario pembelajaran harus mengacu pada pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran bermakna. Dalam pendekatan pembelajaran bermakna terdapat langkah-langkah pembelajaran: 1 kegiatan apersepsi tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman peserta didik, serta pemberian motivasi kepada peserta didik; 2 eksplorasi memperolehmencari informasi baru; 3 konsolidasi pembelajaran negosiasi dalam pencapaian pengetahuan baru; 4 pembentukan sikap dan perilaku pengetahuan diproses menjadi nilai, sikap, dan perilaku; penilaian normatif melakukan penilaian terhadap hasil pembelajaran. Dengan adanya langkah-langkah pembelajaran, Kurikulum 2006 ingin memusatkan diri pada pengembangan seluruh kompetensi peserta didik. Dalam hal ini peserta didik dibantu agar kompetensinya muncul dan berkembang secara maksimal. Kurikulum 2006 dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu 1 belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2 belajar untuk memahami dan menghayati, 3 belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, 4 belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan 5 belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, peserta didik dapat menumbuhkan integritasnya. Peserta didik yang memiliki iman yang kuat dan bertakwa akan Tuhan Yang Maha Esa, maka ia akan cenderung untuk selalu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melakukan hal-hal yang benar, jujur, apa adanya, seperti apa yang ia lakukan atau hasilkan. Lalu, pilar yang selanjutnya adalah belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif. Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif jika guru dan peserta didik dapat menjalin komunikasi dengan baik. Peserta didik yang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik, maka secara otomatis dapat membantu guru dalam menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang efektif di dalam kelas. Pilar yang selanjutnya adalah belajar untuk membangun dan menemukan jati diri. Dalam hal ini, peserta didik belajar untuk membangun minat belajar sesuai dengan caranya sendiri. Jika peserta didik memiliki minat belajar yang tinggi, maka peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran dan akan mencari tahu sendiri apa saja yang berhubungan dengan yang akan dipelajarinya. Untuk membangun minat belajar dan menemukan jati diri, maka diperlukan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Seiring dengan diperlukan hal tersebut, dalam pelaksanaan prinsip Kurikulum 2006 juga melalui proses belajar mengajar yang menekankan kompetensi, pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan begitu dalam pelaksanaan Kurikulum 2006 dapat dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kontekstual contohnya seperti: inquiry based learning, problem based learning, work based learning, service learning . Dengan adanya pembelajaran

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 2

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan

0 2 219

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi Akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi dan minat belajar peserta didik : survei pada lima SMA di wilayah Kota Yogyakarta.

0 2 199

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 2 229

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa Kelas XII IIS SMA Negeri di Kabupaten Bantul.

0 0 232

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

5 14 226

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 205

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 163

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa

0 0 158

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif dan efikasi diri

0 4 189