Analisis Data ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Total 10908,169 307 Tabel 4.22 menunjukkan bahwa hubungan variabel kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai F hitung = 1,544 yang lebih kecil dari nilai F tabel = 1,5798, pada derajat kebebasandf 22:284. 2. Pengujian Hipotesis a. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru 1 Rumusan hipotesis I Ho : Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Ha : Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. 2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 hal. 227 : Y = 55,123 + 0,383X 1 + 14,095X + 0,280 X 1 X 2 2 Keterangan : Y = Variabel kecerdasan emosional guru X 1 = Variabel kultur keluarga X 2 = Variabel jenis kelamin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI X 1 X = Nilai interaksi antara variabel kultur keluarga dengan variabel jenis kelamin 2 Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional sebesar 0,024 maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional sebesar 0,28, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dengan kultur keluarga semakin menguatkan hubungan antara kultur keluarga dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel kultur keluarga dan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,280. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi β 3 dari interaksi kultur keluarga dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,049 α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. b. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru 1 Rumusan hipotesis II Ho : Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Ha : Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. 2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 hal. 228 : Y = 41,127+ 0,732X 1 + 15,516X + 0,341 X 1 X 2 2 Keterangan : Y = Variabel kecerdasan emosional guru X 1 = Variabel kultur lingkungan kerja X 2 = Variabel jenis kelamin X 1 X = Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan variabel jenis kelamin 2 Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional sebesar 0,168 maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional sebesar 0,169, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dengan kultur lingkungan kerja semakin menguatkan hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,341. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi β 3 dari interaksi kultur lingkungan kerja dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,043 α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. c. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru 1 Rumusan hipotesis III Ho : Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Ha : Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. 2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 hal. 229 : Y = 21,136 + 1,039X 1 + 23,603X + 0,460X 1 X 2 2 Keterangan : Y = Variabel kecerdasan emosional guru X 1 = Variabel kultur lingkungan masyarakat X 2 = Variabel jenis kelamin X 1 X = Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan variabel jenis kelamin 2 Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional sebesar 0,258, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan kecerdasan emosional terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional sebesar 0,259 maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dengan kultur lingkungan masyarakat semakin menguatkan hubungan antara kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel kultur lingkungan masyarakat dan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,460. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi β 3 dari interaksi kultur lingkungan masyarakat dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,003 α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya dapat digeneralisasikan pada penelitian ini. d. Pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru 1 Rumusan hipotesis IV Ho : Tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Ha : Ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. 2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 hal. 230 : Y = 74,512 – 0,031X 1 + 0,054X + 0,001 X 1 X 2 2 Keterangan : Y = Variabel kecerdasan emosional guru X 1 = Variabel kultur keluarga X 2 = Variabel locus of control X 1 X = Nilai interaksi antara variabel kultur keluarga dengan variabel locus of control 2 Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional sebesar 0,024, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional sebesar 0,067, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control dengan kultur keluarga semakin menguatkan hubungan antara kultur lingkungan keluarga dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel kultur keluarga dan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,001. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi β 3 dari interaksi kultur keluarga dengan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,426 α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control terhadap hubungan antara kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru adalah tidak signifikan. Artinya tidak dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e. Pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru 1 Rumusan hipotesis V Ho : Tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Ha : Ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. 2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 hal. 231 : Y = 39,748 + 0,0738X 1 + 1,981X + 0,042 X 1 X 2 2 Keterangan : Y = Variabel kecerdasan emosional guru X 1 = Variabel kultur lingkungan kerja X 2 = Variabel locus of control X 1 X = Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan variabel locus of control 2 Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional sebesar 0,168, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional sebesar 0,178 maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control dengan kultur lingkungan kerja semakin menguatkan hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,042 Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi β 3 dari interaksi kultur lingkungan kerja dengan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,042 α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control terhadap hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI f. Pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru 1 Rumusan hipotesis VI Ho : Tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Ha : Ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. 2 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 7 hal. 232 : Y = 55,182 + 0,354X 1 - 0,087X + 0,000X 1 X 2 2 Keterangan : Y = Variabel kecerdasan emosional guru X 1 = Variabel kultur lingkungan masyarakat X 2 = Variabel locus of control X 1 X = Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan variabel locus of control 2 Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional sebesar 0,258, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional sebesar 0,267 maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control dengan kultur lingkungan masyarakat semakin menguatkan hubungan antara kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 3 dari interaksi variabel kultur lingkungan masyarakat dan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi β 3 dari interaksi kultur lingkungan masyarakat dengan locus of control terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,885 α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control terhadap hubungan antara kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru adalah tidak signifikan. Artinya tidak dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan probabilitas ρ = 0,049 lebih kecil dari nilai alpha α = 0,05. Deskripsi tingkat kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru terkategori tinggi 174 guru56,5. Hal ini tampak dari kemampuan guru untuk mengenal emosi diri sendiri, keyakinan akan kemampuan diri, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, mempunyai dorongan untuk lebih, mampu membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok, kemampuan menyelesaikan masalah serta sikap kolaborasi dan kooperasi yang baik. Hasil penelitian ini didukung oleh mean = 74,45, median = 74, modus = 72. Deskripsi kultur keluarga menunjukkan bahwa sebagian besar guru terkategori memiliki power distance kecil 144 guru46,7, individualism vs collectivism yang cukup individualis 121 guru39,3, masculinity vs feminity dalam kategori feminin 95 guru30,8 dan uncertainty avoidance yang sangat kuat 114 guru37. Guru yang berasal dari kultur keluarga yang berdimensi power distance kecil bercirikan dengan terdapatnya kecenderungan dalam keluarga untuk selalu meminimalkan perbedaan status atau kekuasaan sehingga aturan yang ditetapkan dalam keluarga lebih bersifat longgar. Kondisi ini akan membentuk kemandirian, guru lebih menghargai dan toleran kepada anggota keluarga serta mampu mengaktualisasikan emosi secara tepat. Guru yang berasal dari kultur keluarga cukup individualisbercirikan berkembangnya kemandirian guru secara emosional baik itu secara individu maupun kelompok. Kondisi ini akan membentuk kemampuan guru untuk lebih mandiri serta dimilikinya kebebasan untuk berpendapat dalam keluarga. Guru yang berasal dari kultur keluarga dengan ciri feminin sangat kuat akan memiliki tingkat keselarasan hubungan interpersonal serta keharmonisan dalam kinerja kelompok yang tinggi, dimana kondisi ini akan membentuk guru untuk lebih mampu menghargai cita-cita anggota keluarga, lebih mengutamakan persamaan-persamaan antar anggota keluarga serta selalu menjaga hubungan harmonis dalam keluarga. Sedangkan guru yang berasal dari kultur keluarga dengan uncertainty avoidance yang sangat kuat, akan selalu terancam dengan ketidakpastian, tidak fleksibel dalam pemanfaatan waktu serta cenderung menghindari risiko dan mempertahankan diri, sehingga dengan kondisi ini akan membentuk rendahnya inisiatif dan kemampuan guru dalam menghadapi situasi ketidakpastian dalam keluarga. Hasil penelitian ini didukung oleh mean = 50,92, median = 50,5, modus = 49. Sementara deskripsi jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar guru adalah perempuan 163 guru52,9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin dan variabel kultur keluarga. Artinya hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis dan dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah responden yang sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan mendukung guru akan mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang tinggi, dimana sebagian besar guru tersebut berasal dari kultur keluarga yang kondusif yaitu tampak dalam dimensi power of distance kecil dimana tidak terdapat penetapan aturan-aturan baik tertulis atau tidak tertulis yang sangat mengekang sehingga anggota keluarga mampu untuk mengaktualisasikan diri secara lebih baik, terdapatnya hubungan yang akrab, hangat, saling melayani antar anggota keluarga serta tumbuhnya kemandirian secara lebih matang. Selain itu sebagian besar guru juga berasal dari kultur keluarga dimensi masculinity vs feminity. Dalam dimensi ini, guru berada pada kategori feminin dimana cita-cita anggota keluarga begitu dihargai oleh anggota keluarga serta terciptanya keadaan dimana anggota keluarga selalu menjaga hubungan harmonis kekeluargaan. Menurut Gilarso 2003:3, ciri-ciri perempuan adalah menyayangi dan memelihara, perempuan pandai untuk menciptakan suasana di rumah menjadi tempat yang membuat orang krasan, reaksi, menanggapi, lebih tabah dan mudah menerima, emosi lebih menonjol dan mempengaruhi pikirannya. Dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ciri-ciri tersebut, perempuan mampu menciptakan situasi kekeluargaan yang harmonis dalam keluarga. Hal ini tampak dalam peran perempuan dalam keluarga, dimana perempuan cenderung bersikap penuh kasih sayang, hangat, penuh perhatian, tanggap, memelihara dan melayani semua anggota keluarga. Selain itu, rata-rata kaum perempuan juga lebih mudah berempati daripada kaum laki-laki, dimana kaum perempuan lebih mampu untuk membaca perasaan orang lain yang tidak terucapkan dari ekspresi wajah, nada suara, dan isyarat-isyarat non verbal lainnya Goleman, 1999:186. Dengan ciri serta berbagai peran perempuan dalam keluarga tersebut, perempuan cenderung akan mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. 2. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan probabilitas ρ = 0,043 lebih kecil dari nilai alpha α = 0,05. Deskripsi tingkat kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru terkategori tinggi 174 guru56,5. Hal ini tampak dari kemampuan guru untuk mengenal emosi diri sendiri, keyakinan akan kemampuan diri, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, mempunyai dorongan untuk lebih, mampu membaca hubungan antara keadaan emosi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survei pada siswa-siswa SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Sleman - Yogyakarta.

0 0 265

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

1 2 293

Pengaruh jenis kelamin locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei guru SMA di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 276

SKRIPSI PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 0 205

PENGARUH JENIS KELAMIN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN KULTUR KELUARGA, KULTUR LINGKUNGAN KERJA, DAN KULTUR LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL GURU Survei: Guru SMA di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untu

0 0 274

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta - USD Repository

0 0 291

PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 2 203

PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 0 210

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Sleman, DIY - USD Repository

0 0 269

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masayarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kodya Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - US

0 0 268