Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
Sementara itu, Hofstede 1994:5 mengartikan kultur sebagai: A collective phenomenon, because it is at least partly shared with
people who live or lived within the same social environment, which is there it was learned. It is collective programming of the mind
which distinguishes the members of the one group or category of people from another.
Kultur merupakan bentuk pemprograman mental secara kolektif yang membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya dalam
pola pikir, perasaan, dan tindakan anggota suatu kelompok. Hofstede 1994:4 karenanya menyebutkan kultur sebagai “software of the mind”. Sebagai
bentuk pemprograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit berubah karena telah terkristalisasi dalam lembaga yang telah mereka bangun.
Dengan demikian kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama dalam suatu kelompok, yang mencakup pola berpikir, berperilaku,
sikap nilai yang tercermin dalam wujud fisik maupun abstrak yang membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya.
2. Pengertian Keluarga
Yang dimaksud keluarga adalah keluarga asal anak, dimana anak dilahirkan, dibesarkan, dan hidup bersama ayah, ibu, dan saudaranya
Kartono, 1985:27. Sedangkan Paul B. Horton dalam Manurung 1995:47 mendefinisikan keluarga sebagai berikut:
The family is defined as a kinship grouping which provides for the rearing of children and for certain other human needs.
Keluarga diartikan sebagai suatu kelompok pertalian nasib keluarga yang dapat dijadikan tempat untuk membimbing anak-anak dan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup lainnya. Sementara menurut Ahmadi 1991:239, keluarga dalam bentuk murni
merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama
dimana saja dalam satuan masyarakat manusia. Keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, yang dapat dijadikan
tempat untuk membimbing anak-anak dan untuk pemenuhan kebutuhan hidup, baik kebutuhan fisik maupun psikis.
Dari definisi tentang kultur dan keluarga di atas, dapat disimpulkan bahwa kultur keluarga merupakan pandangan hidup yang mencakup cara
berpikir, berperilaku, dan sikap nilai, yang diakui bersama dalam suatu kesatuan sosial yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak, yang dapat dijadikan
tempat untuk membimbing anak-anak sekaligus sebagai tempat untuk pemenuhan kebutuhan hidup, baik kebutuhan fisik maupun psikis.
Sebagai tempat untuk membimbing anak, keluarga mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan anak, baik itu fisik maupun
psikis. Dalam lingkungan keluarga, seseorang belajar bagaimana mengolah perasaan dirinya sendiri, bagaimana berpikir tentang perasaan ini, menentukan
pilihan-pilihan untuk bereaksi, dan bagaimana membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa takut. Pembelajaran tersebut nantinya akan melahirkan
pikiran, perilaku, dan sikap nilai yang tertanam dalam diri seseorang, yang merupakan cerminan dari tingkat kecerdasan emosional seseorang. Misalnya
saja dalam keluarga yang mempunyai kebiasaan untuk saling bertukar pendapat mengenai kebijakan keluarga, akan melahirkan seseorang yang
mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu menghormati pendapat orang lain. Selain itu, keluarga juga berperan dalam pembentukan konsep tentang
keberadaan orang lain ataupun konsep tentang hal-hal yang dilihat di sekitarnya. Misalnya, jika sejak kecil seseorang telah dididik untuk
menghormati orang lain, maka akan tumbuh pemahaman dalam dirinya bahwa semua orang harus dihormati.
3. Dimensi Kultur Keluarga
Kultur keluarga terbagi menjadi 4 dimensi yaitu: a jarak kekuasaan power distance; b penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance;
c individualisme versus kolektivisme individualism versus collectivism; d maskulinitas versus femininitas masculinity versus femininity.
Jarak kekuasaan power distance menunjukkan tingkatan atau sejauhmana tiap keluarga mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan
diantara anggota-anggotanya. Keluarga dengan latar belakang budaya power distance besar akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau
kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan. Sementara keluarga dengan latar belakang budaya power distance