Pola konsumsi Tipe habitat

Gambar 18 Hierarki bagan fungsi tumbuhan pangan bagi Suku Dayak Kenyah.

5.2.7 Pola konsumsi

Masyarakat Suku Dayak Kenyah Desa Long Alango memiliki pola konsumsi yang teratur. Setiap pagi, siang, hingga malam mereka selalu memenuhi kebutuhan pangannya. Setiap harinya mereka teratur memenuhi kebutuhan pangan dengan makan tiga kali sehari. Setiap pagi sebelum pergi ke ladang, mereka selalu menyempatkan diri untuk sarapan. Siang hari pun apabila terpaksa tidak dapat pulang untuk makan siang, mereka selalu membawa bekal makanan yang dibawa dengan menggunakan ki’ba yang terbuat dari uwai semule Daemonorops periacantha. Nasinya pun dibungkus dengan menggunakan daun dalui Halopegia blumei Lampiran 5. Setelah pulang dari ladang pada sore hari, kemudian pada malam harinya Suku Dayak Kenyah makan bersama keluarga di rumah.

5.2.8 Tipe habitat

Berdasarkan persentase budidayanya 107 spesies tumbuhan pangan budidaya dari keseluruhan 139 spesies tumbuhan pangan, dapat dihitung dengan membagi jumlah spesies budidaya dengan jumlah seluruh spesies sehingga diperoleh 76,97. Hal ini menunjukkan bahwa Suku Dayak Kenyah TNKM memiliki budaya membudidayakan tumbuhan hutan yang tinggi. Upaya Fungsi tumbuhan pangan Sumber karbohidrat makanan pokok Suku Dayak Kenyah Padi, jagung, keladi- keladian, umbi, sagu Protein nabati Kacang- kacangan Vitamin dan mineral Sayuran dan buah-buahan pembudidayaan tersebut tergolong upaya pelestarian agar keberadaan spesies tumbuhan pangan tetap terjaga. Tumbuhan dari hutan ataupun dari luar daerah mudah untuk dibudidayakan di lokasi pengamatan ini karena lahan yang dimiliki masyarakat masih tergolong subur. Berdasarkan tipe habitatnya, kebun dan hutan merupakan tipe habitat terbesar 33 yang terdapat di Desa Long Alango. Hal ini menunjukkan bahwa Suku Dayak Kenyah yang tinggal di Desa Long Alango senang menanam bibit dari hutan di kebunnya. Budaya membudidayakan tumbuhan pangan yang berasal dari hutan ini diwariskan secara turun temurun. Nenek moyang Suku Dayak Kenyah mengajarkan keturunannya agar dapat hidup mandiri sekaligus melestrikan sumberdaya hutan yang dimiliki agar dapat menikmatinya dengan lebih mudah tanpa harus memperoleh langsung dari hutan. Sebagian besar tumbuhan dari hutan yang ditanam di kebun adalah buah-buahan. Gambar 19 Persentase tipe habitat tumbuhan pangan. Tipe habitat terbesar kedua adalah hutanliar 23. Hal ini menunjukkan bahwa hutan masih merupakan habitat utama tumbuhan pangan karena persentasenya hanya berbeda tipis dengan habitat kebun dan hutan. Habitat kebun dan hutan ini bibitnya pun berasal dari hutan. Dengan demikian hutan masih merupakan habitat yang paling baik bagi tumbuhan pangan. Tipe habitat lain selanjutnya diikuti pematang sawah 16 dengan berbagai sayuran yang di tanam di pematang sawah untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral Suku 23 33 15 6 1 16 10 20 30 40 hutanliar kebun dan hutan kebun ladang dan jekkau sawah pematang sawah Persentase T ipe ha bita t Dayak Kenyah, kemudian kebun 15 yang ditanami tanaman perkebunan, ladang dan jekkau 6 dengan tanaman keras dan selingan, serta sawah 1 yang hanya terdapat 1 spesies yaitu padi dengan bermacam varietas yang dimiliki Suku Dayak Kenyah Gambar 19.

5.3 Pola Hidup Masyarakat Dayak Kenyah Desa long Alango

5.3.1 Berburu

Masyarakat Dayak Kenyah memiliki kebiasaan berburu karena kegiatan berburu merupakan suatu kebutuhan bagi mereka. Tujuan utama berburu adalah untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang berasal dari hasil buruan Billa 2005. Kegiatan berburu ini telah dilakukan secara turun temurun. Berburu merupakan kegiatan penting dalam pemenuhan kebutuhan untuk bertahan hidup Hladik et al 1993. Berburu juga merupakan salah satu kegiatan yang penting dan merupakan bentuk penyesuaian diri manusia terhadap sumberdaya alam Moran 1982. Orang tua mulai mengajarkan teknik berburu kepada anaknya sejak anaknya berusia sekitar 15 tahun. Berburu ada dua macam, yaitu berburu yang dilakukan secara tradisional dan berburu secara modern. Berburu secara tradisional adalah berburu yang dilakukan dengan teknik dan alat yang masih tradisional, yaitu sumpit dan bujak. Teknik berburu tradisional ini dengan memanfatkan anjing peliharaannya untuk menemukan target buruan dengan cara membiarkan anjing masuk hutan dan setelah anjing ini menemukan target buru maka anjing ini akan menggonggong, sehingga dapat dilakukan langkah berikutnya yaitu menembak target dengan alat yang bernama sumpit. Sumpit adalah alat tradisional yang berbentuk seperti tombak tetapi terdapat lubang kecil di tongkatnya Gambar 20a, 20b. Lubang ini berfungsi sebagai tempat peluru tradisional yang dibuat dari bola-bola kecil tanah liat ataupun anak sumpit yang mengandung racun dan apabila ditembakkan ke target, maka binatang ini akan pingsan bahkan mati. Racun yang digunakan berasal dari getah tumbuhan bernama salo’ Antiaris toxicaria Gambar 20c. Cara menembakkan peluru ini yaitu dengan meniup peluru yang ada di dalam lubang yang diarahkan pada sasarantarget.