Daftar hadir program sekolah lanjut usia di

111 perjalanannya mengalami perubahan, seperti dituturkan oleh Ibu “MD” selaku manajer GGC: “Awalnya kami memiliki kurikulum dan modul yang sudah disusun oleh pihak manajerial GGC, tapi melihat kondisi mahasiswa yang sering meminta materi berdasarkan masalah atau tema yang mereka inginkan, jadi kita fleksibel, Mbak. Melihat sasaran kita itu lanjut usia, kita juga tidak bisa memaksakan...” Berdasarkan penjelasan Ibu “MD” tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum di sekolah lanjut usia Golden Geriatric Club tidak paten dan materi belajar yang disusun oleh Dosen merupakan materi yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan mahasiswa. Hal ini juga dijelaskan oleh Ibu “YN” selaku Dosen mata kuliah kesehatan yag menjelaskan: “...kurikulum kita tidak ada mbak, kami membuat materi dengan ide kami sendiri atau lebih sering kita sepakati bersama dengan mahasiswa, tema apa yang akan kita bahas untuk pertemuan selanjutnya...” Kurikulum pada dasarnya disusun untuk memudahkan dan memetakan kegiatan belajar atau pendidikan yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Sekolah lanjut usia Golden Geriatric Club yang merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan non formal memiliki kurikulum yang dibuat oleh pihak sekolah pada awal berdirinya sekolah lanjut usia Golden Geriatric Club 112 dalam perjalanannya kurikulum tidak lagi digunakan karena mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan mahasiswa dalam kehidupan sehari –hari, tidak adanya kurikulum tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap proses pembelajaran di GGC, hal ini mengingat keseharian lanjut usia yang lebih sering bersinggungan dengan aktivitas keagamaan, permasalahan kesehatan, sementara musik digunakan sebagai hobi, refreshing dan terapi.

d. Metode Pembelajaran

Sekolah lanjut usia Golden Geriatric Club dengan sasaran adalah mahasiswa dengan kondisi lanjut usia menggunakan metode pembelajaran penyampaian teori, praktek, ceramah dan tanya jawab serta diskusi. Persentase penyampaian teori dan praktek berbeda –beda pada setiap pelajaran, pelajaran agama persentasi teori dan praktek yaitu 40 dan 60, pelajaran kesehatan teori dan praktek yaitu 90 dan 10 sementara pelajaran musik 100 praktek. Metode lain yaitu ceramah dan tanya jawab, serta diskusi ditentukan oleh dosen dan mahasiswa sesuai dengan mata kuliah masing –masing. Hal ini dilakukan agar mahasiswa benar –benar memahami dan antusias selama pelajaran. Hal ini diturukan oleh Bapak “PS” selaku dosen mata kuliah agama: “kebanyakan kita membahas masalah sehari-hari dan kita kaji bersama dengan teori yang ada, karena semua mahasiswa muslim, mahasiswa ini lebih sering mengajukan