2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pelaksanaan dan dampak kerjasama antara PAM Jaya dengan mitra asing swasta telah banyak dilakukan, hal ini terlihat dalam Bakara 2001 dan
Triastuti 2006. Ariestis 2004, Kusuma 2006, dan Tobing 2006 telah meneliti kebijakan tarif yang diberlakukan oleh PDAM dan dampaknya pada masing-masing
PDAM.
Bakara 2001 melakukan penelitian dengan judul “Aliansi Strategi PAM Jaya dengan Mitra Asing”. Tujuan penelitian ini adalah sebagai gambaran akibat adanya
campur tangan pihak penguasa dalam penentuan kerjasama antara perusahaan lokal dengan mitra asing, serta memberikan suatu solusi terhadap konflik kerjasama yang sudah
terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan strategi aliansi sebagai alat menganalisis kerjasama yang dilakukan oleh PAM Jaya
dengan mitra swasta. Strategi aliansi merupakan suatu metode yang bisa digunakan dalam melakukan privatisasi terhadap perusahaan milik negara, penggunaan metode ini lebih
disebabkan prinsip terciptanya kondisi win-win solution dalam kerjasama antara pemerintah dengan swasta. Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa
aliansi antara PT Thames PAM Jaya dan PT PAM Lyonnaise Jaya dengan PAM Jaya dalam pengelolaan air bersih di DKI Jakarta kurang memberikan keuntungan baik bagi
pemerintah dari sisi pemasukan pajak dan Pendapatan Asli Daerah maupun dari pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini disebabkan karena adanya campur tangan
kekuasaan dalam pemilihan mitra serta proses kerjasamanya yang memungkinkan pihak swasta untuk menguasai pengelolaan air bersih secara utuh.
Triastuti 2006 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air PDAM DKI Jakarta Setelah Adanya Konsesi”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk 1 Mengidentifikasi struktur produksi PAM Jaya antara
37
sebelum dan sesudah adanya konsesi; 2 Mengestimasi fungsi biaya pengelolaan air bersih untuk melihat variabel-variabel yang berpengaruh terhadap total pengeluaran
PDAM DKI Jakarta; serta 3 Menganalisis manfaat dari adanya konsesi bagi PAM Jaya. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square OLS untuk menduga
parameter dari peubah-peubah biaya produksi meliputi biaya ekspansi dan biaya variabel, jumlah air bersih yang diproduksi, tingkat kebocoran dan juga dimasukkan
variabel dummy untuk membedakan laju peningkatan biaya antara sebelum dan sesudah adanya konsesi sehingga akan diketahui tingkat efisiensi dari adanya konsesi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan produksi yang dilakukan oleh PDAM DKI Jakarta lebih baik sebelum adanya konsesi dibandingkan setelah adanya
konsesi. Hasil analisis model biaya produksi PDAM DKI Jakarta dari 1992 hingga 2004 menunjukkan bahwa variabel yang nyata mempengaruhi biaya total pengelolaan adalah
peubah biaya variabel dan dummy konsesi. Analisis manfaat dan biaya PDAM DKI Jakarta setelah adanya konsesi memberikan hasil yang negatif. Dapat disimpulkan bahwa
konsesi yang dilakukan tidak memberi peningkatan efisiensi terhadap pengelolaan PDAM DKI Jakarta. Peran serta mitra swasta asing dalam pengelolaan air bersih untuk wilayah
DKI Jakata belum memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan efisiensi pengelolaan air bersih PDAM DKI Jakarta dan belum dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Tobing 2006 melakukan penelitian dengan judul “Penetapan Tarif Sebagai
Jaminan Investasi Pada Kerjasama Pemerintah-Swasta Dalam Pembangunan Infrastuktur Studi Kasus PT Thames PAM Jaya”. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana proses
penetapan tarif air minum pada umumnya, keterlibatan swasta dalam perjanjian konsesi kerjasama pada penetapan tarif, apakah penetapan tarif sebagai salah satu jaminan
ivestasi swasta di bidang air minum cukup memadai, serta apa yang akan terjadi dalam
38
kerjasama pemerintah-swasta ketika proyeksi tarif ternyata tidak terjadi secara aktual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan yang
bersifat yuridis-normatif atau penelitian normatif. Hasil penelitian menyebutkan bahwa ketika penetapan tarif tidak sesuai dengan investasi yang dilakukan TPJ, maka akan
timbul shortfall yang merupakan hutang PAM Jaya kepada TPJ. Perjanjian Konsesi memberikan hak kepada TPJ untuk memutuskan Perjanjian Kerjasama dengan tingkat
pengembalian yang tinggi, apabila Gubernur tidak dapat melaksanakan jaminannya terhadap hutang PAM Jaya.
Ariestis 2004 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Ekonomi Pengelolaan dalam Kerangka Kebijakan Pra dan Pasca Privatisasi”, studi kasus PAM DKI
Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi struktur produksi dan biaya pengelolaan sebelum dan sesudah privatisasi, mengestimasi fungsi biaya untuk melihat
variabel-variabel yang mempengaruhinya, dan mengetahui penetapan harga air yang tidak memberatkan masyarakat dan tidak merugikan PDAM. Hasil penelitian ini didapatkan
dari analisis regresi linear untuk mengetahui fungsi biaya, marginal cost pricing untuk penetapan harga air, dan evaluasi finansial melalui perhitungan tarif air PDAM. Hasil
pendugaan fungsi biaya menunjukkan biaya ekspansi, biaya variabel, dan jumlah air yang diproduksi berpengaruh nyata terhadap pembentukan total biaya pengelolaan air. Laju
pertumbuhan harga pokok produksi pada masa pra privatisasi lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan pada masa pasca privatisasi yang disebabkan oleh berkurangnya
air baku pada masa pasca privatisasi. Pada masa pra privatisasi pembentukan harga air berdasarkan marginal cost MC tidak menyebabkan defisit karena nilai MC lebih besar
daripada average cost AC, sedangkan pada masa pasca privatisasi terjadi sebaliknya. Evaluasi finansial terhadap susunan tarif air PDAM Jakarta menunjukkan susunan tarif
yang jauh lebih rendah daripada perhitungan tarif berdasarkan Instruksi Menteri Dalam
39
Negeri No. 8 Tahun 1998 pada beberapa kelompok pelanggan PDAM. Hasil akhir penelitian ini adalah penetapan harga air baik secara ekonomi dan finansial belum
memberikan susunan tarif yang sesuai dengan kondisi masyarakat DKI Jakarta dan belum menutupi seluruh biaya pengelolaan air full cost recovery tersebut.
Kusuma 2006 melakukan penelitian terhadap PDAM Kota Madiun dalam hal kebijakan peningkatan tarif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan kenaikan
tarif dipengaruhi oleh kenaikan tarif dasar listrik, harga bahan bakar minyak, dan tingkat inflasi. Komponen biaya pengelolaan, produksi air maupun jumlah pelanggan mengalami
pertumbuhan positif yang menunjukkan kondisi pengelolaan yang semakin membaik. Biaya variabel, biaya investasi, maupun jumlah produksi air berpengaruh nyata dengan
arah yang positif terhadap total biaya. Untuk penetapan tarif air baik secara ekonomi maupun finansial telah dapat memberikan susunan tarif yang sesuai bahkan mampu
mencapai full cost recovery. Kebijakan kenaikan tarif PDAM Kota Madiun mampu memberikan dampak positif berupa peningkatan penerimaan dan keuntungan.
40
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Operasional
Jumlah penduduk yang meningkat menyebabkan permintaan akan air semakin meningkat. Terutama untuk daerah padat penduduk seperti DKI Jakarta sebagai pusat
aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat. Banyaknya pembangunan industri dan infrastuktur untuk kebutuhan pertumbuhan ekonomi mengakibatkan semakin menurunnya
daya dukung lingkungan yang pada akhirnya menyebabkan ketersediaan air yang berasal dari air permukaan dan air tanah semakin menurun diikuti dengan menurunnya kualitas
air tersebut. PD PAM Jaya sebagai badan yang memberikan jasa pelayanan dan menyelenggarakan kemanfaatan di bidang air minum menghadapi kendala dalam
pelaksanaannya seperti tingkat kebocoran air yang tinggi, kualitas air yang masih rendah, distribusi air yang tidak merata, cakupan pelayanan masih terbatas, serta profitabilitas
PAM jaya yang masih rendah cenderung negatif. Keterbatasan-keterbatasan ini membuat PAM Jaya untuk melakukan privatisasi
dengan bekerja sama dengan perusahaan asing dengan tujuan utama untuk meningkatkan profitabilitas PAM Jaya dan perbaikan pelayanan. Kerjasama ini sudah berjalan hampir
setengah dari masa perjanjian selama 25 tahun dan dapat dikatakan kebutuhan akan air bersih masyarakat DKI Jakarta belum terpenuhi dan mitra PAM Jaya tersebut belum
dapat memenuhi perjanjian kerjasama yang disusun tahun 1997 walaupun ada peningkatan. Salah satu persyaratan utama agar perusahaan berada dalam keadaan profit
adalah harga atau tarif air lebih besar dari biaya produksi. Keadaan yang terjadi saat ini adalah tarif terus meningkat namun belum dapat menutupi biaya produksi. Pada akhirnya
kinerja dari PAM Jaya setelah mengalami privatisasi dipertanyakan. Selain itu dari sisi masyarakat, perlu juga dilihat bagaimana kepuasan pelanggan PAM Jaya terhadap
pelayanan yang diberikan termasuk kebijakan penetapan tarif yang mempengaruhi
41