Model Evaluasi Program Kajian tentang Konteks, Input, Proses dan Produk Program

37 accountability, and promoting understanding of the involved phenomena...” Stufflebeam, 1985: 159. Membimbing pembuatan keputusan, menyediakan catatan atas kegiatan yang harus dipertanggungjawabkan, dan memberikan pemahaman atas fenomena yang dihadapi. Pengertian tersebut menerangkan bahwa tujuan evaluasi model CIPP tidak hanya mengambil keputusan pada akhir program selesai dilaksanakan, melainkan secara bertahap dengan tujuan untuk mendapatkan keputusan yang tepat, mendapatkan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan yang kemudian dapat di jabarkan dalan data yang menggambarkan fenomena yang ditemui di lapangan. Konsep CIPP ditawarkan oleh Stufflebeam dengan padangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, manajemen, perusahaan, dan lain –lain. Dalam bidang pendidikan Stuflebeam menggolongkan sistem pendidikan atas 4 dimensi, yaitu context, input, process dan product. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan.

2. Evaluasi Konteks Context Eonvaluation

Evaluasi konteks program menyediakan data mengenai keputusan dalam perencanaan program. Evaluasi konteks program menyajikan data tentang alasan –alasan untuk menetapkan tujuan –tujuan program dan 38 proritas tujuan program. Menurut Sax 1980: 595 mendifinisikan evaluasi konteks, sebagai berikut: “...the delineation and specification of project’s environment, its unment, the population and sample individual to be served, and the project objectives. Contect evaluation provides a rationale for justifying a particular type of program intervention.” Evaluasi program merupakan penggambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program, kebutuhan yang belum dipenuhi, karakteristik populasi dan sampel dari individu yang dilayani dan tujuan program. Evaluasi konteks membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program. Stufflebeam juga menerangkan mengenai evaluasi konteks dalam buku Systematic Evaluation sebagai berikut: “The primary orientation of a context evaluation is to identify the strengths and weakness of some object, such as an institution, a program, a target population, or a person, and to provide direction for improvement. Orientasi utama dari sebuah konteks evaluasi adalah untuk mengidentifakasi kekuatan –kekuatan dan kelemahan – kelemahan dari beberapa objek, misalkan sebuah lembaga, sebuah program, sebuah target populasi, atau seseorang, dan untuk memberikan bimbangan ke arah perbaikan. Evaluasi konteks menjelaskan menganai hal –hal dan kondisi yang melatar belakangi program, kondisi lingkungan yang relevan, mengambarkan kondisi yang ada dan yang diinginkan dalam lingkungan, dan mengidentifikasi kebutuhan –kebutuhan yang belum 39 terpenuhi dan peluang yang belum dimanfaatkan. Selain itu, evaluasi konteks juga menggambarkan hal –hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program, seperti karakteristik dan perilaku peserta didik, kurikulum, keunggulan dan kelemahan tenaga pelaksana, sarana dan prasarana, pendanaan dan komunitas. Informasi kontekstual diperlukan untuk membantu dalam mengeintepretasikan evaluasi. Memahami konteks adalah penting sekali apabila evaluasi dirancang dan diselenggarakan secara realistik dan siap tanggap. Menurut Stufflebeam “context evaluation records are a pertinent means by which to defend the efficacy of one’s goals and priorities” catatan konteks evaluasi adalah suatu tujuan yang berhubungan dalam rangka mempertahankan kemujarapan sebuah tujuan dan prioritasnya. Menurut penjelasan di atas mengenai evaluasi konteks poin –poin yang dapat diambil berkaitan dengan evaluasi di sekolah lanjut usia Golden Geriatric Club Yogyakarta sebagai indikator evaluasi konteks adalah sebagai berikut: a Adanya kebutuhan program sekolah lanjut usia, b Adanya penyelenggaraan program relevan dengan kebutuhan kesejahteraan lanjut usia, c Adanya hubungan dengan jaringan, d Adanya sasaran program sekolah lanjut usia, dan e Adanya indikator pencapaian program sekolah lanjut usia. 40

3. Evaluasi Masukan Input Evaluation

Setelah evaluasi konteks, tahap selanjutnya adalah evaluasi masukan atau input. Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber –sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Stufflebeam menjelaskan: “... an input evaluation should identify and rate relevant approaches and assist decision makers to preparet the chosen approach for execution.” Evaluasi input harus mengidentifikasi dan menghitung pendekatan –pendekatan yang relevan dan pembuat keputusan yang membantu untuk mempersiapkan pendekatan yang dipilih untuk membatu dalam pelaksanaan evaluasi. Evaluasi masukan program menyediakan data untuk menentukan bagaiamana penggunaan sumber –sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. Evaluasi ini berkaitan dengan relevansi, kepraktisan, pembiayaan, efektivitas yang dikehendaki, dan alternatif – alternatif yang dianggap unggul. Dalam evaluasi masukan terjadi pengidentifikasian dan penialaian kemampuan sistem yang meliputi komponen evaluasi masukan yaitu, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, pendanaan, dan berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Stufflebleam menyebutkan bahwa orientasi utama dari sebuah evaluasi input adalah untuk membantu menentukan sebuah program untuk membawa perubahan –perubahan yang dibutuhkan 2000 : 173.