Antiklimaks Sinekdoke B. Jassin

berkeliling dalam Arab yatûfûna. Sementara itu, H. B. Jassin menempatkan lebih dulu keterangan di depan subjek dan predikatnya. Padahal, dalam susunan konstituen-konstituen ayat tersebut, subjek dan predikat diletakkan di awal, kemudian disusul dengan keterangan. c. Segara Pragmatik Secara pragmatik, terjemahan ayat tersebut merupakan sebuah pemberitahuan yang mengandung peringatan dan ancaman bagi para pendosa, bahwa kelak di hari kiamat, mereka akan menjadi penghuni neraka jahanam, yang airnya mendidih dan sangat panas. Ini merupakan sebuah balasan bagi para pendosa di dunia.

13. Antiklimaks

Pada terjemahan surah Ar-Rahman, terdapat gaya bahasa antiklimaks, yaitu pada ayat ke-14, 24, 31, 37, 56. Gaya bahasa antiklimaks, merupakan kebalikan dari gaya bahasa klimaks. Pada gaya bahasa antiklimaks, serangkaian kata disusun dari yang mempunyai kepentingan lebih tinggi menuju kepentingan yang rendah. Dengan demikian, yang menjadi pokok pembicaraan terletak di awal kalimat. Berikut penulis paparkan gaya bahasa tersebut melalui terjemahan ayat ke-24. Terjemahan ayat ke-24 yaitu, “Kepunyaan-Nya bahtera-bahtera, Berlayar tinggi lintas lautan, laksana gunung menjulang ”. 265 Pada terjemahan tersebut, yang menjadi pokok atau inti kalimat adalah pembahasan bahwa Allah mempunyai bahtera-bahtera yang berlayar tinggi. Hal tersebut dipaparkan pada bagian awal kalimat hingga menuju bagian yang menerangkan bahtera-bahtera tersebut, yaitu berupa pengibaratannya seperti gunung yang menjulang. 265 Jassin, Al-Qurân Al-Karîm Bacaan Mulia, Op. Cit., h. 750. Pengibaratan tersebut merupakan kalimat penjelas yang mendukung serangkaian kata sebelumnya. Secara semantik, konstituen-konstituen yang membangun ayat ke- 24, masing-masing mengandung makna tertentu. Berikut penulis sajikan makna-makna tersebut, berdasarkan pada Al- Qur‟an The Great Miracle. 266 Kata Makna Walahu dan bagiNya Al-jawâri kapal-kapal Al-munsyaâtu yang tinggi berlayar filba ẖ ri di lautan kala„lâmi laksana gunung-gunung. Jika makna-makna tersebut disusun ke dalam kalimat bahasa Indonesia, maka menjadi Dan baginya kapal-kapal yang berlayar tinggi di lautan laksana gunung-gunung. Pada kalimat tersebut, dapat dilihat bahwa klausa Dan baginya kapal-kapal yang berlayar tinggi di lautan, memiliki tingkat kepentingan yang lebih tinggi dibanding laksana gunung-gunung. Pengibaratan tersebut, merupakan serangkaian kata penjelas klausa inti di dalam kalimat terjemahan tersebut.

14. Sinekdoke

Pada terjemahan surah Ar-Rahman, terdapat gaya bahasa sinekdoke, yaitu pada ayat ke-4, 10, 27, 37, 41, 56. Adapun gaya bahasa sinekdoke yang ditemukan adalah sinekdoke pars pro toto. Pada pembahasan ini, penulis hanya akan membahas bentuk penggunaan gaya bahasa pada terjemahan ayat ke-27, yang dapat mewakili bentuk penggunaan gaya bahasa sinekdoke pars pro toto 266 Kementerian Agama RI, Al- Qur‟an The żreat Miracle, Op. Cit., h. 1061. pada terjemahan ayat lain. Adapun terjemahan surah Ar-Rahman ayat ke-27 yaitu, “Tapi kekal selama-lamanya Wajah Tuhanmu, Agung dan Mulia”. 267 Pada terjemahan ayat tersebut, terdapat gaya bahasa sinekdoke pars pro toto, yaitu menyatakan sebagian untuk keseluruhan. Pada terjemahan tersebut, yang dimaksud dengan kata wajah, bukan berarti wajah Allah yang kekal, tetapi zat Allah akan kekal selamanya beserta sifat-sifatnya. Pada terjemahan ayat tersebut, H. B. Jassin juga menggunakan catatan kaki untuk kata wajah, yang berarti kebesaran, kemuliaan, dan keagungan Tuhan. a. Segi Sintaksis Ditinjau dari segi sintaksisnya, kata Tapi sebagai konjungtor, frasa kekal selama-lamanya menduduki fungsi predikat, frasa Wajah Tuhanmu menduduki fungsi subjek, dan frasa Agung dan Mulia menduduki fungsi pelengkap. b. Segi Semantik Sementara itu, ditinjau dari segi semantik, konstituen- konstituen yang membangun ayat ke-27, masing-masing mengandung makna tertentu. Berikut penulis sajikan makna-makna tersebut, berdasarkan pada Al- Qur‟an The żreat Miracle. 268 Kata Makna Wayabqâ dan tetap kekal Wajhu wajah zat Rabbika Tuhanmu Ļû Mempunyai Al-jalâli kebesaran, Walikrâmi dan kemuliaan 267 Jassin, Al-Qurân Al-Karîm Bacaan Mulia, Loc.Cit., h. 750. 268 Kementerian Agama RI, Al- Qur‟an The żreat Miracle , Loc. Cit., h. 1061. Setelah melihat terjemahan kata-kata tersebut, nampak bahwa tidak ada kata yang bermakna tapi seperti yang ada pada terjemahan H. B. Jassin. Adapun kata Al-jalâli dan walikrâmi dalam gramatika Arab, berfungsi sebagai na„at sifat dari rabbika yang berfungsi sebagai man„utnya yang disifati. c. Segi Pragmatik Ditinjau dari segi pragmatik, kalimat terjemahan tersebut selain berupa pernyataan, juga mengandung makna yang memberitahukan bahwa selain Allah, semua makhluk akan binasa. Tidak ada satupun yang kekal dan dapat bertahan kecuali zat Allah Yang Maha Agung dan Mulia. Dengan demikian, kata wajah bukan berarti wajah Allah yang kekal, melainkan zat beserta sifat-sifatnya yang kekal. Hal tersebut merupakan jenis gaya bahasa sinekdoke pars pro toto.

15. Prolepsis