Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Flow.

xliii Menurut Y. Marpaung 2003a di dalam Brooks and Brooks melukiskan pembelajaran konvensional dikelas sebagai berikut: a Kurikulum disajikan dari bagian-bagian menuju ke keseluruhan dengan menekankan ketrampilan-ketrampilan dasar. b Keterikatan yang ketat pada kurikulum yang sudah ditetapkan dinilai tinggi. c Aktivitas kurikulum bertitik berat pada buku teks dan lembar kerja. d Siswa dianggap sebagai “kotak kosong” yang dapat diisi oleh guru dengan informasi-informasi. e Guru pada umumnya bertindak menurut dikdatik yang menseminasikan informasi ke siswa. f Guru menggunakan jawaban yang benar sebagai tanda siswa belajar, dan siswa bekerja secara sendiri-sendiri. Menurut Y. Marpaung 2003b yang sering mengamati pembelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran konvensional di kelas berpendapat bahwa pembelajaran matematika itu: a Mekanistik, atomistik dan behavioristik. b Mengutamakan pemahaman instrumental, yaitu siswa menggunakan rumus tertentu dalam menyelesaikan suatu masalah tanpa mengerti bagaimana rumus itu diturunkan dan mengapa rumus itu dapat digunakan pada masalah tersebut. c Cenderung mentransfer pengetahuan matematika ke pikiran siswa. d Bersifat mengantar siswa ke tujuan, bukan mengarahkan. e Mempraktekan hukuman atau teguran daripada motivasi. f Mengutamakan mental dan mengasingkan tubuh. g Mengembangkan persaingan individu bukan kerjasama. h Kurang memperhatikan aspek budaya atau alam setempat. i Menggunakan assessment berbentuk negatif obyektif untuk mengetahui apa yang tidak diketahui siswa. Proses pembelajaran mekanistik sebagian disumbang oleh assessment yang berbentuk tes obyektif, yang mementingkan produk daripada proses. Assessment yang digunakan selama ini pada dasarnya hanya mengungkapakan kemampuan kognitif tingkat rendah dan tidak memberi peluang pada siswa untuk menunjukkan cara berpikirnya dalam menyelesaikan masalah. Perbedaan individual dalam memproses suatu informasi tidak mendapat perhatian. Setiap soal dalam tes mempunyai suatu pilihan yang benar, yang berarti penyelesaian masalah adalah tunggal.

7. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Flow.

xliv Daniel Goleman 2002:130 mengemukakan bahwa flow adalah keadaan ketika seseorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang sedang dikerjakan, perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan dan kesadarannya menyatu dengan tindakan. Flow merupakan pengalaman yang ketika terjadi menimbulkan persaaan kabahagiaan spontan. Orang dalam keadaan flow memberi kesan bahwa yang sulit itu mudah, sebab ketika keadaan flow otak berada pada keadaan dingin sehingga ketika orang sedang terlibat dalam kegiatan akan dengan mudah menangkap dan mempertahankan perhatiannya. Siswa dapat berkosentrasi paling baik saat mereka sedikit lebih dituntut daripada biasanya, dan mereka dapat memberikan lebih dari biasanya. Jika tuntutan terlalu sedikit, siswa akan menjadi bosan, tetapi jika tuntutan terlalu besar untuk diatasi siswa akan menjadi cemas. Ahli psikologi Howard Gardner dalam Daniel Goleman : 2002 berpendapat bahwa flow dan keadaan-keadaan positif yang mencirikannya sebagai salah satu cara paling sehat untuk mengajar anak-anak, memotivasi mereka dari dalam, dan membuat mereka tertarik mempelajari bidang-bidang di mana mereka dapat mengembangkan keahliannya. Secara umum model flow menyiratkan bahwa mencapai penguasaan keterampilan atau ilmu idealnya harus berlangsung secara alami, sewaktu anak tertarik pada bidang yang secara spontan mengasyikannya. Rasa ketertarikan awal ini dapat merupakan benih bagi pencapaian tingkat tinggi, bila si anak menyadari bahwa mempelajari matematika merupakan sumber kenikmatan keadaan flow. Psikologi Csikszeentimihalyi www.wikipedia.org berpendapat bahwa flow adalah kondisi mental dari suatu proses dimana orang secara penuh terbenam dalam apa yang ia lakukan, dideskripsikan oleh perasaan dari fokus yang berenergi, keterlibatan penuh dan sukses dalam proses aktivitas tersebut. Csikszentmihalyi en.wikipedia.org melihat komponen dari flow dapat secara spesifik disebut satu persatu sebagai berikut: 1. Tujuan yang hendak dicapai jelas. 2. Kosentrasi dan fokus perhatian seseorang terlibat dalam aktivitas akan mempunyai kesempatan untuk memusatkan dan menyelidiki pekerjaan secara mendalam. 3. Kehilangan perasaan negatif menggabungkan kesadaran dan tindakan. 4. Arahkan dan umpan balik segera kesuksesan dan kegagalan selama aktivitas nyata, sedemikian sehingga perilaku dapat disesuaikan jika dibutuhkan. 5. Keseimbangan antara tingkatan kemampuan dan tantangan. Jika suatu pekerjaan secara signifikan melebihi kemampuan siswa maka siswa akan merasa gelisah dan cemas. Jika tugas terlalu mudah tidak sesuai dengan kemampuan siswa maka siswa akan bosan. 6. Kontrol diri seseorang untuk mengatasi situasi atau aktivitas. 7. Aktivitas pada hakekatnya memberi penghargaan. 8. Ketika dalam keadaan flow, orang-orang menjadi asyik dalam aktivitas yang menimbulkan rasa bahagia dalam diri mereka. Csikszeentmihalyi www.wikipedia.org menyarankan beberapa cara yang mana suatu kelas bisa bekerjasama sedemikian sehingga masing-masing individu bisa mencapai flow. Saran tersebut adalah: 1. Pengaturan mengenai ruang kelas harus kreatif : kursi, meja, bagan. 2. Desain tempat belajar kelas menjadi tempat yang nyaman dan aman. 3. Paralel, pekerjaan terorganisasi. 4. Fokuskan pada tujuan dari kelompok. 5. Membuat portotype untuk melihat kemajuan yang ada. 6. Meningkatkan efisiensi melalui visualisasi. 7. Keberadaan dari perbedaan antar peserta menghadirkan suatu kesempatan daripada suatau hambatan. Kuncinya adalah membangun ikatan emosional yaitu dengan menciptakan suasana senang dalam belajar dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. Beberapa studi menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, dan ramah serta mereka mempunyai suara dalam pembuatan keputusan. Dengan kondisi seperti itu, para siswa lebih sering ikut serta atau aktif dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahan pelajaran. Disamping memastikan agar siswa lebih banyak terlibat dalam belajar, ikatan emosional juga sangat mempengaruhi memori dan ingatan mereka akan bahan-bahan yang dipelajari. Mengejar flow melalui proses belajar matematika merupakan cara yang lebih efektif untuk memanfaatkan emosi demi tercapainya tujuan. Aktivitas, perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar matematika merupakan syarat agar pembelajaran model flow ini efektif. Senada dengan pendapat di atas Hendra Surya 2007: 42 mengemukakan bahwa ada tiga komponen yang harus dimiliki siswa, agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar yaitu:

1. Minat

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN METAFORA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI SURAKARTA

1 23 209

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA SMP NEGERI DI KECAMATAN TAROKAN KABUPATEN KEDIRI

0 4 15

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA PENDEKATAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

2 26 125

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA SISWA Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematika Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Nege

0 2 16

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA SISWA Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematika Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Nege

0 1 11

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

0 1 13

PENDAHULUAN PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

0 1 8

PERBEDAAN PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) DAN JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 3

Pengaruh Penggunaan Media Prezi Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Sukoharjo BAB 0

0 0 17

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI BATURRADEN

0 0 15