dibersihkan dengan kipas sehingga terpisah antara gabah yang berisi dengan gabah yang kosong. Setelah semua dilakukan kemudian dikumpulkan jadi satu
dan dimasukkan dalam karung untuk proses pengilingan dengan mesin. Penyimpanan beraspadi di dalam lumbung dan masing-masing KK memiliki satu
atau lebih lumbung yang letaknya dijadikan satu dengan lumbung-lumbung milik keluarga yang lain.
Gambar 25 Proses pemanenan dari mengambil padi dengan ani-ani hingga penggilingan dengan mesin.
5.3.3 Bertani dan berkebun
Masyarakat Long Alango selain memiliki ladang juga memiliki sawah. Sawah biasanya terletak di dekat rumah dan spesies padi yang ditanam
memerlukan banyak air irigasi, sedangkan ladang biasanya terletak di gunung dan spesies padi yang ditanam tidak membutuhkan banyak air. Sawah dibuat
dengan pengairan melalui Sungai Alango. Berdasarkan Uluk et al. 2001, penggarapan sawah bergantung pada ketersediaan air. Berbeda dengan sistem
perladangan, sawah merupakan pola perkembangan baru. Sekitar tahun 1925-an, Kepala Adat Besar Hulu Bahau saat itu, Apuy Njau, setelah pulang dari tanah
jawa mengajarkan cara membuat sawah kepada warganya di Hulu Bahau. Sehingga budaya itu pun hingga sekarang terus dilakukan secara turun temurun
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Walaupun zaman sekarang adanya sawah mempermudah pengerjaan dalam
bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi masyarakat masih melakukan kegiatan perladangan sesuai budaya mereka sesuai tradisi yang
diajarkan nenek moyang. Hal ini karena bagi orang Kenyah, semakin giat bekerja, kebutuhan akan pangan pun terjamin, apalagi dengan adanya sistem baru dalam
pertanian, hal ini akan memperkaya spesies ataupun varietas padi yang berbeda dari padi gunung dan padi sawah. Oleh sebab itu musim paceklik dan krisis
pangan tidak akan terjadi seperti zaman dulu karena setiap KK memiliki simpanan beras di lumbung yang tidak akan habis.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan untuk pemanfaatan tanah agar tetap produktif, mereka menanam sayuran seperti sawi
hijau Brassica rapa var. parachinensis, bayam Amaranthus spinosus, buncis Phaseolus vulgaris, kacang-kacangan di pematang sawah. Sedangkan untuk
tanaman selingan selama panen selesai lahan ditanami singkong Manihot utilissima, jagung Zea mays, labu-labuan, dan spesies tanaman palawija yang
lain. Selain menggarap sawah, masyarakat Dayak Kenyah dalam mengisi
waktunya membuat kebun selama masa panen selesai. Kebun tersebut biasanya ditanami tanaman perkebunan seperti kakao Theobroma cacao, kopi Coffea
robusta, buah-buahan, lada Piper nigrum, tebu Saccharum officinarum, dan kadang ada yang juga menanam tanaman yang dapat dijadikan bumbu seperti
sereh Cymbopogon nardus, kunyit Curcuma domestica, jahe Zingiber officinale, dan sebagainya Lampiran 3. Bibit tanaman yang berasal dari hutan
telah banyak dibudidaya secara turun temurun, akan tetapi ada juga bibit tanaman yang berasal dari pemerintah. Bibit buah-buahan yang ditanam di kebun berasal
dari luar daerah seperti rambutan Nephelium lappaceum, sirsak Annona muricata, nangka Artocarpus heterophyllus, dan spesies lainnya Lampiran 3.
Bibit buah-buahan lokal yang berasal dari hutan antara lain maritam Nephelium ramboutan-ake, mata kucing Dimocarpus longan, durian kelasi Durio
graveolens, mejalin Xanthophyllum obscurum, dan spesies lainnya Lampiran 2. Selain buah-buahan, masyarakat juga menanam spesies tanaman bumbu yang
bibitnya juga berasal dari hutan seperti bekkai lema Pycnarrhea cauliflora, belengla Litsea cubeba, payang kure’ Aleuritas moluccana, salap
Sumbaviopsis albican, dan spesies lainnya Lampiran 2.
5.3.4 Sumber pendapatan lain masyarakat