Neraca Daerah Kinerja Keuangan Masa Lalu Tahun 2010-2015

RPJMD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016 – 2021 III - 124 Grafik 3.5 Derajat Otonomi Fiskal Dari Tabel 3.2 dan Grafik 3.5 terlihat kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap pendapatan daerah berfluktuasi dari 6,55 sampai 9,92 . Jika dilihat selama enam tahun terakhir secara berturut-turut dari tahun 2010 sampai tahun 2015 sebesar 6,55 , 7,69 , 7,06 , 9,92 , 9,73 . Hal ini menunjukkan peningkatan tetapi kemandirian keuangan daerah masih rendah, sehingga perlu kebijakan strategis untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Langkah-langkah yang akan diambil untuk meningkatkan Derajat Otonomi Fiskal Daerah adalah meningkatkan PAD melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber PAD seperti pendataan ulang objek PBB dan penyesuaian tarif dengan peninjauan regulasi pendapatan daerah.

3.1.2. Neraca Daerah

Neraca daerah merupakan laporan keuangan yang harus dibuat oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah. Neraca daerah menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah yang meliputi aset, kewajiban dan ekuitas dana pada suatu saat tertentu. Laporan neraca daerah akan memberikan informasi penting kepada pemerintah daerah, manajemen pemerintah daerah, pihak legislatif daerah maupun krediturpemberi pinjaman kepada daerah serta masyarakat luas lainnya tentang posisi atau keadaan kekayaanaset daerah dan kewajiban daerah serta ekuitas dana. RPJMD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016 – 2021 III - 125 Kinerja neraca daerah pemerintah Kabupaten Tanah Datar selama tahun 2010-2015 dapat dilihat pada Tabel 3.3. : Tabel 3.3 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan 1 ASET 9,40 1.1. ASET LANCAR 21,94 1.1.1. Kas 22,32 1.1.2. Piutang 159,76 1.1.3. Persediaan 51,95 1,1,4, Investasi Jangka Pendek -6,58 1.2. INVESTASI JANGKA PANJANG 21,68 1.2.1. Investasi Non Permanen -19,57 1.2.1. Penyisihan Dana bergulir yang tidak tertagih -1,26 1.2.2. Investasi Permanen 23,66 1.2. ASET TETAP 6,44 1.2.1. Tanah 9,00 1.2.2. Peralatan dan mesin 10,88 1.2.3. Gedung dan bangunan 9,96 1.2.4. Jalan, irigasi, dan jaringan 7,07 1.2.5. Aset tetap lainnya 12,36 1.2.6. Konstruksi dalam pengerjaan 152,02 1.2.7. Akumulasi Penyusutan 13,96 1.3. ASET LAINNYA 160,76 1.3.1. Tagihan penjualan angsuran 1.3.2. Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah 6,98 1.3.3. Kemitraan dengan pihak kedua 1.3.4. Aset tak berwujud 76,42 1.3.5. Aset Lain-lain 171,92 2 KEWAJIBAN 61,16 2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 2.1.1. Utang perhitungan pihak ketiga 3.310,61 2.1.2. Uang muka dari kas daerah 2.1.3. Pendapatan diterima dimuka 87,90 2.1.4. Utang Jangka Pendek Lainnya 2,1,5, Utang Beban 61,16 3 EKUITAS DANA 9,43 3.1.1. SILPA 14,56 RPJMD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016 – 2021 III - 126 No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan 3.1.2. Cadangan piutang 160,10 3.1.3. Cadangan persediaan 9,52 3.1.4. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek 87,90 3.1.5. Pendapatan yang Ditangguhkan -25,60 3.1.6. Ekuitas Dana Lancar Selain SALSILPA 3.2. EKUITAS DANA INVESTASI 6,17 3.2.1. Diinvestasikan dalam aset tetap 4,52 3.2.2. Diinvestasikan dalam aset lainnya 171,66 3.2.3. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 17,51 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Data diolah Aset daerah merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah,memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah maupun masyarakat di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu, serta dapat diukur dalam bentuk uang.Pertumbuhan rata-rata jumlah aset daerah Pemerintah Kabupaten Tanah Datar selama 2010-2015 mencapai 9,40. Aset daerah terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset lainnya. Aset lancar yang terdiri dari kas, piutang, persediaan dan investasi jangka pendek mengalami pertumbuhan rata-rata mencapai 21,94. Sedangkan untuk aset tetap, rata-rata pertumbuhannya mencapai 21,68. Aset tetap tersebut berupa tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya, konstruksi dalam pengerjaan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan aset daerah tidak hanya dari penambahan atau mutasi aset hasil pembelian tiap tahun, tetapi juga dari hasil identifikasi aset daerah baik dalam bentuk hibah dari pemerintah maupun dari masyarakat. Kewajiban memberikan informasi tentang utang pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan RPJMD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016 – 2021 III - 127 pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dalam kurun waktu 2010-2015 dengan rata-rata sebesar 61,16 yang didominasi oleh utang jangka pendek lainnya. Ekuitas Dana merupakan selisih antara aset dengan kewajiban pemerintah daerah. Ekuitas dana meliputi ekuitas dana lancar dan ekuitas dana investasi. Ekuitas Dana Pemerintah Kabupaten Tanah Datar selama kurun waktu 5 tahun mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 9,43. Berdasarkan data neraca Tabel 3.3, maka dapat digambarkan Analisis Rasio Keuangan Kabupaten Tanah Datar sebagaimana Tabel 3.4 : Tabel 3.4 Analisis Rasio Keuangan NO Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Rasio lancar current ratio 39,10 13,67 6,58 6,04 12,11 32,82 2 Rasio quick quick ratio 36,17 12,60 6,14 5,76 11,45 28,56 3 Rasio total hutang terhadap total aset 0,0022 0,01 0,02 0,02 0,01 0,0049 4 Rasio hutang terhadap modal 0,0022 0,01 0,02 0,02 0,01 0,0049 5 Rata-rata umur piutang 1,98 Hari 1,88 Hari 1,39 Hari 2,40 Hari 4,56 Hari 4,60 Hari Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Data diolah Berdasarkan tabel Analisis Rasio Keuangan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Rasio lancar current ratio adalah aktiva lancar dibagi kewajiban jangka pendek yang menggambarkan kemampuan daerah untuk memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo cukup likuid yang berarti setiap Rp.1,- kewajiban jangka pendek dapat dijamin senilai Rp.39,10 pada tahun 2010 dan terakhir pada tahun 2015 dan Rp.32,82. b. Rasio quick quick ratio adalah aktiva lancar diluar persediaan dibagi kewajiban jangka pendek yang menggambarkan kemampuan daerah untuk memenuhi kewajiban setiap saat jatuh tempo. Quick ratio lebih likuid dibandingkan Rasio lancar current ratio karena tidak memperhitungkan persediaan. Berdasarkan perhitungan quick rasio tersebut diatas bahwa untuk Rp.1 kewajiban jangka pendek dapat dijamin senilai Rp.36,17 pada tahun 2010 dan terakhir Rp 28,56 pada tahun 2015. RPJMD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016 – 2021 III - 128 c. Rasio total hutang terhadap total aset yaitu perbandingan total hutang dengan total aset, dapat digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Pada tabel 3.3 menunjukkan bahwa rata-rata rasio total hutang terhadap total aset adalah 0,0022 pada tahun 2010 dan terakhir 0,0049 pada tahun 2015. Hal ini menunjukan bahwa total kewajiban Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dapat ditutupi oleh total aset Pemerintah Kabupaten Tanah Datar. d. Rasio hutang terhadap modal yaitu perbandingan total hutang dengan total ekuitas, dapat digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata rasio total hutang terhadap modal adalah 0,0022 pada tahun 2010 dan terakhir 0,0049 pada tahun 2015. Hal ini menunjukan bahwa ekuitas dapat menjamin total hutang. e. Rata-rata umur piutang Pemerintah Kabupaten Tanah Datar tahun 2010 selama 1,98 hari dan terakhir pada tahun 2015 menurun menjadi 4,60 hari. Hal ini berarti kemampuan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar merubah lamanya piutang menjadi kas dalam waktu yang lebih panjang pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2010. 3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu 2010-2015 Pengelolaan keuangan daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjalankan roda pemerintahan, oleh karena itu pengelolaan keuangan daerah selalu berkembang sesuai dengan tuntutan publik menginginkan pengelolaan keuangan daerah semakin transparan dan akuntabel, untuk itu pengelolaan keuangan disesuaikan dengan perkembangan program-program pemerintah daerah yang sudah ditetapkan menjadi Prioritas dalam pembangunan daerah. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan tersebut diperlukan adanya keterpaduan dan sinkronisasi antar kegiatan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD dengan tetap memperhatikan tugas pokok, dan fungsi yang melekat pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD.

A. Pengelolaan Pendapatan Daerah

Dalam konteks keuangan daerah, yang dimaksud dengan pendapatan daerah adalah hak-hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, didapat dari sumber penerimaan RPJMD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016 – 2021 III - 129 pendapatan daerah, secara garis besar mencakup pendapatan asli daerah, pendapatan dari dana perimbangan pusat, dan provinsi serta lain-lain pendapatan yang sah. Kebijakan perencanaan pendapatan daerah diupayakan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, yang diarahkan pada usaha terus menerus dan berkelanjutan sehingga pada akhirnya diharapkan akan dapat memperkecil ketergantungan terhadap sumber pendapatan dari pemerintah pusat, diupayakan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi objek pajak dan retribusi khususnya dari PAD secara keseluruhan umumnya.

B. Pengelolaan Belanja Daerah

Belanja daerah berdasarkan kelompok belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait langsung dengan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun termasuk jenis belanja tidak langsung adalah belanja pegawai gaji dan tunjangan, belanja bunga, bunga subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Belanja langsung adalah belanja yang terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan dan dapat diukur dengan capaian prestasi kerja atau kinerja yang telah ditetapkan, atau hasil yang ingin dicapai. Belanja langsung ini terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah disusun dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Belanja daerah akan dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten, terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Kebijakan Belanja diarahkan dalam bentuk : a. Pemenuhan belanja pegawai dan mengantisipasi kenaikan gaji PNS. b. Mengalokasikan anggaran secara proporsional untuk pemenuhan prioritas pembangunan yang tersebar pada urusan wajib dan urusan pilihan. c. Pemecahan terhadap masalah mendesak antara lain penanganan bencana alam dan kerawanan sosial. d. Memprioritaskan program dan kegiatan yang belum dapat diselesaikan pada tahun anggaran sebelumnya. RPJMD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016 – 2021 III - 130 e. Mempercepat capaian target-target program dan kegiatan yang merupakan agenda nasional. Selain itu juga harus memperhitungkan belanja yang harus dilaksanakan oleh masing-masing SKPD untuk operasional pelaksanaan tupoksinya masing-masing seperti listrik, air, telepon, honorarium PTT, Rapat-rapat koordinasi, pemeliharaan peralatanperlengkapan kantor dan kendaraan, dll yang penggunaannya harus mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas anggaran. Dalam menetapkan kebijakan Belanja Daerah, Pemerintah Daerah tetap mengacu kepada urusan Pemerintahan Daerah dan Tupoksi SKPD.

C. Pembiayaan

Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran atau penggunaan dari surplus anggaran. Kebijakan umum pembiayaan daerah untuk Tahun Anggaran berkenaan, sebagian besar masih berasal dari dana kegiatan-kegiatan yang belum terlaksana pada Tahun Anggaran sebelumnya dan efisiensi belanja. .

3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran