produksi dan distribusi air untuk meningkatkan kualitas kuantitas air dan cakupan pelayanan. Kenyataannya besar investasi pada kenyataannya tidak diikuti dengan
perkembangan pengelolaan air PAM Jaya. Laju pertumbuhan produksi air PAM Jaya setelah privatisasi hanya sebesar 0,63 per tahun Tabel 9 sementara laju UFW
menunjukkan pertumbuhan yang negatif sebesar -2,05 per tahun Tabel 11. Hal ini berarti tingkat air hilang masih relatif tinggi dan menyebabkan hilangnya pendapatan
PAM Jaya. Dari jumlah pelanggan pun dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan masa
sebelum privatisasi sebesar 9,11 per tahun Tabel 12 jauh lebih tinggi dari kondisi setelah privatisasi yang hanya sebesar 4,84 per tahun. Sementara itu laju air PAM jaya
terjual pun hanya 3,79 per tahun Tabel 10. Dari sisi perkembangan kualitas air baik secara kimiafisik maupun bakteriologis, masih adanya keluhan dari pelanggan ditandai
dengan uji kualitas air bersih PAM Jaya Tabel 14. Dengan demikian, besarnya investasi mitra swasta untuk meningkatkan pengelolaan air belum dapat memberikan pengaruh
yang besar terhadap perbaikan PAM Jaya, baik dalam proses produksi maupun proses distribusi.
6.2.2. Pendapatan Usaha PAM Jaya dan Biaya Imbalan Mitra Swasta
Neraca Keuangan dan Laporan LabaRugi PAM Jaya yang dianalisis dari tahun 1998 hingga 2007, karena setelah tahun 2007 data keuangan PAM Jaya belum selesai
diaudit. Kemudian diambil data-data tertentu yang akan dianalisis, yaitu seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 18. Perkembangan Pendapatan Usaha PAM Jaya dan Biaya Imbalan Mitra Swasta dalam Pengelolaan Air PAM Jaya serta Pendapatan Usaha
PAM Jaya Tahun 1998-2007
Tahun Biaya Imbalan yang
diterima Palyja dan TPJAetra
milyar Rp
Pendapatan Usaha PAM Jaya
milyar Rp LabaRugi
PAM Jaya milyar Rp
1998 269,24 343,72
85,10
1999 708,29 401,26
312,02
78
2000 647,41 433,80
439,64
2001 673,93 569,58
420,99
2002 726,14 658,07
406,90
2003 869,49 855,88
217,89
2004 970,37 1.188,58
6,70
2005 1.138,34 1.355,87
26,34
2006 1.304,23 1.578,94
91,27
2007 1.429,40 1.736,88
102,01
Total 8.736,80 9.122,58
Sumber : PAM Jaya, 2009
Perhitungan biaya imbalan air rebasing dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti tarif berdasarkan tingkat kemampuan atau daya beli masyrakat, penetapan tarif
oleh Pemda DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta, perbedaan persoalan di masing-masing wilayah kerja sama, pembekuan tarif air selama krisis moneter 1997-2001, biaya tenaga
ahli, bantuan teknis, dan lainnya. Mitra swasta dibayar dari pendapatan air yang juga digunakan untuk kebutuhan biaya PAM Jaya, biaya Badan Regulator, dan Pemda DKI
Jakarta. Pembayaran kepada mitra swasta diberikan dalam bentuk imbalan air Rpm
3
. Besaran imbalan air ditetapkan oleh volume air dikalikan volume air tertagih dalam bulan
yang bersangkutan. Sesuai dengan PKS 1997, hasil pembayaran air oleh pelanggan tidak seluruhnya
diterima PAM Jaya, tapi dibagi dengan mitra swasta yaitu Palyja dan TPJAetra dengan persentase hasil yang telah disepakati sebelumnya. Pembagian ini bertujuan untuk
menutupi seluruh biaya operasional mitra swasta, baik proses produksi maupun distribusi. Namun hasil yang diterima dari pembayaran air ini tidak dapat mengganti seluruh biaya
pengelolaan air, karena air yang terjual masih lebih kecil dari air yang diproduksi keseluruhan. Adanya ketimpangan yang cukup besar antara jumlah pendapatan usaha
PAM Jaya dengan biaya imbalan yang harus dibayarkan kepada mitra swasta menyebabkan terjadinya kerugian atau defisit pada penerimaan PAM Jaya.
6.2.3. Analisis Keuangan PAM Jaya