Tumbuhan pangan hutan yang sudah dibudidaya Pemanfaatan tumbuhan pangan hutan saat berburu

tradisional sendiri merupakan suatu cara suatu suku bangsamasyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam dengan arifbijaksana. Suku Dayak Kenyah memanfaatkan tumbuhan pangan yang dari hutan dengan aturan adat yang dimiliki. Sebagai contoh, dalam memanfaatkan buah dari alam, mereka hanya diperbolehkan mengambil buahnya saja tanpa menebang pohonnya walaupun buah tersebut sulit untuk dijangkau. Akan tetapi jika Suku Dayak Kenyah ingin membudidayakan tumbuhan pangan hutan di kebunnya, mereka diperbolehkan mengambil semai tumbuhan tersebut beserta tanahnya untuk ditanam. Hal ini dilakukan agar pemanfaatannya berkelanjutan dan keanekaragaman tumbuhan pangan yang ada tetap lestari di alamnya. Contoh lain Suku Dayak Kenyah dalam pemanfaatan tumbuhan pangan sebagai wujud kearifan tradisional antara lain: pemanfaatan tumbuhan pangan hutan saat berburu, budaya berladang, bersawah, berkebun secara turun temurun, dan pengelolaan tumbuhan pangan.

5.4.1.1 Tumbuhan pangan hutan yang sudah dibudidaya

Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan bahwa pemanfaatan tumbuhan pangan tidak hanya dari hutan saja ataupun yang budidaya saja, tetapi adapun beberapa tumbuhan hutan yang disemaikan di kebun. Tumbuhan tersebut mayoritas adalah buah-buahan karena bagi Suku Dayak Kenyah buah-buahan di TNKM sangat beraneka dan melimpah, sehingga pada saat ingin menikmatinya tidak perlu lagi memperolehnya langsung dari hutan. Selain buah-buahan juga ada beberapa spesies yang dimanfaatkan sebagai sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Beberapa spesies tumbuhan tersebut antara lain payang aka Trichosanthes sp., payang kure’ Aleuritas moluccana, salap Sumbaviopsis albicans yang digunakan sebagai terasi dayak, bekkai lema Pycnarrhena cauliflora, bekkai lanya Coscinium miosepalum yang digunakan sebagai penyedap rasa alami, keten Poikilospermus suaveolens yang digunakan sebagai sayuran Lampiran 2. a b Gambar 26 Tumbuhan pangan hutan yang dibudidaya: a Payang aka; b Salap.

5.4.1.2 Pemanfaatan tumbuhan pangan hutan saat berburu

Kearifan lokal yang dimiliki Suku Dayak Kenyah lainnya yaitu berburu. Dalam berburu, Suku Dayak Kenyah tidak membunuh binatang sebanyak- banyaknya untuk dimakan. Mereka biasanya melakukan perburuan satu sampai tiga kali seminggu dan motivasi berburu ini semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan protein dan lemak hewani saja Hastiti 2011. Kegiatan berburu ini dilakukan dalam satu hari atau bahkan lebih dari sehari sehingga perlu menginap di hutan. Jika berburu dilakukan dalam waktu sehari dan tidak menginap, maka biasanya Suku Dayak Kenyah membawa bekal makanan dari rumah. Akan tetapi jika persediaan makan habis atau bahkan kegiatan berburu dilakukan menginap di hutan, maka biasanya Suku Dayak Kenyah memanfaatkan tumbuhan rotan- rotanan untuk diambil bagian umbutnya. Tidak semua rotan dapat dimakan umbutnya. Beberapa spesies rotan yang dapat dimakan umbutnya yaitu Calamus ornatus, Calamus sp. dengan nama lokal uwai balamata, uwai tebungen, uwai pa’it, uwai tana’ Lampiran 1. Uwai balamata memiliki arti bala yaitu merah, spesies rotan ini berwarna merah sedangkan uwai pa’it artinya rotan yang memiliki rasa pahit, namun begitu bagi mereka rasa pahit ini justru lezat. Dahulu, Suku Dayak dalam mengambil spesies rotan-rotanan terdapat ritual tertentu akan tetapi seiring berjalannya waktu dengan adanya penyebaran agama dengan mayoritas agama yang dianut Suku Dayak Kenyah ini adalah Kristen sehingga kepercayaan itu lama-kelamaan surut. Suku Dayak Kenyah biasanya saat akan mengambil tumbuhan atau bahkan saat pertama masuk hutan pun mereka melakukan doa terlebih dahulu. Selain memanfaatkan umbut rotan, Suku Dayak Kenyah senang dengan memakan buah yang langsung diambil dari pohonnya. Spesies buah-buahan tersebut telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Buah-buahan tersebut biasanya dapat dinikmati hanya pada musim buah. Sehingga jika mereka ingin memakan buah tanpa harus masuk hutan, mereka memiliki budaya berkebun dengan tumbuhan yang ditanam kebanyakan adalah spesies buah-buahan baik dari hutan maupun dari luar daerah.

5.4.1.3 Budaya berladang, bersawah, berkebun