bayangan matahari dengan pengamatan bentuk bulan. Pengamatan dilakukan dengan mendirikan tonggak kayu permanen yang diletakkan di suatu tempat.
Selanjutnya, melihat pergeseran serta mengukur panjang bayangan matahari pada tonggak tersebut. Pengamatan ini digunakan dalam menentukan hari baik dalam
perladangan Sindju 1999. Suku Dayak Kenyah memiliki kepercayaan dalam kegiatan perladangan
yaitu jika bertemu dengan burung isit Arachnothera longirostra Gambar 22, lihat arah terbang burung tersebut. Jika isit terbang ke arah kiri maka bukan waktu
atau hari yang tepat untuk pergi berladang karena bagi mereka hal tersebut merupakan pertanda buruk sehingga peladang lebih memilih untuk kembali ke
rumah daripada mendapatkan kesialan. Akan tetapi hal tersebut sudah tidak dipercaya oleh masyarakat karena dianggap sudah tidak logis seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan dan masuknya ajaran agama di desa tersebut.
Gambar 22 Burung isit Arachnothera longirostra sumber: www.birdsisaw.com.
5.3.2.2 Penebasan
Kegiatan yang dilakukan setelah persiapan lahan adalah penebasan. Penebasan harus dilakukan bersama-sama atau dengan cara gotong royong.
Budaya ini dilakukan sejak turun temurun agar tetap terjalin sikap kekeluargaaan antar warga desa. Penebasan dilakukan setidaknya berjumlah tiga KK dalam
setiap anak sungai. Pemilihan lahan untuk dijadikan ladang pun dipertimbangkan dengan prinsip konservasi. Lahan yang dipilih biasanya dekat dengan sungai
karena selain aksesnya mudah juga tidak terlalu ke inti hutan sehingga tidak
merusak hutan. Kegiatan menebas adalah menyiangi bawah lahan untuk dijadikan ladang dengan menggunakan parang. waktu memulai kegiatan ini bergantung
pada jenis hutan yang terdapat di lahan yang dipilih. Kegiatan menebas biasanya dilakukan di bulan ke-5 atau bulan Mei agar waktunya cukup dalam pengeringan
rumput dan ranting-ranting sisa tebasan Sindju 1999, sehingga tidak bertepatan pada musim hujan yang menghambat proses pembakaran.
5.3.2.3 Penebangan, pembakaran pembersihan lahan, dan penanaman
Kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah penebangan. Penebangan dilakukan dengan menggunakan alat yang lebih berat dibanding penebasan. Untuk
pohon-pohon kecil, alat yang digunakan adalah parang, kapak, dan gergaji sederhana. Untuk pohon yang keliling batangnya besar dan tidak memungkinkan
jika hanya menggunakan alat sederhana, dapat menggunakan chainsaw. Kayu potongan sisa hasil penebangan ini dapat dimanfaatkan sebagai kayu api untuk
keperluan memasak di rumah. Kegiatan selanjutnya adalah pembakaran sampah organik hasil penebasan dan penebangan. Dalam proses pembakaran ini dilakukan
pengawasan yang intensif dan pembuatan sekat bakar alami agar pembakaran masih dapat dikontrol. Dalam proses pembakaran, dilakukan perkiraan arah angin
dan cuaca agar angin yang bertiup tidak mengganggu atau bahkan menimbulkan api yang sangat besar. Sisa pembakaran nantinya akan dijadikan pupuk alami bagi
tanaman yang ada di ladang tersebut. Setelah lahan siap untuk dijadikan ladang, selanjutnya dilakukan proses penugalan, yaitu pembuatan lubang untuk menanam
benih padi dengan alat penugal Gambar 23a, 23b.
a b
Gambar 23 Penugalan: a Alat penugalan; b Proses penugalan
Kegiatan ini juga sering dilakukan warga untuk menugal sawah. Setelah penugalan dilanjutkan dengan menanam benih padi dengan cara memasukkan
beberapa benih padi ke dalam lubang Gambar 24a. Setelah penugalan, kegiatan yang dilakukan sambil menunggu padi yang ditanam tumbuh adalah berkebun.
Setelah padi tumbuh, biasanya tumbuh pula gulma atau tumbuhan pengganggu yang menghalangi tumbuhan tanaman utama padi, sehingga dilakukan
perawatan yaitu dengan membersihkan lahan dengan cara tradisional yaitu mencabuti rumput dan memotongnya dengan parang. perawatan lain yang
dilakukan adalah menyemprot padi dengan herbisida. Suku Dayak Kenyah ada yang masih menggunakan herbisida alami yaitu dari air tuba Derris montana
dan ada yang menggunakan herbisida kimia.
a b
Gambar 24 Penanaman benih padi: a Memasukkan benih pada lubang; b Benih padi dalam lubang.
5.3.2.4 Pemanenan