Kultur Keluarga TINJAUAN PUSTAKA

pikiran, perilaku, dan sikap nilai yang tertanam dalam diri seseorang, yang merupakan cerminan dari tingkat kecerdasan emosional seseorang. Misalnya saja dalam keluarga yang mempunyai kebiasaan untuk saling bertukar pendapat mengenai kebijakan keluarga, akan melahirkan seseorang yang mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu menghormati pendapat orang lain. Selain itu, keluarga juga berperan dalam pembentukan konsep tentang keberadaan orang lain ataupun konsep tentang hal-hal yang dilihat di sekitarnya. Misalnya, jika sejak kecil seseorang telah dididik untuk menghormati orang lain, maka akan tumbuh pemahaman dalam dirinya bahwa semua orang harus dihormati. 3. Dimensi Kultur Keluarga Kultur keluarga terbagi menjadi 4 dimensi yaitu: a jarak kekuasaan power distance; b penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance; c individualisme versus kolektivisme individualism versus collectivism; d maskulinitas versus femininitas masculinity versus femininity. Jarak kekuasaan power distance menunjukkan tingkatan atau sejauhmana tiap keluarga mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan diantara anggota-anggotanya. Keluarga dengan latar belakang budaya power distance besar akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan. Sementara keluarga dengan latar belakang budaya power distance kecil akan berusaha untuk meminimalkan perbedaan-perbedaan status atau mengutamakan kesejajaran equality. Dalam dimensi kedua yaitu penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance menunjuk sejauhmana pandangan anggota keluarga dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Keluarga dengan latar belakang budaya uncertainty avoidance kuat, merasa terancam dengan ketidakpastian sehingga akan berusaha menciptakan mekanisme untuk mengurangi risiko. Lain halnya pada keluarga dengan latar belakang budaya uncertainty avoidance lemah, toleransi terhadap situasi tidak pasti akan menjadi lebih tinggi. Sementara itu dimensi individualisme versus kolektivisme individualism versus collectivism mengacu pada sejauhmana suatu keluarga mendukung tendensi individualisme atau kolektivisme. Keluarga dengan latar belakang budaya individualisme mendorong anggota-anggotanya untuk mandiri otonom dan merealisasikan hak-hak pribadinya. Sedangkan pada keluarga dengan latar belakang budaya kolektivisme menekankan kewajiban pada kelompok daripada hak-hak pribadinya. Dimensi maskulinitas versus femininitas masculinity versus femininity menunjukkan sejauhmana suatu keluarga berpegang teguh pada peran gender atau nilai-nilai seksual tradisional yang didasarkan pada perbedaan biologis. Kelurga dengan latar belakang budaya maskulinitas menekankan peran yang lebih dominan dari pada perempuan. Biasanya dalam keluarga ini, bapak lebih dominan dalam menetapkan aturan-aturan keluarga tentang yang boleh atau tidak boleh dilakukan dibandingkan pihak ibu. Sementara keluarga dengan latar belakang budaya femininitas mengutamakan nilai-nilai kesederhanaan, kerendahan hati, dan kesetiakawanan. Oleh karena itu, dalam hubungan antar anggota keluarga orang tua tidak menghendaki adanya perbedaan-perbedaan yang tampak diantara mereka misalnya: kerja atau tidak kerja. Dimensi jarak kekuasaan power distance mencakup indikator antara lain: kekuasaan orang tua atas aturan, kepatuhanrasa hormat terhadap orang tua atau terhadap anggota keluarga lain yang lebih tua, ketergantungan kepada orang tua dan kebiasaan dalam meminimalkan perbedaan status. Dimensi penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance mencakup indikator yang meliputi: sikap dalam menghadapi ketidak pastian hidup dan penetapan aturan. Dimensi individualisme versus kolektivisme individualism versus collectivism mencakup indikator antara lain: kebebasan untuk menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga yang lain, keleluasaan untuk mandiri keterikatan sosial satu sama lain dalam keluarga, kebutuhan untuk berkomunikasi, dan perasaan yang muncul akibat pelanggaran atas suatu aturan atau norma tertentu. Sedangkan pada dimensi maskulinitas versus femininitas masculinity versus femininity mencakup indikator antara lain: peran ayah lebih dominan, perhatian yang lebih kepada anggota yang lebih kuat, anggota keluarga laki-laki atau perempuan memiliki cita-cita yang tinggi dan menghindari adanya perbedaan.

B. Kultur Lingkungan Kerja

1. Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan Nitisemito, 1982:183. Agus Ahyari 1986:125-126, mendefinisikan lingkungan kerja sebagai suatu lingkungan dimana karyawan tersebut bekerja dan melakukan tugas sehari-hari yang meliputi penafsiran perusahaan terhadap karyawan, kondisi kerja karyawan, dan hubungan karyawan di dalam perusahaan. Pandji Anoraga dan Sri Suyati 1995:72, mendefinisikan lingkungan kerja sebagai lingkungan yang meliputi hubungan antar karyawan, hubungan dengan pimpinan, suhu, penerangan, dan sebagainya. Lingkungan kerja merupakan lingkungan di sekitar pekerja yang mempengaruhi dirinya, baik secara emosional maupun intelektual, dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Dari definisi tentang kultur dan lingkungan kerja di atas, kultur lingkungan kerja merupakan pandangan hidup, mencakup cara berpikir, berperilaku, sikap nilai, yang diakui bersama dalam suatu lingkungan di sekitar pekerja yang mempengaruhi dirinya, baik secara emosional maupun intelektual, dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. 2. Dimensi Kultur Lingkungan Kerja Menurut Hofstede dalam Tri Dayakisni dan Salis Yuniardi 2004:277, dimensi utama nilai yang berkaitan dengan kultur lingkungan kerja adalah: a jarak kekuasaan power distance; b penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance; c individualisme versus kolektivisme individualism versus collectivism; d maskulinitas versus femininitas masculinity versus femininity. Masing-masing dimensi ini berkaitan dengan perbedaan secara konkrit dalam hal sikap, opini, keyakinan, dan perilaku dalam organisasi kerja dan bentuk-bentuk dasar untuk memahami norma- norma sosial tertentu. Dimensi jarak kekuasaan power distance menunjukkan tingkatan atau sejauhmana tiap budaya mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan diantara anggota-anggotanya. Lingkungan kerja dengan latar belakang budaya power distance besar akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan. Implikasinya biasanya ditandai dengan adanya struktur hirarki yang tinggi. Sedangkan kultur lingkungan kerja dengan latar belakang budaya power distance kecil berusaha meminimalkan perbedaan status atau kekuasaan dan dalam hubungan kerjanya didukung oleh inisiatif dari atasan dan bawahan. Dimensi penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance menunjuk sejauhmana pandangan anggota lingkungan kerja dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Lingkungan kerja dengan latar belakang budaya uncertainty avoidance kuat, merasa terancam dengan ketidakpastian sehingga setiap anggotanya akan berusaha menciptakan mekanisme untuk mengurangi risiko dan mempertahankan harga diri. Berbeda pada lingkungan kerja dengan latar belakang budaya uncertainty avoidance lemah, toleransi terhadap situasi ketidakpastian akan menjadi lebih tinggi, sehingga setiap anggotanya cenderung lebih senang mencoba hal-hal baru. Budaya individualisme mendorong anggota-anggotanya agar mandiri, menekankan tanggung jawab dan hak-hak pribadinya, sehingga mampu menumbuhkan kemandirian emosional pada instansi tempat seseorang bekerja. Budaya kolektivisme menekankan kewajiban kepada instansi kelompok tempat seseorang bekerja daripada hak-hak pribadinya. Sedangkan dimensi maskulinitas versus femininitas masculinity versus femininity menunjukkan sejauhmana lingkungan kerja berpegang teguh pada peran gender. Lingkungan kerja dengan latar belakang budaya maskulinitas menekankan pada nilai ketegasan, ambisi, dan persaingan. Sedangkan pada lingkungan kerja dengan latar belakang budaya femininitas lebih mengutamakan kesederhanaan, kerendahan hati, dan kesetiakawanan. Dimensi jarak kekuasaan power distance mencakup indikator antara lain: perbedaan jarak antara atasan dan bawahan, tingkat pengawasan, dan sistem penggajian. Dimensi penghindaran ketidakpastian uncertainty avoidance mencakup indikator: budaya kerja keras, orientasi waktu dalam bekerja, kebebasan mengeluarkan ide, sumber motivasi dalam bekerja, dan dasar kedisiplinan kerja. Dimensi maskulinitas versus femininitas masculinity versus femininity mencakup indikator: cara mengatasi masalah, filosofi kerja, sikap atasan dalam memimpin, dan orientasi kerja. Dimensi individualisme versus kolektivisme individualism versus collectivism mencakup indikator: dasar hubungan atasan bawahan, dasar pemberian gaji dan sistem manajemen kerja yang dianut.

C. Kultur Lingkungan Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat Masyarakat merupakan orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto, 1982:22. Hal demikian berarti masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas Ralph Linton dalam Soerjono Soekanto, 1982:22. Sedangkan menurut Hasan Shadily, masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri atas beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan mempengaruhi satu sama lain dalam Manurung, 1995:48. Sementara, Webster menguraikan masyarakat sebagai kehidupan suatu susunan sosial atau kehidupan suatu himpunan yang

Dokumen yang terkait

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survei pada siswa-siswa SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Sleman - Yogyakarta.

0 0 265

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

1 2 293

Pengaruh jenis kelamin locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei guru SMA di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 276

SKRIPSI PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 0 205

PENGARUH JENIS KELAMIN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN KULTUR KELUARGA, KULTUR LINGKUNGAN KERJA, DAN KULTUR LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL GURU Survei: Guru SMA di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untu

0 0 274

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta - USD Repository

0 0 291

PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 2 203

PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 0 210

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Sleman, DIY - USD Repository

0 0 269

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masayarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kodya Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - US

0 0 268