Karakteristik penyesuaian diri Kajian Mengenai Penyesuaian Diri

24 menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk individu yang sulit menyesuaikan diri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri meliputi keadaan fisik, perkembangan dan kematangan, psikologis, lingkungan, serta religiusitas dan kebudayaan.

6. Karakteristik penyesuaian diri

Menurut Sugeng Haryadi, dkk 2003: 67-69 terdapat beberapa karakteristik penyesuaian diri yang positif, diantaranya : a. Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan di samping kelebihan-kelebihannya. Individu tersebut mampu menghayati kepuasan terhadap keadaan dirinya sendiri, dan membenci apalagi merusak keadaan dirinya betapapun kurang memuaskan menurut penilaiannya. Hal ini bukan berarti bersikap pasif menerima keadaan yang demikian, melainkan ada usaha aktif disertai kesanggupan mengembangkan segenap bakat, potensi, serta kemampuannya secara maksimal. Dengan kata lain, individu menggali kemampuan- kemampuan khusus dalam diri, dan kemudian dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri. Sunarto Hartono, 2006 25 b. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif. Sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan. Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki ketajaman dalam memandang realita, dan mampu memperlakukan realitas atau kenyataan secara wajar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dirinya dalam berperilaku selalu bersikap mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula dirinya mau menerima feedback dari orang lain. c. Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi. Kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif diluar dirinya. Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan seserng untuk tidak menyia-nyiakan kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan hal-hal yang jauh di luar jangkauan kemampuannya. Hal ini terjadi perimbangan yang rasional antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya, sehingga timbul kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. d. Memiliki perasaan yang aman dan memadai. Individu yang tidak lagi dihantui oleh rasa cemas ataupun ketakutan dalam hidupnya serta tidak mudah dikecewakan oleh keadaan sekitarnya. Perasaan aman mengandung arti pula bahwa orang tersebut mempunyai harga diri yang mantap, tidak lagi merasa terancam dirinya oleh lingkungan dimana ia berada, dapat menaruh kepercayaan terhadap 26 lingkungan dan dapat menerima kenyataan terhadap keterbatasan maupun kekurangan-kekurangan dan lingkungannya. e. Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran. Karakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaan di luar dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginannya. f. Terbuka dan sanggup menerima umpan balik. Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersikap dan berbicara atas dasar kenyataan sebenarnya, ada kemauan belajar dari keadaan sekitarnya, khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya. g. Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi. Hal ini tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain, yakni tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempunyai pengertian yang dalam dan sikapnya yang wajar. h. Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Individu diharapkan selaras dengan hak dan kewajibannya, sehingga bertindak dengan norma yang berlaku. i. Individu mampu mematuhi dan melaksanakan norma yang berlaku. Individu mematuhi dan melaksanakan norma tanpa adanya paksaan dalam setiap perilakunya. Sikap dan perilakunya selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan norma, dan atas keinsyafan sendiri. 27 Berdasarkan pendapat Sugeng Haryadi, dkk, karakteristik penyesuaian diri yang positif diantaranya adalah memiliki kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya, mempunyai kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif, memiliki kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, individu mampu mematuhi dan melaksanakan norma yang berlaku, individu diharapkan selaras dengan hak dan kewajibannya, sehingga bertindak dengan norma yang berlaku, individu mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi, individu terbuka dan sanggup menerima umpan balik, memiliki rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran, memiliki perasaan yang aman dan memadai. Penyesuaian diri ada pula yang bersifat negatif. Penyesuaian diri yang bersifat negatif terdiri atas bentuk reaksi bertahan, reaksi meyerang, dan reaksi melarikan diri dari kenyataan, dan penyesuaian yang potologis. Yusuf Nurihsan 2012 :212 menjelaskan : a. Reaksi bertahan diri defence reaction Reaksi bertahan diri yaitu dimana individu berusaha untuk menutupi kegagalan dan kekecewaan walaupun sebenarnya individu tersebut mengalaminya. Bentuk raksi bertahan ini antara lain : 1 Konpensasi, yaitu menutupi kelemahan dalam suatu hal dengan cara mencari kepuasan dalam bidang lain. 28 2 Sublimasi, yaitu menutupi atau mengganti suatu kelemahan atau kegagalan dengan cara berkeinginan mendapatkan pengakuan dari masyarakat. 3 Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan individu kepada pihak lain. b. Reaksi menyerang aggressive reaction Yaitu usaha untuk menutupi kegagalan dan tidak mau menyadarinya dengan tingkah laku yang bersifat menyerang. Menurut H. Sunarto dan B. Agung Hartono Rumini Sundari, 2004:69, reaksi yang muncul antara lain, senang membenarkan diri sendiri, senang mengganggu orang lain, menggertak dengan ucapan atau perbuatan, menunjukan sikap permusuhan secara terbuka, keras kepala, balas dendam, dan marah secara sadis. c. Reaksi melarikan diri escape reaction Yaitu usaha untuk menjauh dari situasi yang menimbulkan kegagalan atau lari dari kenyataan. Bentuk dari reaksi melarikan diri yaitu, berfantasi atau melamun, banyak tidur atau tidur yang potologis yaitu kebiasaan tidur yang tidak terkontrol narcolepcy, meminum minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu narkotika, dan regresi. d. Penyesuaian diri yang potologis Yaitu penyesuaian diri yang mana individu mendapat perawatan khusus dan bersifat klinis bahkan perlu mendapat perwatan di rumah sakit hospitalized. Yang termasuk ke dalam penyesuaian potologis 29 yaitu, “neurosis” dan “psikosis”, yaitu jika individu gagal dalam penyesuaian diri, individu tersebut akan sampai pada situasi salah usai. Gejala salah usai ini akan dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau kelainan dalam bertingkah laku.

B. Kajian Tentang Layanan Konseling Kelompok