xcvi menciptakan suasana senang dalam belajar dan menyingkirkan segala
ancaman dari suasana belajar. Dengan kondisi seperti ini peran siswa akan tampak lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Disamping memastikan agar siswa lebih banyak terlibat dalam belajar, ikatan emosional juga sangat mempengaruhi memori dan ingatan siswa akan
bahan pelajaran yang telah dipelajari.
2. Ada pengaruh perbedaan tingkat persepsi siswa pada mata pelajaran
matematika terhadap prestasi belajar program linier pada siswa kelas XII Program IPS Kabupaten Sukoharjo
Berdasarkan hasil analisis variansi dengan sel tidak sama untuk efek utama B persepsi siswa diperoleh F
hitung
= 92,728 F
0,05;2;214
= 3,04. Ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar program linier pada siswa kelas XII
Program IPS Kabupaten Sukoharjo ditinjau dari perbedaan tingkat persepsi siswa pada mata pelajaran matematika, yaitu persepsi siswa tinggi, sedang,
dan rendah. Dari hasil uji komparasi ganda dengan metode Scheffe diperoleh F
hitung
= 56,9921 2F
0,05;2;214
= 6,08, F
hitung
= 191,4689 2F
0,05;2;214
= 6,08, F
hitung
= 59,351 2F
0,05;2;214
= 6,08, yang berarti pula bahwa terdapat perbedaan rerata prestasi belajar program linier signifikan sebagai akibat
pengaruh persepsi yang tinggi, sedang dan rendah. Dengan melihat rerata masing-masing sel, diperoleh kenyataan bahwa siswa dengan tingkat persepsi
tinggi, sedang dan rendah yang menggunakan pendekatan flow masing-masing adalah 86,11; 74,12 dan 66,96, sedangkan yang menggunakan pendekatan
konvensional masing-masing adalah : 71,52; 65,79 dan 56,21, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan siswa dengan tingkat persepsi
xcvii tinggi akan mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada siswa yang
mempunyai persepsi sedang dan rendah, sedangkan siswa yang mempunyai persepsi sedang akan mendapatkan prestasi yang lebih baik dari pada siswa
ynag mempunyai persepsi rendah. Memperhatikan hasil analisis variansi di atas serta pendapat Tunner
1997 menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman masa lalu, perhatian dan sikap. Lebih lanjut dikatakan
kemampuan dan pengalaman masa lalu berhubungan langsung dengan rasa percaya diri siswa. Kepercayaan diri siswa sangat erat kaitannya dengan
keberhasilan belajar. Semakin sering memperoleh hasil yang baik dalam belajar, maka semakin tinggi rasa percaya dirinya. Begitu pula sebaliknya
semakin sering mengalami kegagalan maka rasa percaya diri ini semakin menurun. Apabila percaya diri menurun apa yang terjadi ? Siswa akan
menjadi takut belajar atau tidak mempunyai keberanian. Dengan kondisi seperti ini jelas tujuan belajar tidak akan tercapai.
Hal senada juga dikatakan Sarlito Wirawan Sarwono 1992 bahwa persepsi merupakan pemahaman yang aktif dimana memegang peranan bukan
hanya stimuli yang mengenai dirinya, tetapi juga karena ia sebagai suatu keseluruhan dengan pengalamannya, motivasinya dan sikap-sikap yang
relevan terhadap stimuli tersebut. Sikap pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan penilaian tentang sesuatu yang
membawa dirinya sesuai dengan penilaian itu. Jika orang memiliki penilaian yang kurang baik terhadap sesuatu biasanya cenderung untuk mengabaikan
atau menolak sesuatu itu. Begitu pula pada siswa dalam belajar. Penilaian
xcviii siswa terhadap proses belajar akan mengakibatkan terjadinya sikap dalam
belajar tersebut, apakah sikap menerima, mengabaikan, atau bahkan menolak sama sekali.
Motivasi erat kaitannya dengan sikap belajar. Jika sikap belajarnya positif maka ia akan termotivasi atau terpacu untuk belajar. Motivasi belajar
pada hakekatnya merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Apabila motivasi belajar siswa kuat maka
kegiatan belajarnya akan kuat, sebaliknya apabila motivasinya lemah maka akan melemahkan kegiatan belajarnya dan berakibat mutu hasil belajarnya
rendah.
3. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan persepsi