latar belakang budaya individualisme mendorong anggota-anggotanya untuk mandiri otonom dan merealisasikan hak-hak pribadinya. Sedangkan pada
lingkungan masyarakat dengan latar belakang budaya kolektivisme menekankan kewajiban pada kelompok daripada hak-hak pribadinya.
Sedangkan dimensi maskulinitas versus femininitas masculinity versus femininity menunjukkan sejauhmana lingkungan masyarakat
berpegang teguh pada peran gender. Lingkungan masyarakat dengan latar
belakang budaya maskulinitas menekankan pada nilai ketegasan, ambisi, dan
persaingan. Sedangkan pada lingkungan masyarakat dengan latar belakang budaya femininitas lebih mengutamakan kesederhanaan, kerendahan hati, dan
kesetiakawanan Dimensi jarak kekuasaan power distance mencakup indikator antara
lain: kewenangan dalam pengunaan kekuasaan, kepemilikan hak, performance of powerfull people, dasar kekuasaan, dan fokus manajemen terhadap aturan.
Dimensi penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance mencakup indikator yang meliputi: perlakuan terhadap pelanggaran aturan, sikap atasan
terhadap kritik bawahan, dan letak kepercayaan. Dimensi individualisme versus kolektivisme invidualism versus collectivism mencakup indikator
antara lain: orientasi kepentingan dalam masyarakat, tingkat kepentingan kehidupan pribadi, penetapan pendapat atas kelompok, perbedaan pelaksanaan
hukum dan hak, tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan pada dimensi maskulinitas versus femininitas masculinity versus femininity mencakup
indikator antara lain: orientasi solidaritas, tingkat toleransi atas kesalahan, cara penyelesaian konflik, kuantitas wanita dalam menduduki jabatan politik,
pengertian kebebasan wanita.
D. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Emosi
Pada awal sejarahnya, pendiri psikologi yaitu William James memahami emosi sebagai sebuah hasil dari reaksi perilaku kita terhadap
sebuah stimulus yang menghasilkan reaksi tersebut. Selanjutnya Buck dalam Tri Dayakisni dan Salis Yuniardi 2004:76 menyempurnakan definisi emosi
menjadi: The term of feelings: subjective, affective experiences of arousal,
pleasure or displeasure, and the specific oprimary affects of anger, fear, happiness, sadness, surprise,
berlaku secara naluri bergantung pada situasi Francisco Burzi, http:www.pts.com.my.
Dengan demikian dapat disimpulkan emosi adalah suatu gambaran jiwa manusia yang menunjukkan keadaan psikologis seseorang, dimana
keadaan ini berlaku secara naluri bergantung pada situasi tertentu, dengan melibatkan pikiran dan perasaan sebagai reaksi terhadap stimulus tertentu
sehingga dapat mendorong untuk melakukan suatu tindakan yang akan dilakukan.
2. Pengertian Kecerdasan Emosional
Menurut Daniel Goleman http:www1.unpar.ac.idweb columnrudiscolumn.asp.koderekaman=0245131215406176 kecerdasan
emosional emotional intelligence adalah kemampuan merasakan, memahami, dan dengan efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi, informasi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional juga dapat dipandang sebagai suatu ketrampilan
yang dimiliki seseorang yang meliputi pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan memotivasi diri, kesanggupan mengendalikan
dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati, kemampuan membaca perasaan orang lain empati dan memelihara hubungan dengan baik, dan
kemampuan menyelesaikan konflik serta memimpin Fransisco Burzi, http:www.pts.com.my. Sedangkan kecerdasan emosional menurut Ge
Mozaik Juni 2005 adalah kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan dan mengelola emosi, baik emosi dirinya sendiri maupun emosi orang lain,
dengan tindakan konstruktif, yang mempromosikan kerjasama sebagai tim yang mengacu pada produktivitas dan bukan pada konflik
http:www.ganeca.blogspirit.com. Individu yang memiliki kecerdasan emosional tidak dikendalikan oleh
emosi melainkan mengendalikan emosi, individu dapat memotivasi dirinya sendiri sehingga mandiri, juga mampu mempengaruhi emosi orang lain,
bersikap ramah, simpati, murah hati dan toleransi. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan ketrampilan emosional, yang
meliputi mengidentifikasi dan memberi nama emosi-emosi, mengungkapkan emosi, menilai intensitas emosi, menunda pemuasan, mengendalikan
dorongan hati, menangani stres, memahami sudut pandang orang lain dan empati.
3. Dimensi Kecerdasan Emosional
Dimensi kecerdasan emosional mempunyai 5 lima komponen dasar http:www.ganeca.blogspirit.comarchive20050623ge_mozaik_
juni_2005_pentingnya_pendidikan_kecerdasan_emos.html yaitu: a.
Self-awareness pengenalan diri Self-awareness merupakan kemampuan untuk mengenali emosi diri
sendiri dan efeknya, mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keyakinan terhadap emosi diri sendiri berkaitan dengan ketepatan pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi. Seorang guru yang
memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pemimpin yang andal bagi kehidupannya sendiri, karena mempunyai kepekaan yang
lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadinya.
Dimensi self-awareness mencakup indikator: mengenali emosi sendiri, mengetahui kekuatan, mengetahui keterbatasan diri, keyakinan akan
kemampuan diri. b.
Self-regulation penguasaan diri Self-regulation merupakan kemampuan untuk menangani emosi agar
dapat terungkap dengan “pas”. Emosi yang dialami tidak ditekan atau diabaikan, tetapi tidak juga terjadi secara berlebihan.
Seseorang yang mempunyai penguasaan diri yang baik dapat lebih terkontrol dalam membuat tindakan agar lebih hati-hati. Penguasaan diri
berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat tergantung pada kesadaran diri.
Seorang guru yang memiliki self-regulation rendah, saat mengalami kegagalan dalam hidup, akan terus menerus dalam keadaan murung tidak
mampu menghibur dirinya sendiri, sementara seorang guru yang memiliki self-regulation tinggi dapat bangkit kembali dengan cepat saat
mengalami kegagalan dalam hidup. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI