86
Dari data pada tabel di atas, jumlah siswa yang berada kategori rendah adalah sebanyak 19 siswa. Namun dalam pelaksanaannya,
karena suatu keterbatasan situasi dan kondisi pada saat itu, sampel yang didapat adalah sebanyak 10 siswa dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3. Daftar Sampel Penelitian
No. Kelompok
Nama Inisial
LP Skor
pre- test
Kategori
1
Kelompok Eksperimen
S L
53 Rendah
2
Kelompok Eksperimen
FNO P
55 Rendah
3
Kelompok Eksperimen
RAF L
54 Rendah
4
Kelompok Eksperimen
IR P
53 Rendah
5
Kelompok Eksperimen
BSA L
55 Rendah
6
Kelompok Kontrol
RIR P
55 Rendah
7
Kelompok Kontrol
TTR L
55 Rendah
8
Kelompok Kontrol
IDJ L
54 Rendah
9
Kelompok Kontrol
AYV P
55 Rendah
10
Kelompok Kontrol
RAN L
54 Rendah
Rata-Rata Skor Pre-test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
54,3 Rendah
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Kalimanah yang
beralamat di Jalan May. Jend. Sungkono, Kalimanah, Purbalingga. 2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada 22 Februari 2015 sampai dengan 19 Januari 2016.
87
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian suatu penelitian Suharsimi Arikunto, 2006: 118. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis variabel. Variabel tersebut adalah :
a. Variabel bebas X. Variabel bebas X adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Pada penelitian ini sebagai variabel bebas adalah konseling
kelompok dengan pendekatan Gestalt. b. Variabel terikat Y.
Variabel terikat Y adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini
yang menjadi variabel terikat adalah penyesuaian diri siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas X yaitu konseling kelompok dengan pendekatan Gestalt dan variabel terikat Y yaitu
penyesuaian diri siswa kelas VII SMP N 1 Kalimanah.
Gambar 1. Pengaruh Variabel Layanan konseling
kelompok dengan pendekatan Gestalt
Variabel bebas X Penyesuaian diri siswa
Variabel terikat Y
88
E. Desain Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain quasi eksperimen. Dalam desain quasi eksperimen ini terdapat dua bentuk desain yaitu time-
series design dan non-equivalent control group design. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan non-equivalent control group design karena pada
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random Sugiyono, 2010:116. Selain itu, pada non-equivalent
control group design terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebagai pembeda antara subjek dengan treatment dan subjek tanpa treatment
yang mana kelompok kontrol merupakan data dasar base line. Desain nonequivalent control group design dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Desain non-equivalent control group design
Keterangan :
O1 : kelompok ekperimen
O2 : kelompok eksperimen setelah diberi treatment
O3 : kelompok kontrol
O4 : kelompok kontrol yang tidak diberi treatment
X : pemberian treatment
O1 X
O2 O3
O4
89
Stephen Issaq 1982: 76, validitas eksperimen dari desain di atas menunjukkan bahwa dalam penelitian ini terdapat validitas internal dan juga
eksternal. Validitas internal yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah contemporary history, maturations processes, pretesting procedures,
measuring instruments, differential selection of subjects, dan experimental mortality. Validitas internal yang tidak terdapat pada penelitian ini adalah
statistical regression. Pada validitas eksternal terdapat beberapa yang tidak ada pada penelitian ini antara lain adalah interaction of selection and X, dan
reactive experimental procedures. Dalam penelitian ekperimen terdapat prosedur atau tahapan yang perlu
dilakukan. Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari 2 tahap yaitu persiapan ekperimen dan eksperimen..
1. Persiapan Eksperimen a. Penyusunan skala penyesuaian diri
Penyusunan skala penyesuaian diri ini diambil dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya tentang penyesuaian diri. Kisi-
kisi tersebut didapat dari pembahasan tentang penyesuaian diri pada bab sebelumnya yang kemudian dijabarkan menjadi beberapa
sub variabel dan dijabarkan lagi menjadi indikator. Dari indikator tersebut, dijabarkan lagi menjadi deskriptor yang menjadi inti pada
setiap item yang disajikan.
90
b. Penentuan sampel Pada tahap ini, peneliti menggunakan purposive sampling
untuk memilih sampel. Menurut Sugiyono 2010: 218, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu.
Sebagai pertimbangan,
peneliti menggunakan pertimbangan dari hasil observasi yang telah
dilakukan pada sebelumnya, yaitu penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kalimanah yang masih kurang serta hasil dari
pretest yang telah dilakukan. Dalam penentuan jumlah sampel, peneliti mengambil siswa
kelas VII sebagai sampel dengan ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam hal ini, sampel yang digunakan adalah 10
siswa yang termasuk ke dalam kategori rendah. 2. Eksperimen
a. Tes awal atau pre-test Pre-test dilakukan guna mengetahui tingkat penyesuaian diri
siswa kelas VII SMP N 1 Kalimanah. Tes ini dilakukan pada tanggal 15, 16, dan 17 Desember 2015. Dari pre-test tersebut
didapat hasil berdasarkan kategori dengan rincian sebagai berikut.
91
Tabel 4. Skor Pre-test
Kelas Tinggi
Sedang Rendah
VII A 7
27 2
VII B 6
29 1
VII C 6
28 2
VII D 4
29 3
VII E 4
30 2
VII F 3
28 5
VII G 4
31 1
VII H 5
28 3
Jumlah 39
230 19
b. Pemberian treatment Pemberian treatment kepada kelompok eksperimen dilakukan
menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan oGestalt. Pemberian treatment pada penelitian ini menggunakan
aspek-aspek penyesuaian diri yang telah disebutkan sebelumnya. Aspek-aspek penyesuaian diri tersebut adalah persepsi terhadap
realitas, kemampuan mengatasi stres dan kecemasan, gambaran diri yang positif, kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik,
dan memiliki hubungan interpersonal yang baik. Pada penelitian ini, treatment dilakukan 2 kali dalam seminggu. Treatment ini
dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan rincian pertemuan pertama terdapat 2 sesi konseling kelompok, pertemuan kedua
terdapat 2 sesi konseling kelompok, dan pertemuan ketiga terdapat 1 sesi konseling kelompok.
Sebelum memulai treatment, peneliti memberikan penjelasan mengenai treatment yang akan diberikan. Dalam hal ini, peneliti
92
menjelaskan mengenai tahapan-tahapan dan batasan-batasan yang dilakukan selama treatment berlangsung. Tahapan-tahapan tersebut
adalah sebagai berikut: 1. Peneliti atau yang bertindak sebagai konselor menyiapkan 2
kursi yang digunakan konseli selama treatment yang akan digunakan untuk bermain peran. 1 kursi untuk konseli dan
kursi lainnya untuk peran yang akan dilakukan oleh konseli. 2. Dalam konseling kelompok dengan teknik empty chair ini,
anggota kelompok yang berperan sebagai penanya harus bertanya sesuai dengan bahasan masalah yang dialami konseli
dan konseli harus menjawab pertanyaan tersebut dengan sejujur-jujurnya. Dalam hal ini, setiap pertanyaan dari anggota
akan diawasi oleh konselor atau peneliti. 3. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses
konseling berlangsung, yaitu: a. Konseli diminta untuk mengidentifikasikan kekurangan dan
kelebihan yang terdapat pada diri konseli. b. Konselor memberitahukan aturan main dari permainan
peran tersebut. c. Konseli diminta untuk bisa menghadapi suatu situasi di
mana dan kapan konseli harus berperan sebagai top dog dan under dog.
93
d. Anggota konseling kelompok membantu peran konselor dalam bertanya.
e. Saat bermain peran dalam teknik empty chair, konseli diminta untuk benar-benar memainkan perannya sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya. f. Setelah
permainan selesai,
konseli diminta
untuk memikirkan dan merenungkan perasaan yang dialaminya
selama proses konseling. g. Mengevaluasi keberhasilan dalam pengungkapan perasaan
konseli. Dengan treatment seperti ini, diharapkan konseli mampu
memahami masalah yang dihadapi dengan solusi yang didapat selama treatment dan mampu mengekspresikan emosi dan
perasaan konseli. c. Post-test
Post-test ini diberikan setelah pemberian treatment dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan konseling kelompok dengan
pendekatan Gestalt terhadap penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kalimanah. Dalam hal ini, post-test dilakukan pada
tanggal 19 Januari 2016 kepada sampel. Setelah dilakukan treatment, didapat hasil post-test sebagai berikut.
94
Tabel 5. Skor Post-test
No. Kelompok
NamaInisial L
P Skor
Post-
test Kategori
1
Kelompok Eksperimen
S L
73 Sedang
2
Kelompok Eksperimen
FNO P
75 Sedang
3
Kelompok Eksperimen
RAF L
84 Tinggi
4
Kelompok Eksperimen
IR P
76 Sedang
5
Kelompok Eksperimen
BSA L
85 Tinggi
6
Kelompok Kontrol
RIR P
56 Sedang
7
Kelompok Kontrol
TTR L
55 Rendah
8
Kelompok Kontrol
IDJ L
55 Rendah
9
Kelompok Kontrol
AYV P
56 Sedang
10
Kelompok Kontrol
RAN L
55 Rendah
Rata-Rata Skor Post-test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
67 Sedang
F. Teknik Pengumpulan Data