LPG Utilization for Fishing Vessel

24 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2016

2.6.4 Optimalisasi Pemanfaatan BBN

Kebijakan mandatori BBN merupakan salah satu kebijakan yang menonjol yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka mendorong pemanfaatan BBN khususnya biodiesel, mengurangi ketergantungan atas impor minyak solar, menghemat devisa negara, dan mendukung ekonomi makro. Selama tahun 2015 berbagai kebijakan tentang pemanfaatan BBN khususnya biodiesel ditetapkan oleh pemerintah. Kebijakan pertama adalah campuran BBN dalam minyak solar dan bensin. Kebijakan pemanfaatan BBN ditetapkan sejak tahun 2008 melalui Kepmen ESDM 322008, lalu diubah menjadi Permen KESDM 252013, terus diubah ke Permen KESDM 202014, dan terakhir menjadi Permen KESDM 122015. Perubahan ini dalam rangka meningkatkan target campuran biodiesel dalam minyak solar dan menurunkan dan atau menunda target campuran bioethanol dalam bensin. Perubahan kebijakan ini mempertimbangkan pengurangan ketergantungan atas impor minyak solar, kesiapan dan kelayakan peralatan mesin pengguna biodiesel, dan keekonomian BBN. Dalam Permen ESDM 122015 campuran biodiesel dalam minyak solar dinaikkan dari 10 pada Januari s.d. Desember 2015 menjadi 15 campuran biodiesel dalam minyak solar mulai April 2015, sedangkan campuran biodiesel mulai tahun 2016 adalah sama sebesar 20 dan meningkat menjadi 30 mulai tahun 2020. Perubahan kebijakan ini diikuti oleh ditetapkannya kebijakan penghimpunan dan penggunaan dana perkebunan kelapa sawit melalui Perpres 612015. Penghimpunan dana ditujukan untuk mendorong pengembangan perkebunan kelapa sawit PKS yang berkelanjutan. Setiap pelaku usaha PKS yang melakukan ekspor komoditas PKS danatau turunannya, pelaku usaha industri berbahan baku hasil PKS, dan eksportir atas komoditas PKS dan atau turunannya dikenakan Pungutan. Pungutan adalah sejumlah uang yang dibayarkan sebagai biaya atas ekspor hasil komoditas PKS danatau turunan hasil komoditas PKS. Pungutan tersebut dikelola oleh Badan Pengelola Dana PKS yang bertugas untuk menghimpun, mengadministrasikan,

2.6.4 Optimization on Biofuel Utilization

Biofuel mandatory is one of the policies that stands out in terms of encouraging biofuels utilization, especially biodiesel, reducing dependence on imported diesel oil, saving foreign exchange and supporting national macro economic. During 2015, various policies on biofuels utilization, especially biodiesel, were set by the government. The irst policy was biofuel mix in diesel oil and gasoline. Biofuel utilization policy was stipulated through MEMR Decree 322008, changed to MEMR Regulation 252013, then to MEMR Regulation 202014, and inally to MEMR Regulation 122015. The changes were done to increase the target mix of biodiesel in diesel oil and to decrease and or postpone the target mix of bioethanol in gasoline. Changes in policy also considered dependency on imported diesel oil, readiness and feasibility of biodiesel machine, and the economics of biofuel. In MEMR Regulation 122015, biodiesel blended in diesel oil increased from 10 in 2015 to 15 starting April 2015, while the biodiesel share in 2016 is 20 and will increase to 30 from 2020. The changes were followed by enactment of policy on the collection and use of oil palm plantations funds through Presidential Regulation No. 612015. The funds are intended to encourage development of sustainable palm oil plantation POP. Any POP business operators that export POP commodities andor its derivatives, any industries that use raw material from POP, and exporters of POP commodities andor its derivatives are subject to levy. Levy is a sum of money paid as fees on export of POP commodities POP andor its derivative. The levy is managed by POP Fund Management Board which in charge to collect, administers, manage, store, and distribute the funds. In addition to levy, contribution 25 2016 INDONESIA ENERGY OUTLOOK is also imposed and is determined by agreement between the Fund Management Board and POP business operator. Contribution is only charged to POP companies not to the planters. Contribution is set at regular intervals or only time- to-time. Funds rose from levies and contributions are used for HRD, RD, promotion, rejuvenation, and infrastructure of POP. The funds will also be used to meet food demand, POP downstream industry, also for supply and utilization of biodiesel. Supply of biodiesel is made through direct appointment. Biodiesel price uses market index price of diesel oil. Biodiesel business entity is required to mix biodiesel with diesel oil in accordance with the biofuel mandatory. The maximum transportation cost for biodiesel per region is stipulated in MEMR Decree No. 3239K12MEM2015 with the amount varying between Rp. 26 per liter Medan to. Rp. 988 per liter Kotabaru. As a derivative of Presidential Regulation 612015, the Ministry of Finance set Regulation 114PMK.052015 about Tariff of Public Service Agency of Oil Palm Plantations Fund Manager to the Ministry of Finance. Plantation Tariff is paid in rupiah with the set exchange rate by the Minister of Finance at time of payment. Levy on exports of oil palm, CPO and its derivative products applies to 24 kinds of commodities with the rate varying between 10 to 50 US per tonne. Levies and contributions paid by business operators of POP and derivatives that managed by POP Funding Board are expected to be able to encourage biodiesel utilization in accordance with the biofuel mandatory. This will increase national energy security, GHG emission reduction in energy sector, creates job opportunity, and supporting Indonesia’s macro economy. mengelola, menyimpan, dan menyalurkan dana. Selain Pungutan juga diberlakukan Iuran yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Badan Pengelola Dana dengan Pelaku Usaha PKS. Iuran hanya dikenakan kepada perusahaan PKS bukan kepada Pekebun Kelapa Sawit. Iuran ditetapkan secara berkala atau sewaktu-waktu. Dana yang berasal dari pungutan dan iuran tersebut digunakan untuk kepentingan pengembangan SDM PKS, litbang PKS, promosi PKS, peremajaan PKS, sarana dan prasarana PKS. Dana tersebut juga digunakan dalam rangka pemenuhan hasil PKS untuk kebutuhan pangan, hilirisasi industri PKS, serta penyediaan dan pemanfaatan BBN jenis biodiesel. Penyediaan BBN jenis biodiesel dilakukan melalui penunjukan langsung. Harga penyaluran BBN jenis biodiesel menggunakan harga indeks pasar minyak solar. Badan Usaha penyalur biodiesel wajib mencampurkan dengan minyak solar sesuai dengan Mandatori BBN. Adapun maksimal ongkos angkut BBN jenis biodiesel kedalam jenis BBM tertentu minyak solar per wilayah ditetapkan dalam Kepmen ESDM No. 3239K12MEM2015 dengan besaran yang bervariasi antara Rp. 26 per liter Medan s.d. Rp. 988 per liter Kotabaru. Sebagai turunan dari Perpres 612015, Kementerian Keuangan menetapkan PMK 114PMK.052015 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit pada Kementerian Keuangan. Tarif Pungutan Dana Perkebunan dibayar dalam mata uang rupiah dengan nilai kurs yang berlaku pada saat pembayaran. Nilai kurs mengacu pada nilai kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Adapun Pungutan Dana Perkebunan atas ekspor kelapa sawit, CPO, dan produk turunannya berlaku untuk 24 jenis komoditas dengan tarif dalam bervariasi antara 10 s.d. 50 US per ton. Adanya Dana Pungutan dan Iuran yang dibayarkan oleh Badan Usaha PKS dan turunannya yang dikelola oleh Badan Pengelola Dana PKS diharapkan akan mendorong pemanfaatan biodiesel sesuai dengan mandatori BBN. Hal ini berdampak terhadap peningkatan ketahanan energi nasional, penurunan emisi GRK sektor energi, penyerapan tenaga kerja, dan pendukung ekonomi makro Indonesia.