56
chair memiliki karakteristik seperti, menekankan pada kesadaran diri sendiri, penyelesaian menggunakan aspek apa dan bagaimana, dilakukan
dengan mengutamakan
permainan dialog
antara konseli
yang menggambarkan kekuatan dirinya dengan tuntutan-tuntutan yang
didapatnya dari orang-orang yang penting, dan meningkatkan kesadaran individu secara penuh dengan mengajak individu mengalami kembali apa
yang sebelumnya tidak ingin dialami atau diingkari. Sehingga teknik ini dirasa cocok bagi anak remaja awal yang mana kondisi emosinya masih
kurang stabil sehingga perlu bimbingan agar tidak mengalami penyimpangan dalam interaksi sosial dan kehidupan pribadinya.
6. Konselor Gestalt
Konselor adalah seorang yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling dan konselor merupakan tenaga professional.
Menurut Perls Corey, 2010: 128 pada pelaksanaan konseling dengan pendekatan Gestalt, konselor membiarkan konseli menemukan sendiri
potensi-potensinya yang hilang. Selain itu konselor menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan dengan jalan mengonfrontasikan konseli
kepada titik tempat konseli menghadapi suatu putusan apakah akan atau tidak
akan mengembangkan
potensi-potensinya. Konselor
juga memberikan perhatian pada bahasa tubuh konselinya. Isyarat-isyarat
nonverbal dari konseli menghasilkan informasi yang kaya bagi konselor sebab isyarat-isyarat itu sering menyakiti perasaan-perasaan konseli yang
57
konseli sendiri tidak menyadarinya. Konselor juga bertugas untuk mengarahkan konseli agar konseli memperoleh kesadaran dari satu
peristiwa ke peristiwa lain. Mendorong konseli untuk memiliki tanggungjawab atas dukungan pribadi bukan atas dukungan orang lain.
Triantoro Safaria 2005:10 menyebutkan bahwa konselor yang kompeten adalah konselor yang memahami batas dari kemampuannya.
Bagi konselor sangat penting untuk memahami batasan dari kemampuan, keahlian dan pengalamannya sehingga konselor mampu memutuskan
konseli mana yang lebih cocok untuk mendapatkan terapi Gestalt. Konselor juga disarankan untuk tidak menangani konseli yang mempunyai
permasalahan dan pengalaman yang sama dengan dirinya. Adapun peran konselor menurut Gudnanto 2012. Dalam
pendekatan teori Gestalt ini, dijelaskan bahwa peran konselor adalah : a. Memfokuskan pada perasaan klien, kesadaran pada saat yang sedang
berjalan, serta hambatan terhadap kesadaran. b. Menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera mereka
sepenuhnya dan berhubungan dengan pesan-pesan tubuh mereka. c. Menaruh perhatian pada bahasa tubuh klien, sebagai petunujuk non
verbal. d. Secara halus berkonfrontasi dengan klien guna untuk menolong
mereka menjadi sadar akan akibat dari bahasa mereka. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa konselor yang akan melaksanakan konseling dengan pendekatan
58
Gestalt harus memahami berbagai teknik dalam membantu konseli. Konselor juga harus mampu memutuskan konseli mana yang lebih cocok
untuk mendapatkan terapi Gestalt. Tugas konselor dalam konseling dengan pendekatan Gestalt adalah membiarkan konseli menemukan
sendiri potensi-potensinya yang hilang. Selain itu konselor menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan dengan jalan mengonfrontasikan
konseli kepada titik tempat dia menghadapi suatu putusan apakah akan atau tidak akan mengembangkan potensi-potensinya. Konselor juga
memberikan perhatian pada bahasa tubuh konselinya. Konselor juga bertugas untuk mengarahkan konseli agar konseli memperoleh kesadaran
dari satu peristiwa ke peristiwa lain. Mendorong konseli untuk memiliki tanggungjawab atas dukungan pribadi bukan atas dukungan orang lain.
7. Konseli Gestalt