Kerangka Berfikir KAJIAN PUSTAKA

78 Pendekatan Gestalt diharapkan dapat meningkatkan penyesuaian diri siswa di sekolah lebih efektif dan optimal sehingga siswa baru di sekolah akan lebih mudah menyesuaikan diri di lingkungan sekolahnya yang baru.

F. Kerangka Berfikir

Beberapa siswa di SMP N 1 Kalimanah sulit menyesuaikan diri di masa peralihan dari SD ke SMP. Siswa mengalami kesulitan berkomunikasi dengan teman di kelas maupun di lingkungan sekolah. Seorang siswa terlihat melanggar peraturan sekolah, hal itu dikarenakan dirinya tidak mau dikucilkan oleh teman-temannya, sehingga cenderung lebih mendengarkan apa kata teman-temannya daripada kata hatinya sendiri. Siswa lainnya terlihat tidak menjalin hubungan dengan warga sekolah lainnya, siswa tersebut merasa takut dan tidak ingin dikatakan cari muka, sok kenal, dan sebagainya. Oleh sebab itu siswa tersebut lebih memilih untuk tetap berteman dengan temannya yang dikenal sewaktu SD. Hal tersebut memerlukan pemecahan masalah agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Pada lingkungan sekolah, perlu adanya pemecahan masalah yang dilakukan oleh guru BK yaitu dengan menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan Gestalt. Pada dasarnya, terapi Gestalt menurut Jeanette Murad Lesmana 2005 menekankan pada “apa” dan “bagaimana” dari pengalaman masa kini untuk membantu individu menerima perbedaan- perbedaan mereka. Konsep pentingnya adalah holisme, proses pembentukan 79 figur, kesadaran, unfinished business dan penolakan, kontak dan energi. Selain itu, gestalt juga menekankan pada pentingnya tanggung jawab diri. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lilik Yuni Setyawati 2004, menyebutkan bahwa layanan konseling kelompok dalam meningkatkan penyesuaian diri di sekolah cukup baik. Hasil dari penelitian Lilik adalah dari 6 siswa, terdapat 5 siswa yang sudah mengalami peningkatan dan satu siswa yang masih belum mengalami peningkatan penyesuaian diri. Layanan konseling kelompok ini pun dilakukan tanpa menggunakan pendekatan Gestalt. Proses konseling kelompok dengan pendekatan Gestalt menggunakan proses yang hampir sama seperti dilakukan pada penelitian Lilik Yuni Setyawati. Yaitu dengan membuat sebuah kelompok dengan anggota siswa yang mengalami masalah dengan penyesuaian dirinya di sekolah. Perbedaannya, pada layanan konseling kelompok dengan pendekatan Gestalt adalah layanan konseling ini menggunakan teknik empty chair. Oleh karena itu, layanan konseling kelompok dengan pendekatan Gestalt dipilih karena dirasakan dapat meningkatkan penyesuaian diri siswa di sekolah dengan lebih efektif dan juga efisien. Pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan Gestalt dilakukan dengan melibatkan siswa yang mengalami masalah penyesuaian diri. Layanan konseling kelompok dengan pendekatan Gestalt menggunakan teknik “The Dialogue Experiment” dilakukan dengan permainan peran. Bermain peran menjadi teknik yang esensial dalam konseling gestalt. Salah 80 satu bentuk bermain peran yang paling awal digunakan adalah psikodrama. Bentuk permainan peran yang paling sering digunakan adalah “kursi kosong” empty chair untuk format konseling individual, dan “berkeliling” making around untuk format konseling kelompok. Seperti yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh Ela Mariyana Sari 2014 di kelas XI SMK Tamansiswa Kudus Tahun Ajaran 2013 2014, penelitian ini menggunakan pendekatan Gestalt. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa dalam konseling Ela Mariyana Sari 2014 menggunakan teknik the dialogue experiment dan empty chair. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan penerapan pendekatan Gestalt dengan teknik empty chair dapat membantu anak membangun pola komunikasi dengan orang tua yang mana hal ini sangat dibutuhkan dalam penyesuaian diri siswa. Selain itu, sangat jelas bahwa dengan pendekatan Gestalt mampu meningkatkan efektivitas dalam layanan konseling. Pada penelitian ini layanan konseling dilakukan dengan cara siswa memerankan dirinya sendiri dan peran orang lain atau beberapa aspek kepribadiannya sendiri yang dibayangkan dudukberada di kursi kosong, yakni permainan topdogunderdog. Permainan topdogunderdog, yakni menempatkan suatu individu untuk menceramahi, mendorong, dan mengancam bagian diri yang lain dalam rangka menuju “perilaku baik”. Topdog membuat penilaian dan mengatakan kepada underdog tentang bagaimana seharusnya ia berpikir, merasa, atau bertindak. Topdog dapat 81 diibaratkan kata hati atau superego dalam konsep psikoanalisa. Di sisi lain underdog cenderung untuk menurut dan senang meminta maaf tetapi tidak sungguh-sungguh untuk berubah. Dengan cara ini, peneliti meminta salah satu siswa untuk duduk di kursi menjadi under dog di mana under dog adalah pihak yang lemah, defensif, membela diri, tidak berdaya, dan tidak berkuasa, kemudian siswa lainnya di kursi satunya sebagai top dog di mana top dog adalah pihak yang berkuasa, otoriter, moralistik, menuntut, berlaku sebagai majikan, dan manipulatif, begitupun hingga semua siswa yang mengikuti konseling kelompok selesai memerankan perannya masing-masing. Layanan konseling kelompok dengan pendekatan Gestalt menggunakan teknik empty chair dilakukan untuk membuat siswa mengeksternalisasi introyeksi mekanisme pertahanan di mana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain ke dalam egonya sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai efektifitas dari konseling kelompok dengan pendekatan Gestalt dalam upaya meningkatkan penyesuaian diri siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Kalimanah.

G. Hipotesis Penelitian