untuk memperindah penyampaian, memperjelas maksud dan menambah efek suasana penggambaran sesuatu hal yang disampaikan.
18. Personifikasi
Personifikasi merupakan gaya bahasa yang menjadikan benda mati seolah-olah bergerak atau memiliki sifat seperti manusia. Gaya
bahasa tersebut, terdapat pada terjemah surah Ar-Rahman ayat ke-6 dan 19. Berikut penulis paparkan gaya bahasa tersebut, melalui
terjemahan ayat ke-19. Adapun terjemahan ayat tersebut yaitu, “Ia lepaskan kedua lautan yang saling bertemu”.
274
Pada terjemahan tersebut, terdapat gaya bahasa personifikasi, yang menjelaskan bahwa kedua lautan dapat saling bertemu. Pada
terjemahan ini, kedua lautan seolah-olah digambarkan memiliki sifat seperti manusia, yaitu bisa saling bertemu. Untuk dapat saling
bertemu, tentu ada perjalanan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, atau oleh salah satunya.
Adapun maksud dari terjemahan ayat tersebut sebenarnya adalah Allah membiarkan laut asin dan laut tawar saling bertetangga dan
bersentuhan tanpa terjadi saling melampaui satu sama lain. Artinya, laut asin tidak dapat melampaui laut tawar sehingga menjadikan laut
tawar menjadi asin, begitupun sebaliknya. Allah telah membatasi keduanya dengan suatu yang terdiri dari unsur-unsur bumi.
275
19. Antonomasia
Gaya bahasa antonomasia, terdapat pada terjemahan surah Ar- Rahman ayat ke-1. Terjemahan ayat tersebut yaitu,
“Tuhan Yang Maha Pemurah”.
276
274
Jassin, Al-Qurân Al-Karîm Bacaan Mulia, Loc. Cit., h. 750.
275
Al-Maragi, Op. Cit., h. 197.
276
Jassin, Al-Qurân Al-Karîm Bacaan Mulia, Op. Cit., h. 749.
Gaya bahasa antonomasia merupakan jenis gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan nama diri, gelar resmi, atau gelar
kehormatan. Pada terjemahan tersebut, penggunaan susunan kata Yang Maha Pemurah untuk menyebutkan nama Allah, merupakan bentuk
penggunaan gaya bahasa antonomasia, karena menggantikan nama Allah dengan penyebutan Yang Maha Pemurah. Allah sebagai sang
pencipta, juga sering disebut dengan menggunakan nama-namaNya yang berjumlah 99, dan kita sebut sebagai Asmaul-Husna, yaitu nama-
nama Allah yang begitu indah. Bentuk penggunaan Yang Maha Bijaksana, Yang Mahan Pengampun, dan Yang Maha Esa untuk
menyebutkan atau menggantikan nama Allah, termasuk ke dalam gaya bahasa antonomasia, sama seperti Yang Maha Pemurah. Tidak ada
seorang pun yang mempunyai sebutan Yang Maha Pemurah selain Allah. Jika dilihat dari makna kata maha, memiliki arti sangat atau
amat. Jadi, Yang Maha Pemurah juga berarti Yang amat Pemurah. Kata amat, memiliki tingkat intensitas yang lebih tinggi. Hadirnya
kata maha dalam susunan kalimat tersebut, tentu membawa dampak arti bahwa Allah bukan hanya Sang Pemurah, tetapi Sang Maha
Pemurah. Sementara itu, ditinjau dari segi semantik, kata Arrahmân
bermakna Yang Maha Pemurah. Kepemurahan tersebut hanyalah milik Allah. Allahlah yang mempunyai sifat Rahman, tiada yang lain
meski nama Allah tidak hadir dalam makna kata tersebut Arrahmân. Ditinjau dari segi sintaksis, kalimat tersebut merupakan jenis kalimat
deklaratif, yaitu sebuah kalimat pernyataan yang singkat dan jelas. Pernyataan tersebut disampaikan guna memberitahukan dan
mengingatkan bahwa Allah memiliki sifat rahman, yaitu Maha Pemurah. Dengan demikian, Yang maha pemurah merupakan gaya
bahasa antonomasia. Hal tersebut sama halnya dengan penyebutan Yang Mulia kepada raja di suatu kerajaan.
20. Perifrasis